A. Latar Belakang
Organisasi Internasional merupakan suatu persekutuan negara- negara yang dibentuk dengan persetujuan antara para anggotanya dan mempunyai suatu sistem yang tetap atau perangkat badan-badan yang tugasnya adalah untuk mencapai tujuan kepentingan bersama dengan cara mengadakan kerjasama antara para anggotanya.1 Organisasi internasional atau organisasi antar pemerintah merupakan subjek hukum internasional setelah negara. Negara-negaralah sebagai subjek asli hukum internasional yang mendirikan organisasi-organisasi internasional. Walaupun organisasi- organisasi ini baru lahir pada akhir abad ke-19, akan tetapi perkembangannya sangat cepat setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Fenomena ini berkembang bukan saja pada tingkat universal tetapi juga pada tingkat regional.2
Para ahli hukum masing-masing memberikan definisi yang berbeda mengenai organisasi internasional. Sumaryo Suryokusumo berpendapat bahwa Organisasi internasional adalah suatu proses. Organisasi internasional juga menyangkut aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional juga diperlukan
1 Sumaryo Suryokusumo, Pengantar Hukum Organsisasi Internasional, PT Tatanusa, Jakarta, 2007, hal. 1.
2 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, PT Alumni, 2005, hal. 52.
dalam rangka kerjasama menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian yang timbul.3 Sedangkan Boer Mauna mendefinisikan Organisasi internasional adalah suatu perhimpunan Negara- negara yang merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mencapai kepentingan bersama melalui organ-organ dari perhimpunan itu sendiri.
Selain itu, Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr memberikan pandangan bahwa Organisasi internasional adalah pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara Negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberikan manfaat timbal balik yang dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala.
Untuk dapat menjadi sebuah organasasi internasional, sedikitnya terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain:4
1. Tujuannya haruslah merupakan tujuan internasional;
2. Harus mempunyai anggota, dimana setiap anggota mempunyai hak suara;
3. Didirikan berdasarkan pada anggaran dasar dan harus mempunyai markas besar (headquarters) demi kelangsungan organisasi;
4. Pejabat/pegawai yang mempunyai tugas menjalankan pekerjaan organisasi harus terdiri dari berbagai bangsa/negara;
5. Organisasi harus dibiayai oleh anggota yang berasal dari berbagai negara/bangsa. Organisasi harus berdiri sendiri (independent) dan harus masih aktif. Organisasi yang tidak aktif lebih dari lima tahun tidak diakui lagi.
3 Tinjauan Mengenai Orgnasisasi Interrnasnional, http://www.repository.usu.ac.id, Diakses pada 31 Agustus 2019.
4 Clive Archer, International Organizations; Third Edition, Routledge, New York, 2001, hal. 24.
Salah satu contoh organisasi internasional yang bersifat universal dengan tujuan general/ umum yakni Perserikatan Bangsa-Bangsa (selanjutnya disebut PBB). PBB sendiri adalah salah satu organisasi internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini.5 Dasar pendirian dan pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan upaya kedua untuk membentuk suatu organisasi internasional yang universal dengan tujuan utamanya adalah memelihara perdamaian di bawah suatu sistem keamanan kolektif.6 Tujuan didirikannya Perserikatan Bangsa- Bangsa itu sendiri seperti yang tercantum dalam Preambule yaitu:
a. Menyelamatkan generasi mendatang dari bencana perang;
b. Memperteguh kepercayaan pada hak-hak asasi manusia, harkat dan derajat diri manusia dan persamaan hak bagi pria dan wanita, serta bagi semua bangsa baik besar maupun kecil;
c. Menciptakan keadaan yang memungkinkan terpeliharanya keadilan dan penghormatan kewajiban yang timbul dari perjanjian internasional dan sumber hukum internasional yang lain;
d. Mendorong kemajuan sosial dan tingkat kehidupan yang lebih baik.7 Berdasarkan Pasal 7 Piagam PBB, terdapat enam principal organ (organ utama) PBB yaitu Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi Sosial, Dewan Perwalian, Mahkamah Internasional, dan Sekretariat.8 Organ-organ ini berperan penting dalam melaksanakan tujuan dan prinsip-prinsip PBB, terutama dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Untuk tujuan itu, organ-organ tersebut berperan
5 F. Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1994, hal.127.
6 Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional & Integritas Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hal. 103.
7 Sugeng Istanto, Op. Cit., hal. 129-130.
8 Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hal. 98.
dalam mengupayakan penyelesaian sengketa internasional secara damai, sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional.9
Seiring perkembangan kedinamisan hukum internasional maka telah melahirkan suatu tatanan sumber hukum baru yaitu resolusi atau keputusan suatu organisasi internasional yang menurut kebiasaan internasional diakui oleh negara-negara di dunia saat ini. Keputusan- keputusan yang dikeluarkan dapat berasal dari organ eksekutif, legislatif maupun yudikatif suatu organisasi internasional.10 Sebagai sumber hukum baru yang dikeluarkan oleh organisasi internasional, maka berdasarkan hukum internasional PBB juga berhak mengeluarkan Resolusi tersebut. Dari jumlah keseluruhan enam organ utama yang ada, dalam hal menjaga perdamaian dunia makan Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan PBB adalah organ yang dapat mengeluarkan suatu resolusi.
Organ pertama yakni Majelis Umum PBB (selanjutnya disebut MU PBB) merupakan badan PBB yang berfungsi sebagai badan paripurna secara menyeluruh. Wewenang badan ini bersifat umum, dan bukan bersifat khusus. Secara internal keorganisasiannya, MU PBB merupakan inti dari pada organisasi yang juga melaksanakan fungsi-fungsi yang saling berbeda dalam kaitannya dengan badan PBB lainnya dan tentu saja juga dalam kaitannya dengan aturan, prosedur dan metode serta prosedur operasinya
9 Ibid.
10 Mochtar Kusumaatmadja, Etty. R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2003, hal. 154.
sendiri.11 Sebaliknya secara eksternasl keorganisasiannya, badan ini merupakan fungsi-fungsi dalam bidang politik, social, ekonomi, kemanusiaan dan kebudayaan, serta merupakan konferensi diplomatik bagi seluruh anggota PBB.
MU PBB bukan merupakan badan pembuat undang-undang layaknya badan paripurna suatu negara, sehingga tidak menghasilkan undang-undang melainkan resolusi atau keputusan yang dihasilkan lewat keputusan negara-negara di dalamnya. selain itu, MU PBB juga bukanlah sebuah parlemen, karena tidak memiliki kekuasaan untuk menggeser Dewan Keamanan dari kedudukannya. Namun, MU PBB berhak meminta pendapat serta nasihat dari Mahkamah Internasional dan memberi kuasa kepada badan-badan lainnya untuk melakukan hal yang serupa.12
Resolusi-resolusi MU PBB dikategorikan dalam dua bentuk yakni resolusi yang berkaitan dengan masalah-masalah yang bersifat internal dan resolusi yang berkaitan dengan masalah-masalah yang bersifat eksternal.
Resolusi dalam hal internal bersifat non-rekomendatory dan memiliki kekuatan hukum mengikat, kecuali resolusi tersebut dinyatakan secara eksplisit dikategorikan sebagai rekomendasi. Sedangkan Resolusi dalam hal eksternal pada pokoknya berbentuk rekomendasi. Rekomendasi tersebut diartikan sebagai nasihat yang ditujukan oleh organisasi kepada pelaku atau
11 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hal. 836.
Majelis Umum merupakan satu-satunya badan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari semua anggota, setiap anggota hanya memiliki satu suara, meskipun diizinkan menempatkan lima orang wakilnya.
12 James Barros, United Nation: Past, Present and Future, (diterjemahkan oleh D. H.
Gulo) Bumi Aksara, Jakarta, 1984, hal. 64.
sejumlah pelaku tertentu dalam dunia politik yang memintanya melaksanakan atau menahan diri dari pelaksanaan tindakan atau serangkaian tindakan tertentu tanpa tidak menyatakan secara tidak langsung bahwa negara atau pelaku yang dituju dalam resolusi tersebut mempunyai suatu kewajiban hukum untuk dilaksanakan.13
Organ kedua yakni, Dewan Keamanan PBB (selanjutnya disebut DK PBB) merupakan dewan yang mempunyai tugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia. Berdasarkan Pasal 23 Piagam PBB (amandemen) DK PBB terdiri atas 15 negara anggota. 5 Anggota Tetap dan 10 Anggota Tidak Tetap. Kelima Negara anggota tetap dari DK PBB adalah Amerika serikat, Rusia, Perancis, China, dan Inggris. Sebagai Negara yang merupakan Negara anggota tetap dari Dewan Keamanan PBB, kelima Negara ini memiliki beberapa hak-hak istimewa yang tidak dimiliki oleh Negara-negara lain yang merupakan Negara anggota tidak tetap. Kelima anggota tetap ini memiliki status luar biasa (eksepsional) tidak hanya berdasarkan atas kepermanenannya saja akan tetapi juga oleh alasan-alasan hak-hak suara khusus terutama hak “veto”.14
Pemberian status luar biasa untuk kelima anggota tetap ini terletak dalam “inescapable fact of power differential”. Dengan perkataan lain, dasar pemikiran yang melandasinya yaitu bahwa negara-negara inilah yang dibebabankan tanggung jawab terberat untuk memelihara perdamaian dan
13 Affandi Sitamala, Penyelesaian Sengketa Internasional melalui Majelis Umum PBB, http://www.docstoc.com, Diakses pada 1 September 2019.
14 James Barros, Op. Cit., hal. 8.
keamanan internasional dan oleh karena itu kepada mereka harus diberikan hak suara final dan menentukan dalam memutuskan tentang bagaimana tanggung jawab itu harus dilaksanakan.15 Sedangkan untuk negara-negara yang merupakan Negara anggota tidak tetap, akan dipilih dengan mengikuti ketentuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 23 Piagam PBB. Adapun formulasi alokasi kursi dari Negara-negara yang merupakan Negara anggota tidak tetap adalah 5 kursi untuk Negara-negara Afrika-Asia, 1 kursi untuk Negara-negara Eropa Timur, 2 kursi untuk Negara-negara Amerika Latin dan Karibia, dan 2 kursi untuk Negara-negara Eropa Barat dan Negara- negara lainnya.16
Dalam hal mengeluarkan sebuah resolusi, sifat dan keputusan atau resolusi yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB adalah sangat berbeda dengan resolusi yang dikeluarkan oleh badan utama lainnya yang bersifat hanya mengikat secara internal dan rekomendatif.17 Sedangkan keputusan Dewan Keamanan benar-benar mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan bahkan dapat bertentangan dengan prinsip hukum internasional, yang mana kekuatan mengikat resolusi Dewan kemanan tidak hanya mengikat bagi negara yang merupakan anggota PBB melainkan juga mengikat bagi negara-negara yang bukan anggota PBB.18
15 Ibid.
16 Pengaturan tentang formulasi ini diatur dalam General Assembly Resulotion 1991 (XVIII)A yang menggantikan gentleman’s agreement tahun 1946.
17 James Barros, Op. Cit. hal. 102.
18 Lihat Pasal 25, Pasal 2 ayat (6) serta Pasal 49 Piagam PBB.
Resolusi Dewan Keamanan tersebut mengikat bukan hanya kepada negara anggota PBB tetapi kepada negara-negara bukan anggota PBB sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (6) yaitu "The Organization shall ensure that states which are not members of the United Nations act in accordance with these Principles so far as may be necessary for the maintenance of international peace and security". Berdasarkan pasal tersebut, suatu negara yang bukan anggota PBB maupun bukan anggota Dewan Keamanan PBB dapat juga dikenai kewajiban untuk melaksanakan dan terikat dengan resolusi Dewan Keamanan PBB, terlebih lagi negara tersebut merupakan salah satu pihak yang bersengketa atau menurut sidang Dewan Keamanan PBB negara tersebut telah melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan perdamaian dan keamanan internasional.19
Letak kekuatan mengikat dari resolusi DK PBB terdapat pada Piagam PBB yaitu pasal 25 yang menyatakan “The Members of the United Nations agree to accept carry out the decisions of the Security Council in accordance with present Charter”. Dimana disebutkan bahwa semua negara anggota PBB telah sepakat untuk menerima dan melaksanakan keputusan- keputusan Dewan Keamanan serta pada pasal itu pula, dewan Keamanan mempunyai kekuasaan untuk memutuskan keputusan yang mempunyai kekuatan mengikat termasuk keputusan tersebut adalah resolusi Dewan Keamanan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa sadar atau tidak, apapun keputusan yang dikeluarkan Dewan sehubungan dengan fungsinya dalam
19 Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2004, hal. 19.
menyelesaikan sengketa, para pihak yang terkait berkewajiban untuk melaksanakannya.20
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis ingin melakukan pengkajian mengenai masalah di atas di dalam penelitian dengan judul: “Kedudukan Resolusi Sebagai Sumber Hukum Internasional Dan Akibat Hukumnya Bagi Negara Bukan Anggota PBB.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka rumusan masalah yang dibuat oleh penulis adalah “Bagaimana Kedudukan Resolusi Sebagai Sumber Hukum Internasional Dan Akibat Hukumnya Bagi Negara Bukan Anggota PBB?”
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian dari proposal ini adalah :
1. Untuk mengkaji dan mengetahui bagaimana Kedudukan Resolusi Sebagai Sumber Hukum Internasional Dan Akibat Hukumnya Bagi Negara Bukan Anggota PBB.
2. Sebagai salah satu persyaratan untuk penyelesaian studi pada fakultas hukum Universitas Pattimura.
20 Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hal. 99.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat Penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik di bidang hukum internasional khususnya dalam hal organisasi internasional.
2. Secara Praktis, Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat dalam memberikan penjelasan mengenai Kedudukan Resolusi Sebagai Sumber Hukum Internasional Dan Akibat Hukumnya Bagi Negara Anggota PBB, serta dapat berguna untuk masyarakat maupun penelitian- penelitian lainnya.
E. Kerangka Konseptual
1. Konsep Sumber Hukum Internasional
Sumber hukum internasional terbagi menjadi dua yaitu sumber hukum dalam arti materiil dan sumber hukum dalam arti formil.
a. Sumber hukum materiil adalah sesuatu aktual yang berguna untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi peristiwa ataupun situasi tertentu. Sumber hukum yang membahas materi dasar yang menjadi substansi dari pembuatan hukum itu sendiri.
b. Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang membahas bentuk nyata dari hukum itu sendiri. Dalam bentuk atau wujud apa sajakah hukum itu tampak dan berlaku. Dalam bentuk atau wujud inilah ditemukan hukum yang mengatur suatu masalah tertentu.
Berdasarkan pengertian sumber hukum baik materiil maupun formal menurut Burhan Tsani mendefinisikan Sumber hukum internasional diartikan sebagai berikut:21 Dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional, Metode penciptaan hukum internasional, Tempat diketemukannya ketentuan-ketentuan hukum internasional.
Penggolongan sumber hukum internasional dibedakan menjadi dua yaitu penggolongan hukum internasional menurut pendapat Sarjana Hukum Internasional dan penggolongan menurut Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional. Penggolongan sumber hukum menurut para sarjana adalah kebiasaan, traktat, keputusan pengadilan atau badan- badan Arbitrase, karya-karya hukum, dan keputusan atau ketetapan organ-organ/lembaga internasional.
Sumber hukum internasional menurut Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional adalah berikut:
1) Perjanjian internasional (Internasional conventions), baik yang bersifat umum maupun khusus.
2) Kebiasaan internasional (Internasional custom).
3) Prinsip hukum umum (general principles of law) yang diakui oleh negara beradab.
21 Heliarta, Mengenal Hukum Internasional, PT Sindur Press Semarang, Semarang, 2010, hal. 10.
4) Keputusan pengadilan (judical decision) dan pendapat para ahli yang telah diakui kepakarannya, yang merupakan sumber hukum internasional tambahan.22
Menurut sifatnya sumber hukum internasional dibedakan menjadi dua yaitu sumber hukum primer dan sumber hukum subsider.
Sumber hukum primer adalah sumber hukum yang dapat berdiri sendiri tanpa ada sumber hukum yang lainnya. Sumber hukum primer yang dimaksud adalah berikut:
a) Perjanjian internasional.
b) Kebiasaan internasional.
c) Prinsip hukum umum yang diakui oleh negara yang beradab.
Dalam praktiknya ketiga sumber hukum internasional primer ini memiliki kedudukan yang sama, karena setiap masalah yang hadir dalam meja Mahkamah Internasional selalu bersumber pada ketiga sumber hukum tersebut. Jadi ketiga sumber hukum internasional itu memiliki kedudukan yang sama, yaitu sebagai sumber hukum yang dapat berdiri sendiri.23
Sedangkan, Sumber hukum subsider adalah hukum tambahan yang digunakan oleh hakim dalam memutuskan perkara. Sumber hukum subsider bisa dilakukan bila ada dukungan dari sumber hukum primer.
22 Ibid. hal. 11.
23 Ibid. hal. 12.
Jadi sumber hukum subsider tidak bisa berdiri sendiri. Sumber hukum subsider itu meliputi keputusan pengadilan dan pendapat sarjana hukum internasional. Dalam praktiknya Hakim Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan masalah tidak boleh bersumber pada hukum ini saja.
Hukum subsider merupakan hukum tambahan untuk sumber hukum primer, karena hukum subsider tidak bisa berdiri sendiri.24
2. Konsep Organisasi Internasional
Definisi universal dari organisasi internasional sangat sulit untuk didefinisikan. Menurut pasal 2 ayat 1 Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian 1969, organisasi internasional adalah organisasi antar pemerintah. Definisi yang diberikan Konvensi ini adalah sempit, karena membatasi diri hanya pada hubungan antara pemerintah. Penonjolan aspek antar pemerintah ini kiranya dimaksudkan untuk membedakan antara organisasi-organisasi antar pemerintah (inter-governmental organizations-IGO’s) dan organisasi-organisasi non-pemerintah (nongovernmental organizations-NGO’s). Perumusan definisi yang sempit ini mungkin didasarkan atas keberhatihatian, karena dibuatnya definisi yang baku akan melahirkan konsekuensi hukumnya baik di tingkat teori maupun praktis.25
Organisasi internasional atau organisasi antar pemerintah merupakan subjek hukum internasional setelah negara. Negara-negaralah sebagai subjek asli hukum internasional yang mendirikan organisasi-
24 Ibid. hal. 13.
25 Boer Mauna, Op. Cit., hal. 462.
organisasi internasional. Walaupun organisasi-organisasi ini baru lahir pada akhir abad ke-19, akan tetapi perkembangannya sangat cepat setelah berakhirnya Perang Dunia II. Fenomena ini berkembang bukan saja pada tingkat universal tetapi juga pada tingkat regional.26
Adapun beberapa syarat sebuah organisasi disebut sebagai organisasi internasional adalah sebagai berikut:27
a. Tujuannya haruslah merupakan tujuan internasional;
b. mempunyai anggota, dimana setiap anggota mempunyai hak suara;
c. Didirikan berdasarkan pada anggaran dasar dan harus mempunyai markas besar (headquarters) demi kelangsungan organisasi;
d. Pejabat/pegawai yang mempunyai tugas menjalankan pekerjaan organisasi harus terdiri dari berbagai bangsa/negara.
e. Organisasi harus dibiayai oleh anggota yang berasal dari berbagai negara/bangsa. Organisasi harus berdiri sendiri (independent) dan harus masih aktif. Organisasi yang tidak aktif lebih dari lima tahun tidak diakui lagi.
Klasifikasi organisasi internasional dari Perserikatan Bangsa- Bangsa memiliki beberapa macam. Metode yang paling mudah untuk melakukan klasifikasi terhadap organisasi internasional antar pemerintah (Intergovernmental) adalah klasifikasi organisasi internasional berdasarkan tujuan organisasi dan keanggotaan organisasi tersebut.
Secara keanggotaan, terdapat organisasi internasional universal. Tujuan
26 Ibid. hal. 52.
27 Clive Archer, Op. Cit., hal. 24.
organisasi general, salah satu contohnya adalah Perserikatan Bangsa- Bangsa, dan organisasi dengan tujuan spesifik adalah organisasi- organisasi seperti IAEA (International Atomic Energy Agency) dan WHO (World Health Organization).28
Sedangkan klasifikasi organisasi internasional berdasarkan keanggotaan lainnya adalah organisasi internasional regional. Klasifikasi organisasi ini secara general misalnya Uni Afrika (African Union), Uni Eropa (European Union), dan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations). Klasifikasi organisasi internasional regional berdasarkan tujuan yang spesifik adalah organisasiorganisasi seperti NATO (North Atlantic Treaty Organization), NAFTA (North American Free Trade Agreement) dan organisasi bersifat spesifik dan regional lainnya.29
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Berdasarkan Permasalahan diatas maka penulisan ini menggunakan jenis Penelitian “Yuridis Normatif “.Yaitu penelitian tentang kaidah-kaidah, Norma-norma, dan asas hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang berkaitan dengan permasalhan yang diteliti.
2. Tipe Penelitian
Dalam Penelitian ini tipe penelitian yang digunakan penulis adalah “Deskriptif Analisis” dengan alasan bahwa hasil yang digunakan
28 Robert Jackson dan Georg Sorensen, Introduction to International Relations;
Theories and Approaches 3rd edition, Oxford University Press, New York, 2007, hal. 109.
29 Ibid.
dari studi kepustakaan selanjutnya dianalisis dan dibahas menggunakan alur pembahasan secara sistematis di dalam beberapa bab dengan demikian hasil analisis dan pembahasan tersebut selanjutnya dideskripsikan untuk memudahkan penarikan beberapa kesimpulan dan pengajuan saran.
3. Sumber Bahan Hukum
Di dalam metode penelitian hukum normatif, terdapat 3 macam bahan pustaka yang dipergunakan oleh penulis yakni :
a) Bahan Hukum Primer antara lain:
1) Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
b) Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk ke mana peneliti akan mengarah. Yang dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh penulis adalah materi- materi yang ada di dalam buku, jurnal hukum dan beberapa referensi lainnya.
c) Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya.
4. Pendekatan Masalah
Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan.
Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabnya.
Macam-macam pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum menurut Peter Mahmud Marzuki adalah: 30
1. Pendekatan Undang-Undang (statute approach);
2. Pendekatan Kasus (case approach);
3. Pendekatan Konseptual (conceptual approach);
4. Pendekatan Komparatif (comparative approach;) 5. Pendekatan Historis (historical approach).
Penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih ditujukan kepada pendekatan undang-undang, pendekatan konseptual dan pendekatan kasus. Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Dalam Penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan (Library research) yaitu mengumpulkan bahan-bahan hukum terkait untuk memeperoleh informasi yang objektif dan akurat, baik dari buku- buku undang-undang, hasil penelitian maupun internet. Pengumpulan bahan-bahan hukum dilakukan dengan menyusun berdasarkan subjek
30 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta 2009, hal. 93.
yang diinginkan, selanjutnya dipelajari kemudian diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan yang dibahas.
6. Teknik Analisis Bahan Hukum
Metode analisis yang dipakai untuk menganalisis bahan hukum yang telah terhimpun adalah metode analisis kualitatif, yaitu bahan hukum yang diperoleh kemudian disusun secara sistematik untuk selanjutnya dianalisis secara kualitatif berdasarkan disiplin ilmu hukum untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.