Hasil analisa tenggat waktu akan dilakukan sesuai jadwal yang akan ditentukan oleh kontraktor dan dimaksudkan untuk dipercepat dengan metode CPM. Hasil analisis jaringan menurut metode CPM yang dilakukan pada jadwal menunjukkan gambaran pekerjaan atau aktivitas pekerjaan yang dilakukan, kode-kode, aktivitas sebelumnya (Pendahulu), aktivitas selanjutnya (penerus) dan lamanya aktivitas. Pada kegiatan kesembilan yaitu kegiatan ahli konstruksi K3 atau ahli keselamatan konstruksi pada minggu ke 4 bertanda G1 yang berlangsung selama 7 hari, kegiatan sebelumnya (prekursor) adalah hari raya razia fitrah bertanda B dan kegiatan berikutnya. kegiatan (penerus) biasanya merupakan akumulasi sumber daya hasil penggalian minggu ke 8 dan 9 dengan kode J.
Kemudian pada kegiatan ke 29 yaitu pekerjaan baja tulangan biasa BjTP-280 dengan kode Q yang mempunyai durasi selama 12 hari, kegiatan pendahulunya adalah Pekerjaan Beton Struktural 30 Mpa Fc dengan kode P dan kegiatan selanjutnya (penerus) adalah BjTP-fin pekerjaan baja tulangan 280 dengan kode R. Hasil analisis jaringan dengan metode CPM yang dilakukan pada percepatan 1 menunjukkan uraian tugas atau langkah pekerjaan yang dilakukan, kode, kegiatan pendahulunya (Predecessor), kegiatan selanjutnya (Successor) dan durasi kegiatan. Pada kegiatan kelima yaitu kegiatan lapis pondasi bawah beton tipis dengan kode E yang mempunyai durasi selama 63 hari, kegiatan terdahulu (pendahulu) adalah kegiatan dengan kode B dan kegiatan berikutnya (penerus) adalah pekerjaan timbunan biasa hasil galian. sumber dengan kode G.
Kemudian pada kegiatan ke 11 yaitu kegiatan Beton Struktur Fc 30 Mpa dengan kode K yang berdurasi selama 14 hari, kegiatan pendahulunya adalah pekerjaan pengerasan jalan telfold batu gunung, baja tulangan polos BjTP-280 dan. Baja tulangan sirip BjTP-280 dengan kode H, I, J dan kegiatan selanjutnya (penerusnya) tidak ada karena kegiatan beton Struktur 30 Mpa Fc merupakan kegiatan terakhir.
Analisa penjadwalan menggunakan metode CPM (Percepatan 2)
Dari hasil perhitungan free float, total float dan float interventent diatas terlihat TF yang nilainya = 0 adalah kegiatan A, B, F, G, H, K, hal ini menandakan tugas tidak tertunda sewaktu-waktu dan itu disebut aktivitas kritis. Nilai TF yang mempunyai nilai tugas mempunyai tenggang waktu pada tabelnya yaitu kegiatan C, D, E, I, J, oleh karena itu disebut kegiatan tidak kritis atau kritis sebagian. Nilai IF kegiatan C, D, E, I, J yang tercantum pada tabel sebaiknya dijadwal ulang meskipun tidak mempengaruhi penyelesaian proyek.
Pekerjaan mobilisasi 14 hari, cuti idul fitri, sosialisasi, promosi dan pelatihan, keselamatan kerja dan alat pelindung diri serta asuransi, perizinan terkait keselamatan konstruksi dapat dilakukan secara bersamaan karena mobilisasi, sosialisasi, promosi dan pelatihan, peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri, dan asuransi, perizinan terkait keselamatan konstruksi dapat dilakukan dengan beberapa perwakilan anggota yang ditunjuk, sehingga seluruh anggota tim tidak perlu melakukannya, sisa anggota tim dapat menyelesaikan kegiatan cuti idul fitri . Kemudian kegiatan ahli K3 konstruksi atau ahli keselamatan konstruksi, sarana, prasarana dan peralatan kesehatan, rambu-rambu dan peralatan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas dengan kode B dapat dilakukan secara bersamaan dalam waktu 13 hari, karena dapat dilakukan dengan beberapa perwakilan anggota yang ditunjuk. . jadi semua orang di tim tidak perlu melakukannya. Hasil analisis jaringan menggunakan metode CPM yang dilakukan pada percepatan 2 menunjukkan deskripsi tugas atau langkah pekerjaan yang dilakukan, kode, aktivitas pendahulu (pendahulu), aktivitas berikutnya (penerus), dan durasi aktivitas.
Misal untuk kegiatan pertama yaitu kegiatan dengan kode A yang total durasinya 14 hari, karena kegiatan ini merupakan kegiatan awal maka tidak ada kegiatan pendahulunya, sedangkan kegiatan selanjutnya (penerus) adalah kegiatan dengan kode B. yang berdurasi 13 hari. Pada kegiatan kelima yaitu kegiatan “lapisan dasar dibawah beton tipis” kode E yang berlangsung selama 63 hari, kegiatan sebelumnya (pendahulu) adalah kegiatan dengan kode B dan kegiatan selanjutnya (penerus) adalah pekerjaan tanggul biasa dari galian. sumber daya dengan kode G Kemudian pada kegiatan ke 10 yaitu kegiatan Beton Struktur Fc 30 Mpa dengan kode K yang berdurasi selama 14 hari, kegiatan sebelumnya adalah pengerjaan baja sirip BjTP.
280 dengan kode I dan kegiatan selanjutnya (penerusnya) tidak ada karena kegiatan konkrit Struktur Fc 30 Mpa merupakan kegiatan terakhir. Dari hasil perhitungan interferensial free float, total float dan float diatas terlihat nilai TF = 0 yaitu kegiatan A, C, F, H, I, J. Nilai TF yang mempunyai nilai tugas tersebut mempunyai tenggang waktu pada tabelnya, oleh karena itu tugas B, D, E, G disebut tugas non kritis atau semi kritis.
Jika nilainya seperti pada tabel untuk kegiatan B, D, E, G maka perlu dilakukan penjadwalan ulang meskipun tidak mempengaruhi penyelesaian proyek.
Analisis Jaringan Kerja Metode PDM (Precedence Diagram Method) Berdasarkan hasil analisis penjadwalan dengan metode PDM, bentuk skema
Analisa Penjadwalan sesuai Time Schedule
Menandakan tugas tersebut tidak ada, jika masa tenggang telah habis disebut kegiatan kritis. Nilai FF=0 pada tabel berarti tidak ada aktivitas yang diperlambat, tanpa mempengaruhi dimulainya aktivitas berikutnya.
Analisa Penjadwalan menggunakan metode PDM (Percepatan 1)
Pada gear 1, beberapa kegiatan yang dapat dilakukan secara bersamaan digabungkan menjadi satu, seperti kegiatan dengan kode A, kerja mobilisasi dalam waktu 14 hari, cuti Idul Fitri, sosialisasi, promosi dan pelatihan, alat pelindung diri dan alat pelindung diri serta asuransi, keselamatan. terkait perizinan konstruksi dapat dilaksanakan secara serentak karena mobilisasi, sosialisasi, promosi dan pelatihan, alat pelindung diri dan alat pelindung diri, serta asuransi, perizinan terkait keselamatan konstruksi dapat dilakukan dengan beberapa perwakilan anggota yang ditunjuk, sehingga seluruh anggota anggota tim tidak perlu melakukan hal tersebut, selebihnya anggota tim dapat melaksanakan kegiatan libur lebaran. Hasil analisis jaringan dengan metode PDM yang dilakukan pada akselerasi 1 menunjukkan gambaran pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan, kode-kode, aktivitas pendahulu (predecessor), aktivitas lanjutan (successor), dan durasi aktivitas. Misalnya pada aktivitas pertama yaitu aktivitas dengan kode A dengan total durasi 14 hari tanpa ada aktivitas sebelumnya, tanpa hubungan logika/kendala dan tanpa nilai Lead/Lag seperti terlihat pada Tabel 4.8, hal ini dikarenakan aktivitas dengan kode A merupakan pekerjaan yang pertama kali dilakukan, sedangkan kegiatan berikutnya (penerusnya) adalah kegiatan dengan kode B yang mempunyai durasi selama 13 hari.
Pada kegiatan keempat yaitu kegiatan “mata kuliah dasar agregat kelas A” dengan kode D yang berdurasi 20 hari dengan relasi logis/kendala FS (Finish to Start) dan nilai Lead/Lag sebesar 8, maka kegiatan pendahulunya adalah aktivitas dengan kode B dan aktivitas (penerus) berikutnya adalah kerja. Kemudian pada kegiatan ke 11 yaitu kegiatan Beton Struktur 30 Mpa Fc dengan kode K yang berdurasi selama 14 hari, kegiatan sebelumnya yaitu kegiatan dengan kode H, I, J atau kegiatan perkerasan batu gunung dengan logika . /Hubungan kendala FS (Finish to Start ) dan nilai Lead/Lag 2, baja tulangan sederhana BjTP-280 dengan logika hubungan/kendala FS (Finish to Start) dan nilai Lead/Lag 4 dan baja tulangan sirip BjTP-280 dengan logika FS / hubungan yang memaksa. Finish to Start) dan nilai Lead/Lag 4, dan aktivitas selanjutnya (successor) tidak ada karena aktivitas konkrit Struktur Fc 30 Mpa merupakan aktivitas terakhir dan nilai Lead/Lag tidak ada seperti terlihat pada tabel 4.8. Nilai lead/lag ditentukan oleh jarak antara awal/selesai suatu aktivitas dengan awal/selesai aktivitas lainnya pada Tabel 4.8 kemudian dianalisis dengan menggunakan hubungan logika/threshold.
Namun uraian penentuan pekerjaan lain juga terdapat pada tabel 4.8. Bentuk jaringan pada percepatan 1 dapat dilihat pada gambar 4.5. Misalnya aksi A dihubungkan dengan aksi B yang dihubungkan dengan tanda panah (batas) seperti pada gambar, dan seterusnya hingga diakhiri dengan aksi K dan menghitung bolak-balik.
Analisa Penjadwalan menggunakan metode CPM (Percepatan 2)
LS, EF = LF, LF - ES = Durasi, maka diperoleh jalur kritis pada pekerjaan proyek jalan Sungai Manggis Kecamatan Sambutan Kota Samarinda A, B, C, E, F, G, H, J, K, sedangkan jalurnya tidak kritis yaitu D, I total waktu pelaksanaan 150 hari. Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan Rambu dan perlengkapan lalu lintas atau pengaturan lalu lintas yang diperlukan. Hasil analisis jaringan kerja dengan metode PDM yang dilakukan pada akselerasi 2 menunjukkan gambaran aktivitas kerja yang dilakukan, kode, aktivitas pendahulu (predecessor), aktivitas penerus (successor), dan durasi aktivitas.
Misalnya pada aktivitas pertama yaitu aktivitas dengan kode A yang total durasinya 14 hari, tidak ada aktivitas pendahulunya, logika link/constraint dan nilai Lead/Lag tidak ada seperti terlihat pada tabel 4.8, hal ini karena aktivitas dengan kode tersebut merupakan hal pertama yang harus dilakukan. , sedangkan kegiatan selanjutnya (penerus) adalah kegiatan dengan kode B yang berdurasi selama 13 hari. Pada kegiatan keempat yaitu kegiatan lapisan dasar agregat kelas A dengan kode D yang berdurasi selama 20 hari dengan relasi logis/kendala FS (Finish to Start) dan nilai Lead/Lag sebesar 8 maka kegiatan pendahulunya adalah kegiatan dengan kode. B dan kegiatan Selanjutnya (selanjutnya) adalah pekerjaan tanggul biasa dari sumber galian dengan kode G dan kegiatan perkerasan batuan dengan kode H. Kemudian pada kegiatan ke 9 yaitu baja tulangan polos BjTP-280 dan baja tulangan sirip BjTP-280 dengan kode I. , berdurasi selama 14 hari, kegiatan prekursor yaitu kegiatan dengan kode G dan H atau kegiatan biasa yang dikumpulkan dari sumber daya galian dengan hubungan logis/kendala FS (Finish to Start) dan Lead/Lag nilai 2 dan perkerasan dengan batuan gunung dengan nilai hubungan logis/kendala FS (Finish to Start) dan nilai Lead/Lag 0, aktivitas berikutnya (penerus) adalah aktivitas konkrit Struktur Gunung Fc 30 Mpa dengan hubungan logis /kendala FS (Finish to Start) dan Lead/ Nilai penundaan sebesar 1 seperti terlihat pada tabel 4.9.
Nilai Lead/Lag ditentukan oleh jarak antara durasi awal/akhir suatu aktivitas dengan awal/akhir aktivitas lain dari tabel 4.9, kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan hubungan logika/kendala FS, SS, SF atau FF. Berdasarkan hasil analisa perhitungan manual backward dengan metode PDM teridentifikasi jalur kritis yang diberi label ES=LS, EF=LF, LF - ES=Durasi, jalur kritis yang diperoleh untuk pekerjaan proyek jalan Sungai Manggis Kecamatan Sambutan Samarinda Kota adalah A, C, D, E, F, G, H, I, J sedangkan jalan non kritis adalah B dan total durasi pekerjaan adalah 148 hari.
Perbandingan Hasil Metode CPM dan PDM
Penggunaan batasan SS (Start to Start), FF (Finish to Finish), SF (Star to finish) dan FS (Finish to Start). Analisis jadwal menghasilkan jalur kritis A, B, I, J, J2, K, M1, M3, N1, O, O1 dengan total durasi pekerjaan selama 217 hari, pada percobaan percepatan 1 menghasilkan jalur kritis A, B, F, G, H, K dengan total waktu kerja 207 hari, dan pada percobaan 2 percepatan menghasilkan lintasan kritis A, C, F, H, I, J dengan total waktu kerja 196 hari.