• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI PENGUSAHA BATIK KHAS LUMAJANG GUNA PELESTARIAN BUDAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "OPTIMALISASI PENGUSAHA BATIK KHAS LUMAJANG GUNA PELESTARIAN BUDAYA "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PENGUSAHA BATIK KHAS LUMAJANG GUNA PELESTARIAN BUDAYA

Joko Setiyo1, Riza Bahtiar Sulistyan2 Universitas Negeri Malang1

STIE Widya Gama Lumajang2 Email: jokosetiyo182@gmail.com1

Abstract

Indonesia has a diverse culture that is still not fully explored. Each region also has its own unique culture. Especially batik in Lumajang Regency which has become the center of attention of several parties. Based on the results of interviews, observations, and documentation that we conducted in batik-producing areas in Lumajang Regency, after recognizing batik as the original heritage of the Indonesian Nation, many batik craft businesses were established in areas including in Lumajang Regency, and people can see the future. bright future for the batik industry. The benefits of the batik craft business in Lumajang Regency help the economy of the surrounding community. The subject of this research is the competition between batik craftsmen and agencies related to the batik industry such as the Department of Cooperatives and Micro Enterprises, and the Lumajang Regency Trade Office. Batik Cahaya with typical Batik Tulis and Batik Stamps as well as raising the type of motifs of Nature themes around the Lumajang area as well as raising about various plants, agriculture, and plantations, for example, Sand Batik, Sandy Corn Batik, Banana Batik, Moringa Leaf Batik, Leaf Batik Coconut, Gunung Semeru Batik, and Banjarwaru Batik Waru. It can be concluded that the competition between entrepreneurs for hand-written batik, stamped batik and types of motifs can be seen from the number of business units, the number of workers, and the number of batik sales.

Keyword: Empowerment, Batik Entrepreneurs, Culture

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beragam. Setiap daerah memiliki ciri khas dalam bentuk seni dan budaya masing-masing (Karyawanto & Anggoro, 2020). Banyak budaya di Indonesia yang sudah mulai tergeser dengan perkembangan zaman dan perlu dilakukan pelestarian (Sulistyan & Paramita, 2021). Pelestarian budaya penting untuk dilakukan agar apa yang telah menjadi warisan leluhur kita tidak punah (Paramita, Rizal, & Taufiq, 2019, 2020a, 2020b). Dalam kehidupan masyarakat sendiri memang tidak dapat dihindari bahwa sudah terjadi pergeseran budaya lokal. Faktor penyebab utamanya adalah adanya budaya baru yang masuk (Bahrudin, Masrukhi, & Atmaja, 2017).

Budaya di Indonesia telah menjadi fokus pelestariannya salah satunya budaya yang ada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Pihak pemerintah setempat dalam melestarikan budaya telah melakukan kegiatan berupa event program melalui eksibisi dan jelajah situs, publisitas melalui media online, word of mouth, dan direct marketing (Fauziyah & Pareno, 2017). Budaya di daerah ini beberapa tahun terakhir telah menjadi fokus studi mengenai budaya batiknya (Chandra &

Hartono, 2020; Firmansyah, 2019). Kabupaten Lumajang dikenal dengan sebutan "Kota Pisang"

karena daerah ini merupakan daerah agrobisnis yang surplus, maka tidak heran kalau daerah ini mempunyai penghasil buah pisang yang sangat berlimpah (Hapsari, Kennedy, Lestari, Masrum, &

Lestarini, 2017). Baru-baru ini trend positif perdagangan batik tulis dan batik cap Lumajang terus meningkat dan berkembangnya pembatik Lumajang. Seiring berjalanannya waktu, dengan adanya masukan dari pemerintah Kabupaten, dan adanya pelatihan dan event pameran, batik cahaya dan beberapa pengrajin memasukkan corak dan motif yang dianggap mewakili batik khas Lumajang.

(2)

Corak yang menonjol adalah warna turquoise (sejenis biru bersinar), sementara motif batik yang diambil adalah motif Batik Pasir, Batik Jagung berpasir, Batik Pisang, Batik Daun Kelor, Batik Daun Kelapa, Batik Gunung Semeru, dan Batik Waru khas Banjarwaru. Hasil survei pada bulan Desember tahun 2020, telah ditemukan batik khas Kabupaten Lumajang yang yang terletak di Desa Banjarwaru.

Mengeksplor batik yang berbasis kearifan lokal sangat diperlukan khususnya yang mencirikan daerah tersebut. Batik tersebut nantinya dapat menjadi icon tersendiri bagi daerahnya (Primanata, Harjianto, & Irwan, 2021). Adanya eksplorasi akan dapat menemukan potensi usaha yang dapat dikembangkan di daerah tersebut. Di kabupaten Lumajang sendiri, pemberdayaan masyarakat telah banyak dilakukan khususnya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat (Sulistyan, Setyobakti, & Darmawan, 2019). Pemberdayaan masyarakat di kabupaten Lumajang dalam meningkatkan perekonomian dapat dilakukan dengan program pelatihan (Sulistyan, 2020, 2021).

Selain itu juga harus ditunjang dengan sistem pemasaran yang tepat dengan menggunakan digital marketing (Sulistyan, 2017). Pemberdayaan masyarakat juga perlu dilakukan bagi masyarakat pengrajin batik di Kabupaten Lumajang, agar dapat meningkatkan penghasilan serta melestarikan budaya.

METODE

Metode yang digunakan berupa pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada pihak terkait yang ada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang secara khusus menangani budaya. Selain itu wawancara juga dilakukan kepada pengrajin batik khas Lumajang yang ada di Desa Banjarwaru yang secara khusus memproduksi batik serta melestarikan budaya leluhur. Beberapa pihak yang dianggap paling mengetahui budaya leluhur batik khas Lumajang juga dilakukan wawancara guna mendapatkan data yang valid. Observasi dilakukan dengan mengamati motif-motif batik Lumajang serta mempelajari karakteristiknya. Dokumentasi dilakukan dengan melihat data yang telah dikumpulkan di museum Kabupaten Lumajang dan mengadaptasi untuk mendukung hasil penelitian. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif, yaitu mendiskripsikan data yang telah dikumpulkan dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis ini akan meberikan kejelasan atau realitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahun 2018 Batik Cahaya di dirikan di Desa Banjarwaru Lumajang oleh Sri Chomsatun.

Sedangkan mengenai motif batik khas Lumajang, Pemerintah daerah saat ini turut mengembangkan dan menyempurnakan motif, setiap ada momen ditampilkan agar masyarakat ikut menilai kualitas dan motif dari batik tulis dan batik cap. Perkembangan batik di Lumajang sampai tahun saat ini terus menujukkan peningkatan yang signifikan dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah ini menjadi lebih baik, hal ini di tunjukkan dengan adanya peningkatan permintaan pasar batik Lumajang dan bertambahnya jumlah pengrajin batik yang ada di Kabupaten Lumajang. Pemerintah Lumajang terus memberikan Program disetiap wilayah kecamatan menjadi "kampung Batik" yaitu tempat berkumpulnya orang-orang yang mempunyai keahlian untuk mengerjakan batik. Jika dalam perkembanganya usaha batik tersebut mampu meningkatkan dan menjadikan sumber pendapatan bagi masyarakat di wilayah tersebut maka akan muncul beberapa pengusaha batik.

Awal berdirinya Batik Cahaya di Desa Banjarwaru adalah banyaknya masyarakat terutama kaum wanita yang kesehariannya menganggur terutama sasarannya adalah kader PKK yang ada di Desa Banjarwaru yang tidak memiliki keterampilan, sehingga timbul niatan untuk mewujudkan agar mereka memiliki keahlian, keterampilan yang bisa menambah perekonomian keluarga. Untuk mewujudkan Desa Banjarwaru bisa memiliki Icon Batik dimana Batik Tulis dan Batik Cap yang kami selenggarakan memiliki pemasaran yang positif, yang selalu di butuhkan oleh kalangan atas menengah kebawah, baik dari instansi kantor pemerintah daerah, kantor swasta, sekolah maupun

(3)

kalangan masyaakat luas pada umumnya. Keberadaan batik yang di canangkan Bupati Lumajang, Batik Lumajang adalah batik dengan tema Pasir karena Kabupaten Lumajang yang terkenal dengan pasirnya yang berkualitas internasional, sehingga mengangkat bahwa batik Lumajang juga akan terkenal di segala penjuru dunia dengan mengenalkan Batik Pasir. Batik Cahaya dengan khas Batik Tulis dan Batik Capnya mengangkat tema Alam di sekitar wilayah lumajang seperti halnya mengangkat tentang macam macam tanaman, pertanian, dan perkebunan contohnya, Batik jagung berpasir, Batik Daun Kelor, Batik Daun Kelapa, Gunung Semeru, dan Batik Waru khas Banjarwaru. Pada kesempatan ini keberadaan perkembangan persaingan usaha batik tulis dan batik cap terus berkembang. Demikian juga dengan batik tulis dan cap yang tetap eksis sebagai warisan budaya, dapat dikatakan sebagai bagian dari pelestarian budaya di Desa Banjarwaru Lumajang.

Motif batik tulis dan batik cap adalah kerangka gambar atau sebuah pola yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Setiap daerah pembatikan di Indonesia mempunyai motif batik dan tata warna yang berbeda-beda. Keindahan nilai filosofi terkandung dalam motif batik diciptakan melalui proses yang panjang tentunya juga mempunyai arti sangat dalam. Para pencipta motif batik pada zaman dahulu tidak sekedar mencipta sesuatu yang indah dipandang mata saja, tetapi mereka juga memberi makna atau arti yang erat hubunganya dengan filsafat hidup yang mereka hayati. Mereka menciptakan sesuatu ragam hias dengan pesan dan harapan yang tulus dan luhur semoga akan membawa kebaikan serta kebahagiaan bagi pemakai batik. Budaya batik di Jawa mempunyai ratusan motif yang mempunyai makna pemahaman nilai - nilai lokal tersendiri sesuai dengan daerah tersebut. Dari beberapa contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa motif batik menjadi unsur yang sangat menentukan karena dari motif itulah kita dapat mengetahui apakah sebuah batik memiliki "roh" atau tidak. Keindahan motif batik terletak dari dua hal, yaitu :

1. Keindahan visual (keindahan luar), yaitu rasa indah yang diperoleh karena perpaduan yang harmonis dari susunan bentuk dan warna melalui penglihatan atau panca indera. Jika orang memandang atau menikmati sebuah karya seni rupa, yang terdiri dari garis, bentuk, dan tekstur yang tampil secara utuh yang memberikan kesan dan pesan tertentu kepada yang memandangnya 2. Keindahan spiritual (keindahan dalam), yaitu rasa indah yang timbul karena susunan arti atau filosofi lambang dari bentuk dan warna yang sesuai dengan paham yang dimengerti. Keindahan spiritual berakar pada pandangan manusia terhadap sesuatu yang goib yang ingin dipuja, segala sesuatu yang serba rahasia yang dapat kita kenal pada segala bentuk kepercayaan dan agama suatu falsafah hidup.

Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa keindahan pada batik adalah keindahan yang ditimbulkan oleh kesan yang ditampilkan secara utuh (Visual) melalui pandangan terhadap perpaduan garis, bentuk dan tekstur yang ditera pada kain batik. Batik juga dihubungkan dengan pemahaman kepercayaan dan falsafah hidup. Dalam hal ini ada hubungan manusia dengan Tuhan (Allah) yang diekspresikan melalui karya batik. Maka dari itu batik juga sering dipakai pada acara- acara keagaamaan ataupun adat istiadat di suatu daerah.

Perkembangan persaingan industri di suatu daerah telah memiliki peran dan memiliki manfaat bagi masyarakat. Salah satunya, menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat terdekat, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan juga menambah pendapatan bagi masyarakat. Selain itu keberadaan industri batik tulis dan batik cap Lumajanag juga telah memberikan fungsi bagi masyarakat yaitu sebagai pendorong persaingan batik. Industri batik memberikan dorongan agar masyarakat bekerja atau mengembangkan batik yang ada di daerahnya. Sebagai peneyedia wadah atau tempat agar batik tetap terjaga, dan masyarakat dapat berkreasi di dalamnya. Sebagai daya tarik tersendiri bagi masyarakat selain untuk menjaga eksisitensi batik, industri juga menambah penghasilan masyarakat. Pada dasarnya keberadaan industri tentu saja mengalami kemajuan dan kemunduran, tidak semua industri dalam perkembangannya berjalan dengan baik tentu banyak menghadapi berbagai permasalahan agar suatu industri dapat berkembang dan bertahan dengan stabil. Suatu industri dapat berkembang dengan baik apabila memiliki faktor-faktor sebagai berikut yaitu : jumlah tenaga kerja yang diserap, adanya dukungan masyarakat, peran pemerintah, dan juga kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah tenaga kerja yang diserap pada suatu industri tentu memberikan tanda bahwa, industri tersebut mengalami kemajuan.

Sebaliknya, jika jumlah tenaga kerja yang diserap berkurang dari tahun-tahun sebelumnya tentu saja industri tersebut mengalami kemunduran. Dari pembahasan tersebut, maka industri batik

(4)

termasuk golongan industri menengah, dan juga digolongkan pada industri padat karya karena dalam proses sepenuhnya menggunakan tenaga manusia. daerah telah memiliki peran dan memiliki manfaat bagi masyarakat. Salah satunya, menyediakan lapangan pekerjaan, meningkatkan taraf hidup masyarakat dan juga menambah pendapatan masyarakat. Selain itu keberadaan industri batik tulis juga telah memberikan fungsi bagi masyarakat.

Tahap awal penelitian dilakukan eksplorasi beberapa simbol yang akan digunakan sebagai unsur motif batik yang nantinya dijadikan ikon Kabupaten Lumajang diantaranya pisang agung, pasir, dan gunung semeru sesuai dengan konsep yang telah disebutkan diatas. Beberapa contoh hasil karya dari Batik Cahaya di Desa Banjarwaru Lumajang yang telah berdiri sejak tahun 2018 dan sudah memasarkan batiknya baik di Lumajang maupun diluar Lumajang.Proses mencanting di lakukan setelah semua pola telah di terapkan pada kain batik, adapun canting yang digunakan ada dua yaitu canting nomer dua dengan hasil garis yang lebih tebal atau sering disebut canting klowongan dan yang kedua canting isen-isen atau disebut cecekan. Berikut foto dokumentasi pada saat proses mencanting pola motif batik:

Gambar 1. Proses Pembuatan Motif Batik Canting

Setelah dilakukan proses canting, kemudian dilakukan proses pewarnaan. Proses pewarnaan merupakan tahap yang sangat penting dan memerlukan ketelitian untuk menghasilkan warna dengan inovasi teknik gradasi pada kain batik. Pewarnaan dilakukan dengan beberapa kali proses pewarnaan untuk menghasilkan warna gradasi dengan menggunakan proses colet. Berikut foto dokumentasi pada proses pewarnaan.

Gambar 2. Proses Pewarnaan Batik

Proses yang terakhir yaitu penjemuran dan pencucian batik hingga batik jadi dan siap untuk dijual.

Motif batik yang digunakan mencirikan khas Lumajang dan hasil karya budaya leluhur, diataranya motif Batik Pasir, Batik Jagung berpasir, Batik Pisang, Batik Daun Kelor, Batik Daun Kelapa, Batik Gunung Semeru, dan Batik Waru khas Banjarwaru. Berikut ini foto hasil jadi batik khas lumajang.

(5)

Gambar 4. Batik khas Lumajang

KESIMPULAN

Kesimpulan dalam kunjungan lapangan ini bertujuan agar kami mendapatkan pengalaman faktual tentang pelaksanaan proses pembuatan batik. Setelah diadakannya kunjungan lapangan ini, kami mampu memahami secara langsung bagaimana sistem produksi Batik yang dilakukan oleh pengusaha Batik Cahaya di Desa Banjarwaru Lumajang ini. Kami melihat secara langsung kehidupan warga di Desa Banjarwaru Lumajang yang sebagian penduduknya menggeluti kerajinan Batik untuk dijadikan Batik dengan ciri khas dari Desa Banjarwaru Lumajang. Kami juga melihat secara langsung proses produksi dan alat-alat yang digunakan dalam membatik. Terbukti bahwa kerajinan Batik khas Desa Banjarwaru Lumajang tidak kalah dengan batik-batik khas daerah lain.

Batik Khas Lumajang ini mampu bersaing secara nasional maupun internasional dengan motif- motif batik khas daerah lain di Indonesia. Motif Batik Lumajang yang sebagai Ikon Kabupaten Lumajang adalah berupa motif batik pisang agung, pasir, dan gunung semeru yang diaplikasikan pada kain dengan proses batik yang nantinya akan dipakai sebagai seragam dinas Pemerintah Kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut:

1. Dengan adanya motif batik ini akan memberikan satu ciri khas pada motif batik Kabupaten Lumajang, sekaligus bisa menjadi media promosi Desa Banjarwaru Lumajang yang efektif karena penggambaran motif batik dapat mengkomunikasikan potensi kekayaan alam Kabupaten Lumajang yang sangat beragam dan indah, motif pisang agung, pasir dan gunung semeru adalah ekspose utama dari motif batik ini karena dianggap lebih mudah untuk diindentifikasi.

2. Motif batik Lumajang ini memiliki keunikan yang diangkat berdasarkan kekayaan alam daerah Kabupaten Lumajang, dan memiliki corak warna yang berani memberikan kesan yang kuat terhadap filosofi motif batik daerah Kabupaten Lumajang.

DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, B., Masrukhi, & Atmaja, H. T. (2017). Pergeseran Budaya Lokal Remaja Suku Tengger di Desa Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Journal of Educational Social Studies, 6(1), 20-28. doi: 10.15294/JESS.V6I1.16251

Chandra, L. O., & Hartono, S. (2020). Fasilitas Budaya Lumajang di Lumajang. Jurnal eDimensi Arsitektur, 8(2), 833-840.

Fauziyah, & Pareno, S. A. (2017). Komunikasi Pemasaran Destinasi Cagar Budaya di Kabupaten Lumajang. Jurnal Komunikasi Profesional, 1(2), 149-165.

Firmansyah, R. (2019). Perubahan Sosial Ekonomi Pekerja Sentra Industri Batik Di Desa Kunir Kidul Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(2), 168- 173.

Hapsari, L., Kennedy, J., Lestari, D. A., Masrum, A., & Lestarini, W. (2017). Ethnobotanical survey of bananas (Musaceae) in six districts of East Java, Indonesia. Biodiversitas, 8(1), 160-174. doi: 10.13057/biodiv/d180123

(6)

Karyawanto, H. Y., & Anggoro, R. R. M. K. M. (2020). The Local Wisdom of Gucialitese People in Ojung Ritual. KnE Social Sciences, 218-227. doi: 10.18502/kss.v4i12.7598

Paramita, R. W. D., Rizal, N., & Taufiq, M. (2019). Kemiren 3: Pelestarian Budaya Di Luar Nalar. Lumajang: Widya Gama Press.

Paramita, R. W. D., Rizal, N., & Taufiq, M. (2020a). Kemiren 4: Pelestarian Budaya Melalui Akuntansi Berkebudayaan. Lumajang: Widya Gama Press.

Paramita, R. W. D., Rizal, N., & Taufiq, M. (2020b). Model Implementation of Corporate Social Responsibility Policy in Osing Culture. International Journal of Innovation, Creativity and Change, 12(9), 493-503.

Primanata, R. O., Harjianto, & Irwan, M. S. (2021). Eksplorasi Ragam Nilai Karakter Bangsa Berbasis Kearifan Lokal Dalam Motif Batik Khas Banyuwangi Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(1), 27-33. doi: 10.33087/jiubj.v21i1.1138

Sulistyan, R. B. (2017). Website Management Training Tourism Village in Sumber Pakel Padang District Lumajang. International Journal of Society Development and Engagement, 1(1), 120-128. doi: 10.29138/scj.v1i2.587

Sulistyan, R. B. (2020). Lecturer E-learning Training: The Role of Social Exchange Theory.

Empowerment Society, 3(2), 50-56. doi: 10.30741/eps.v3i2.589

Sulistyan, R. B. (2021). Peningkatan Kualitas Pegawai melalui Program Autocad : Pendekatan Social Exchange Theory. Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(1), 101- 105. doi: 10.31849/dinamisia.v5i1.4297

Sulistyan, R. B., & Paramita, R. W. D. (2021). Business Location Planning Assistance:

Preservation of Traditional Culture of Kampoeng Batara Banyuwangi. Empowerment Society, 4(1), 17-21. doi: 10.30741/eps.v4i1.634

Sulistyan, R. B., Setyobakti, M. H., & Darmawan, K. (2019). Strategi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pembentukan Destinasi Wisata dan Usaha Kecil. Empowerment Society, 2(2), 1-7. doi: 10.30741/eps.v2i2.457

Referensi

Dokumen terkait

Setelah semua peserta dapat membuat motif batik selanjutnya tim pelaksana memberi peratihan membuat pola batik dan menata pola batik (cara menata motif dengan pola

Dua-belas motif batik Lebak yang terdiri dari motif Angklung Buhun (unsur-unsur motif yang terkandung didalam motif Angklung Buhun ini diantaranya: Angklung Buhun,