• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Keselamatan Kerja Laboratorium Departemen Kimia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Panduan Keselamatan Kerja Laboratorium Departemen Kimia "

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Panduan Keselamatan Kerja Laboratorium Departemen Kimia

2022

Disusun oleh: Dr. Eng. Yulia Eka Putri Dr. rer.nat. Syafrizayanti Dr. Tio Putra Wendari

(4)

PRAKATA

Buku Panduan Keselamatan Kerja Laboratorium ini dibuat untuk membantu pengguna dan pengelola dalam melakukan kegiatan praktikum dan penelitian di laboratorium Departemen Kimia FMIPA Universitas Andalas. Buku ini menjadi acuan dalam menerapkan aturan selama berada di dalam laboratorium baik bagi mahasiswa, dosen, analis, teknisi, tamu ataupun pengunjung. Buku pedoman ini terdiri dari pedoman teknis secara umum dan khusus. Panduan teknis secara umum, yaitu meliputi hal-hal terkait dengan ketertiban, keamanan, kenyamanan, keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan, keadaan darurat (kebakaran, gempa, dll), yang di dalamnya juga terdapat ketentuan terkait perizinan. Pedoman teknis secara khusus meliputi aturan keselamatan yang secara spesifik yang diperlukan dalam melakukan kegiatan laboratorium terutqma dalam menggunakan peralatan dan menangani bahan kimia berbahaya.

Diharapkan setiap pengguna laboratorium dapat memahami, mematuhi dan bertanggung jawab dengan mengikuti keseluruhan panduan yang disediakan dalam rangka menciptakan keamanan, kenyamanan, keselamatan kerja di lingkungan laboratorium.

Pengetahuan tentang keselamatan kerja laboratorium dibutuhkan sebagai bentuk tanggung jawab profesional dalam kegiatan laboratorium baik yang melakukan praktikum ataupun penelitian dan bekal bagi lulusan nantinya. Setiap pengguna laboratorium dapat melapor kepada petugas jika terjadinya kecelakaan kerja atau gangguan ketertiban di laboratorium, sehingga membantu terwujudnya lingkungan laboratorium yang tertib, aman, nyaman dalam menunjang kelancaran proses akademik serta terwujudnya pencapaian visi misi Departemen Kimia. Masukan atau saran terhadap perbaikan buku ini, dapat disampaikan melalui email: kimia@sci.unand.ac.id

(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 3

I. NOMOR PANGGILAN UTAMA ... 6

II. PROSEDUR DARURAT ... 7

2.1 Prosedur Pelaporan Kecelakaan / Insiden ... 7

2.2 Pertolongan Pertama dan Keadaan Darurat Medis ... 7

2.2.1 Penilaian Awal Pertolongan Pertama ... 7

2.2.2 Cedera Kritis atau Fatalitas ... 8

2.2.3 Kontak Bahan Kimia atau Luka Bakar Pada Kulit ... 9

2.2.4 Kontak Bahan Kimia Dengan Mata ... 9

2.2.5 Sesak Nafas ... 9

2.2.6 Luka dan Gigitan Hewan ... 10

2.3 Keadaan Darurat Kebakaran Besar ... 10

2.4 Keadaan Darurat Kebakaran Kecil ... 10

2.5 Kebakaran Pakaian ... 11

2.6 Tumpahan ... 11

2.6.1 Tumpahan Bahan Kimia ... 13

2.7 Meninggalkan Tempat Kejadian ... 14

III. PEDOMAN UMUM KESELAMATAN LABORATORIUM ... 15

3.1 Kesadaran ... 15

3.2 Penggunaan Sumber Daya Laboratorium yang Tepat ... 15

3.3 Melakukan Praktikum dan Penelitian ... 16

3.4 Meninggalkan Laboratorium ... 17

IV. PENDAHULUAN ... 18

V. DEFINISI BAHAN KIMIA ... 19

VII. PELATIHAN KESELAMATAN LABORATORIUM ... 22

VIII. PROSEDUR OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN ... 23

8.2.1 Wadah Limbah Kimia ... 24

8.2.2 Wadah Limbah Pecahan/Tajam ... 24

8.3 Pemeriksaan Keamanan Berkala ... 24

8.3.1 Alat Pemadam Kebakaran ... 24

8.3.2 Lemari Penyimpanan Bahan Kimia ... 25

8.3.3 Tabung Gas ... 25

8.3.4 Gelas/Kaca ... 25

8.4 Prosedur Untuk Mengosongkan Laboratorium Secara Permanen ... 25

IX. PROTOKOL KESELAMATAN DAN PERALATAN ... 27

9.1 Alat Pelindung Diri ... 27

9.1.2 Sarung Tangan ... 28

(6)

9.1.3 Pelindung Mata ... 28

9.1.4 Perlindungan Pendengaran ... 29

9.1.5 Pakaian ... 29

9.1.6 Perlindungan Pernapasan ... 29

9.2 Peralatan Laboratorium ... 30

9.2.1 Jendela dan Ventilasi ... 30

9.2.2 Lemari Asam ... 30

9.2.3 Lemari Gas Inert (Glovebox) ... 31

9.2.4 Pancuran darurat ... 31

9.2.5 Stasiun Cuci Mata/Wajah ... 32

9.3 Keamanan Biologis ... 32

9.3.1 Autoklaf ... 32

9.3.2 Sentrifugal ... 32

9.4 Keselamatan Kebakaran ... 33

9.4.1 Pencegahan Kebakaran ... 33

9.4.2 Alat Pemadam Kebakaran ... 34

9.4.3 Oven Microwave ... 34

9.5 Keamanan Listrik ... 35

9.5.1 Listrik Statis dan Percikan Api ... 35

9.6 Gelas/Kaca ... 36

9.6.1 Menangani Batangan Kaca atau Tabung Kaca ... 36

9.6.2 Keamanan Umum Peralatan Gelas ... 36

9.6.3 Membersihkan Pecahan Gelas ... 37

X. PEDOMAN UNTUK JENIS KHUSUS BAHAN BERBAHAYA ... 37

10.1 Bahan Mudah Menyala (flammable), Mudah Terbakar (combustible), dan Mudah Dinyalakan (ignitable) ... 37

10.1.1 Penyimpanan ... 37

10.1.2 Penanganan ... 38

10.2 Pelarut ... 38

10.3 Bahan Korosif ... 39

10.3.1 Penyimpanan ... 39

10.3.2 Penanganan ... 39

10.4 Bahan Reaktif ... 39

10.4.1 Penyimpanan Secara Umum ... 40

10.4.2 Penanganan Secara Umum ... 40

10.4.3 Tanda-Tanda Ketidakstabilan Bahan Secara Visual ... 40

10.5 Bahan yang Sangat Beracun ... 44

10.6 Gas Bertekanan Tinggi ... 45

10.6.1 Penyimpanan dan Pengaturan ... 45

(7)

10.6.2 Saat Digunakan ... 45

10.6.3 Penanganan ... 45

10.6.4 Pembuangan ... 46

10.7 Bahan Berbahaya Tambahan yang Membutuhkan Prosedur Penanganan, Penyimpanan, dan Pembuangan Khusus ... 46

10.7.1 Logam Reaktif ... 46

10.7.2 Baterai ... 47

10.8 Bahaya Terhadap Reproduksi ... 47

10.8.1 Pengguna Laboratorium Dalam Kondisi Hamil ... 47

XI. PENILAIAN RISIKO KERJA ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

Lampiran A - Pelayanan Universitas Andalas ... 51

Lampiran B – Golongan Bahan Berbahaya Yang Tidak Kompatibel ... 52

Lampiran C – Visualisasi Alat Pelindung Diri Dasar ... 59

Lampiran D – Lembar Laporan Kejadian Darurat di Laboratorium………57

(8)

I. NOMOR PANGGILAN UTAMA

Pemadam Kebakaran (0751) 28558

Rumah Sakit Universitas Andalas (0751) 8465000

Panggilan Darurat Fakultas MIPA 0813 6462 0725

(9)

II. PROSEDUR DARURAT

2.1 Prosedur Pelaporan Kecelakaan / Insiden

Semua kecelakaan/insiden yang terjadi di laboratorium (praktikum atau penelitian) harus dilaporkan kepada asisten praktikum, pranata laboratorium/analis, dosen koordinator praktikum atau Kepala Laboratorium dengan mengisi formulir Laporan Kecelakaan, Insiden, atau Penyakit Akibat Kerja di Laboratorium. Formulir tersedia secara online dan bisa diunduh di web Departemen Kimia atau melalui tautan berikut ini http://kimia.fmipa.unand.ac.id/images/Kimia/PDF/Download/LembarLaporanKejadianDar uratdiLaboratoriumKimia.pdf

Hal yang harus dilaporkan adalah:

1. Semua kecelakaan, insiden, atau dugaan penyakit akibat kerja yang memerlukan perhatian medis dan/atau menyebabkan hilangnya hari praktikum/kerja karena bahaya terkait praktikum/pekerjaan di laboratorium; dan

2. Insiden lain, termasuk yang hanya melibatkan cedera ringan, hampir atau nyaris terjadi kecelakaan tanpa cedera, paparan langsung ke bahan kimia, kerusakan peralatan, bau atau tumpahan bahan kimia, atau kebocoran bahan berbahaya.

Formulir Laporan Kecelakaan, Insiden, atau Penyakit Kerja harus diserahkan ke dosen Koordinator Praktikum atau kepala Laboratorium dan dikirim ke email Departemen Kimia:

kimia@sci.unand.ac.id. Tidak ada balasan untuk mengirimkan laporan melalui email ini.

2.2 Pertolongan Pertama dan Keadaan Darurat Medis

Jika terjadi keadaan darurat medis, hubungi Layanan Kesehatan di Rumah Sakit Universitas Andalas dengan no. telpon (0751) 8465000. Pengetahuan dasar tentang pertolongan pertama sangat penting bagi dosen, mahasiswa dan analis yang bekerja di laboratorium.

Individu yang ditunjuk di laboratorium memenuhi syarat dalam pelatihan pertolongan pertama, CPR, dan AED. Departemen dan mahasiswa dapat membeli kit pertolongan pertama kecelakaan tambahan selain yang tersedia di kotak P3K yang ada pada masing- masing laboratorium.

2.2.1 Penilaian Awal Pertolongan Pertama

1. Nilai keamanan tempat kejadian untuk diri sendiri dan korban. Jika diperlukan, jauhkan bahaya atau jauhkan korban dari bahaya (jika mungkin dan aman untuk

(10)

melakukannya).

2. Nilai penyebab kecelakaan itu. Cepat tentukan bagaimana situasinya mungkin terjadi (jika memungkinkan). Sebagai contoh, jika dicurigai adanya cedera leher atau tulang belakang, maka jangan pindahkan korban jika area tersebut aman.

Pemindahan korban boleh dilakukan jika area sekitar dinilai tidak aman.

3. Identifikasi diri Anda, jika merasa aman maka silahkan menawarkan bantuan.

4. Instruksikan korban untuk berbaring diam (jika sadar); menawarkan kepastian dan dukungan.

5. Nilai kondisi korban.

● Periksa tingkat kesadaran.

● Apakah jalan nafasnya terbuka? Apakah korban bernafas?

● Apakah korban memiliki denyut nadi? Apakah ada pendarahan hebat?

6. Segera minta bantuan. Tunjuk seseorang untuk mencari bantuan dan minta mereka segera kembali ke tempat kejadian dan laporkan kepada Anda. Berikan informasi berikut kepada orang yang ditunjuk:

● Siapa Anda

● Deskripsi keadaan darurat

● Lokasi persis darurat

● Jumlah korban

▪ Jenis cedera

▪ Kondisi korban

● Nomor telepon langsung tempat Anda dapat dihubungi, jika ada.

2.2.2 Cedera Kritis atau Fatalitas

1. Segera hubungi Rumah Sakit Universitas Andalas pada layanan telepon (0751) 8465000. Ceritakan bahwa telah terjadi cedera kritis atau kematian di Laboratorium Departemen Kimia.

2. Jelaskan keadaan darurat dan lokasinya. Berikan pertolongan pertama yang diperlukan sesuai kemampuan Anda. Jangan pindahkan orang yang terluka kecuali mereka berada dalam bahaya langsung.

(11)

3. Tetap bersama orang yang terluka sampai bantuan tiba.

4. Jangan mengubah adegan lebih lanjut kecuali untuk 1) menyelamatkan hidup, 2) meringankan penderitaan manusia, 3) memelihara utilitas publik atau layanan transportasi yang penting, dan 4) mencegah kerusakan yang tidak perlu,

5. Menunggu kedatangan Layanan Perlindungan; tetap tersedia di lokasi yang aman jika diperlukan informasi lebih lanjut.

2.2.3 Kontak Bahan Kimia atau Luka Bakar Pada Kulit

1. Lepaskan pakaian yang terkontaminasi. Jika kontaminan dalam bentuk bubuk, sikat pakaian dan kulit sambil membatasi kontak dengan permukaan yang tidak terkontaminasi sebanyak mungkin.

2. Bilas area yang terkena dampak secara menyeluruh dengan banyak air dingin dan mengalir. Gunakan pancuran darurat jika perlu. Bilas area tersebut dengan air mengalir setidaknya selama 15 menit.

3. Jangan mengoleskan salep kecuali dirancang khusus untuk zat yang terlibat.

4. Jangan oleskan air ke luka bakar dari logam apa pun (seperti natrium, kalium, magnesium, dan aluminium, dll.).

5. Cari pertolongan medis dan bawa formulir Laporan Kecelakaan, Insiden, atau Penyakit Akibat Kerja di Laboratorium.

2.2.4 Kontak Bahan Kimia Dengan Mata

1. Segera menuju stasiun pencuci mata / wajah darurat dan buka kran airnya .

2. Siram mata dengan air mengalir dalam jumlah banyak setidaknya 15 menit. Jika menggunakan kran atau selang, arahkan aliran air ke pangkal hidung sehingga air mengalir ke mata.

3. Cari pertolongan medis dan bawa formulir Laporan Kecelakaan, Insiden, atau Penyakit Akibat Kerja di Laboratorium.

2.2.5 Sesak Nafas

1. Jika aman untuk melakukannya, pindahkan korban dari daerah tersebut.

2. Kendorkan pakaian ketat yang kuat.

3. Seseorang yang terlatih dalam CPR harus memantau jalan napas korban dan tanda-

(12)

tanda vital.

4. Cari pertolongan medis dan bawa formulir Laporan Kecelakaan, Insiden, atau Penyakit Akibat Kerja di Laboratorium.

2.2.6 Luka dan Gigitan Hewan

1. Biarkan luka berdarah keluar tanpa hambatan selama beberapa detik untuk membersihkan luka.

2. Berikan tekanan pada luka dengan balutan bertekanan steril. Jika ada benda yang menonjol dari luka, berikan tekanan di sekitar luka.

3. Jika memungkinkan, kuatkan ikatan aliran darah dan lalu bersihkan.

4. Cari pertolongan medis untuk luka (termasuk luka kecil) dan gigitan, berdasarkan tingkat risiko

5. Beri tahu staf medis di Rumah Sakit jika ada infeksi yang diketahui (yaitu hewan, virus, dll)

2.3 Keadaan Darurat Kebakaran Besar

1. Jika terjadi kebakaran besar di luar kendali Anda, berteriaklah "API, API, API".

2. Jika aman untuk melakukannya, cobalah untuk menyelamatkan orang-orang dalam bahaya langsung saat keluar. Jangan membahayakan diri sendiri.

3. Jangan mencoba memadamkan api besar sendirian.

4. Tutup pintu tetapi jangan tinggalkan gedung dan lanjutkan ke titik kumpul.

5. Layanan Perlindungan Panggilan Kebakaran pada no. (0751) 28558. Berikan informasi tentang situasinya, termasuk lokasi dan detail kebakaran.

6. Tetaplah berada di lokasi yang aman agar informasi lebih lanjut bisa diperoleh oleh Tim Pemadam Kebakaran.

7. Lengkapi formulir Laporan Kecelakaan, Insiden, atau Penyakit Akibat Kerja di Laboratorium.

2.4 Keadaan Darurat Kebakaran Kecil

1. Tentukan apakah api dapat ditanggulangi dengan cara aman.

2. Identifikasi jalan keluar.

3. Tanggulangi kebakaran yang apinya kecil dengan alat pemadam api ringan (APAR)

(13)

yang sesuai atau ditebar dengan pasir, air, atau penutup tebal dan lembab.

4. Jika api meningkat, segera mundur. Ikuti prosedur untuk Darurat Kebakaran Besar.

5. Pastikan api dipadamkan dengan benar oleh personel terlatih. Memberi tahu Layanan Perlindungan, manajer fasilitas, dan/atau sipir bangunan

6. Tetaplah berada di lokasi yang aman agar informasi lebih lanjut bisa diperoleh oleh Tim Pemadam Kebakaran.

7. Lengkapi formulir Laporan Kecelakaan, Insiden, atau Penyakit Akibat Kerja di Laboratorium.

2.5 Kebakaran Pakaian

1. Berhenti (di mana Anda berada); baringkankan badan ke lantai; berguling di lantai (untuk melindungi diri dari api).

2. Berteriak minta tolong.

3. Hindari menggunakan alat pemadam kebakaran pada orang sebanyak mungkin. Jika alat pemadam kebakaran benar-benar diperlukan, cobalah untuk menghindari wajah orang tersebut. Setelah api padam, lanjutkan ke pancuran darurat terdekat dan dinginkan area yang terbakar dengan jumlah air yang berlebih.

4. Cari pertolongan medis.

5. Lengkapi formulir Laporan Kecelakaan, Insiden, atau Penyakit Akibat Kerja di Laboratorium.

2.6 Tumpahan

Dalam kebanyakan kasus, pengguna yang bekerja dengan bahan berbahaya dapat dengan aman dan efisien membersihkan tumpahan. Pengguna diharuskan untuk mengetahui sifat berbahaya dari bahan yang mereka gunakan sebelum menggunakannya dan harus siap menghadapi potensi tumpahan; sehingga, hanya pengguna yang paling memenuhi syarat yang mampu untuk mengatasi tumpahan tersebut. Pengguna dan laboratorium dilengkapi dengan wadah untuk menampung tumpahan kecil yaitu (tumpahan cairan maksimum volume 4L). Pengguna bahan yang lebih berbahaya, seperti cairan merkuri dan asam hidroklorida (HF), memerlukan wadah tumpahan khusus, yang disediakan langsung untuk pengguna di laboratorium. Untuk semua tumpahan bahan berbahaya, tentukan apakah

(14)

Anda dapat dengan aman menahan, mengendalikan, dan membersihkan tumpahan.

Namun..

1. Jika Anda tidak yakin atau jika situasinya tidak aman, hubungi Pranata Laboratorium/Analis, Koordinator Praktikum atau Kepala Laboratorium. Jangan mengaktifkan alarm kebakaran kecuali ada kebakaran.

2. Jika bahan kimia memasuki lantai atau saluran pembuangan wastafel, segera blokir saluran pembuangan (jika aman untuk melakukannya). Jangan biarkan bahan berbahaya (termasuk limbah berbahaya) masuk ke wastafel laboratorium kapan saja.

3. Jika ada uap berbahaya yang dapat melarikan diri dari area setempat, beri tahu orang-orang di daerah yang terkena dampak.

4. Saat melaporkan tumpahan ke Pranata Laboratorium/Analis, Koordinator Praktikum atau Kepala Laboratorium, berikan nama Anda, nomor telepon kontak, dan detail yang tepat dari materi yang tumpah, yaitu:

5. Apakah ada yang terluka atau terpapar

6. Nama bahan yang tumpah (termasuk ejaan) dan/atau nomor CAS 7. Fase material (cair, padat, gas)

8. Mengidentifikasi properti (warna, bau, dll.) 9. Lokasi tumpahan

10. Kuantitas atau volume tumpahan

11. Sifat bahan yang tumpah, termasuk (jika berlaku/diketahui):

● Konsentrasi

● Tekanan uap

● Titik nyala

● LEL / UEL 12. Bahaya terkait

13. Tindakan pertolongan pertama yang diambil untuk mereka yang terpapar

Setelah tumpahan diserap, tempatkan semua bahan bersih (termasuk peralatan pelindung sekali pakai) dalam wadah yang dapat disegel. Isi wadah ini akan dianggap sebagai limbah berbahaya, dan harus ditempatkan di luar Laboratorium.

(15)

2.6.1 Tumpahan Bahan Kimia

1. Waspadai semua personil (mahasiswa, analis, dosen) yang hadir dan evakuasi kondisi ruangan.

2. Minimalkan penyebaran tumpahan sejauh mungkin.

3. Jangan menghilangkan bahan yang terkontaminasi dari area tumpahan.

4. Tutup pintu dan pasang tanda peringatan yang bertuliskan nama dan nomor telepon langsung (personil yang bertanggung jawab), tanggal dan waktu, beserta pesan tertulis "Dilarang Masuk, ada tumpahan bahan kimia".

5. Membatasi akses ke area bagi mereka yang terlibat dalam pembersihan tumpahan.

6. Jika bahan yang tumpah adalah bahan mudah terbakar terlibat, jauhkan semua sumber panas (termasuk pembakar, hot plate, dll.). Namun, jika ada uap yang berpotensi mudah terbakar atau meledak, jangan menyalakan atau menghidupkan peralatan listrik apa pun.

7. Cepat memblokir atau membatasi ukuran dan penyebaran tumpahan dengan menggunakan bahan penyerap yang sesuai (seperti pasir, vermikulit, penyerap lembam, bantal tumpahan, berm, dll.).

8. Pastikan bahwa semua orang yang membersihkan tumpahan mengenakan alat pelindung diri yang sesuai, yang mungkin termasuk perlindungan pernapasan, sarung tangan, kacamata pelindung dan pakaian, dll.

9. Bersihkan tumpahan dari perimeter luarnya dan atasi rintangan (seperti pecahan kaca, benda fisik, dll.) saat Anda membersihkan ke arah tengah. Gunakan forsep atau penjepit untuk menangani bahan yang rusak. Dekontaminasi akhir pada daerah tumpahan mungkin diperlukan.

10.Setelah tumpahan diserap, tempatkan semua bahan pembersih (termasuk peralatan pelindung sekali pakai) dalam wadah khusus yang dapat disegel. Isinya akan ditandai sebagai limbah berbahaya.

11.Hubungi pihak yang bertanggung jawab atas praktikum atau kerja di laboratorium.

12.Lengkapi formulir Laporan Kecelakaan, Insiden, atau Penyakit Akibat Kerja di Laboratorium.

13.Tetap berada di tempat kejadian, atau cari lokasi yang aman, untuk menjawab

(16)

pertanyaan jika informasi lebih lanjut diperlukan.

2.7 Meninggalkan Tempat Kejadian

1. Meskipun tidak disarankan, jika Anda harus meninggalkan tempat kejadian karena alasan apa pun, pastikan untuk memeriksa kontaminasi pada diri Anda sendiri (terutama kaki, tangan (termasuk sarung tangan), jas laboratorium, dll.) sebelum pergi.

2. Catat hasil kontaminasi yang ditemukan (jika ada).

3. Tinggalkan barang-barang yang terkontaminasi.

4. Kunci pintu dan letakkan catatan di atasnya yang tertulis nama (penanggung jawab), nomor telepon langsung dan sifat kejadian.

(17)

III. PEDOMAN UMUM KESELAMATAN LABORATORIUM

Dokumen ini tidak membahas persyaratan dan aturan khusus untuk setiap laboratorium;

namun, semua pengguna laboratorium harus mengikuti pedoman keselamatan umum yang ditentukan di bawah ini.

3.1 Kesadaran

1. Pahami prosedur darurat kampus dan bagaimana Departemen Kimia mengenalkan dan memberikan informasi tentang keadaan darurat di kampus.

2. Kenali lokasi dan pengoperasian peralatan keselamatan dan fasilitas darurat, seperti

● Alat pemadam kebakaran (APAR)

● Lemari selang pemadam kebakaran

● Kit pertolongan pertama (kotak P3K)

● Kit tumpahan

● Fasilitas pencuci darurat (pencuci mata, pancuran, dll.)

● Perangkat komunikasi darurat seperti telepon.

● Jalur keluar darurat – baik primer maupun sekunder

3. Waspadai kondisi di tempat kerja, termasuk kondisi yang berpotensi tidak aman.

4. Segera laporkan kondisi, kecelakaan, insiden, atau kondisi yang hampir tidak aman pada penanggung jawab (pranata laboratorium/analis, asisten, koordinator praktikum dan kepala laboratorium).

5. Selesaikan asistensi praktikum dan penelitian sebelum masuk laboratorium.

6. Pastikan bahwa rambu masuk (yaitu tanda-tanda yang menentukan bahaya di dalam laboratorium) dan alat pelindung diri ditempatkan dekat pintu laboratorium.

3.2 Penggunaan Sumber Daya Laboratorium yang Tepat

1. Jaga semua ruang kerja tetap bersih dan bebas dari kekacauan (termasuk bahan kimia, spesimen, dll.).

2. Dilarang merokok, makan, minum, mengunyah permen karet dan berlarian di laboratorium

3. Dilarang menggunakan peralatan laboratorium yang tidak pantas, kecuali jika mendapat izin.

4. Jaga agar pintu keluar, lorong dan akses ke peralatan darurat (termasuk stasiun

(18)

pencuci mata/wajah, pancuran darurat, alat pemadam kebakaran, kit pertolongan pertama, kit tumpahan, dan panel listrik) tidak terhalang oleh peralatan lain (bebas hambatan) di setiap saat

5. Tutup pintu laboratorium – untuk alasan keamanan dan untuk memastikan bahwa kontrol teknik (yaitu ventilasi, penghisap asap, dll.) beroperasi sebagaimana dimaksud.

3.3 Melakukan Praktikum dan Penelitian

1. Dilarang melakukan praktikum dan penelitian yang tidak sah atau tidak diizinkan.

2. Lakukan identifikasi bahaya pra-eksperimen dan penilaian risiko sebelum bekerja.

Terapkan langkah-langkah yang wajar untuk mengurangi bahaya selama di laboratorium.

3. Siapkan informasi lengkap jika ingin menggunakan lemari asam, misalnya, mengidentifikasi tindakan khusus yang diperlukan untuk mengurangi bahaya.

4. Baca dan pahami lembar data keselamatan bahan (

Material Safety Data Sheet

/MSDS) yang berlaku sebelum menggunakan produk.

5. Periksa semua peralatan dan periksa kerusakan sebelum menyiapkan peralatan eksperimental.

6. Pilih lokasi eksperimen yang sesuai. Lakukan eksperimen yang melibatkan bahan berbahaya di dalam lemari asam berventilasi atau sistem penahanan lain yang sesuai.

7. Beri tahu pengguna lain bahwa eksperimen berbahaya sedang berlangsung dengan menempel lembar informasi disekitar lokasi eksperimen.

8. Jangan pernah meninggalkan eksperimen tanpa pengawasan. Jika Anda harus absen atau pergi beberapa saat, tempel tanda peringatan yang sesuai yang menyatakan nama Anda dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

9. Beri label reagen dan sampel sesuai dengan etiket label bahan.

10. Periksa kondisi kedaluwarsa (yaitu kondisi, tanggal, dll.) bahan berbahaya.

11. Selalu perbarui inventaris bahan kimia laboratorium. Jangan membuang bahan kimia dari laboratorium tanpa memperbarui inventaris bahan kimia (termasuk bahan yang dibuang sebagai limbah berbahaya).

12. Simpan bahan berbahaya sesuai dengan kompatibilitas bahan kimia.

(19)

13. Simpan bahan berbahaya di lokasi yang sesuai (yaitu lemari penyimpanan yang mudah terbakar/korosif).

14. Jangan menyimpan botol reagen – kosong atau penuh – di lantai atau di wastafel.

15. Gunakan gerobak pengangkut khusus untuk memindahkan bahan kimia berbahaya atau limbah kimia.

16. Jangan pipet melalui mulut.

17. Lakukan pekerjaan di area yang dilengkapi pengaman untuk mengurangi sifat berbahaya dari bahan yang Anda tangani.

18. Segera bersihkan tumpahan sesuai dengan respon tumpahan dan prosedur pemulihan yang berlaku pada material. Pastikan bahan pembersih tersedia sebelum mulai bekerja. Jika tumpahan terlalu besar (atau tidak aman) untuk ditangani, atau jika Anda tidak yakin bagaimana melanjutkannya, hubungi penanggung jawab (pranata laboratorium/analis, asisten, koordinator praktikum dan kepala laboratorium).

19. Kenakan dan gunakan alat pelindung diri dan perangkat keselamatan yang berlaku.

3.4Meninggalkan Laboratorium

1. Bersihkan area kerja sebelum pergi.

2. Kembalikan peralatan dan bahan ke lokasi penyimpanan yang tepat.

3. Lakukan pemeriksaan keamanan di akhir setiap percobaan atau hari kerja. Pastikan bahwa gas, air, listrik, saluran vakum, udara, pemanas dll, telah dimatikan/diamankan.

4. Pastikan lemari asam sudah dimatikan.

5. Lepaskan dan tinggalkan peralatan pelindung pribadi (termasuk sarung tangan dan jas lab) di lab.

6. Pastikan mencuci tangan.

(20)

IV. PENDAHULUAN

Semua laboratorium dapat menjadi tempat yang berbahaya secara inheren; bahkan peneliti yang paling berpengalaman pun bisa berisiko. Sikap dan tindakan mereka yang bekerja di laboratorium menentukan kesehatan dan keselamatan mereka sendiri, serta rekan-rekan mereka dan, pada akhirnya adalah masyarakat. Standar kesehatan dan keselamatan bertujuan untuk mengurangi tingkat risiko yang dapat diterima atau melekat saat menggunakan bahan berbahaya dan paparan peralatan yang berpotensi berbahaya.

Standar yang berbeda ditetapkan untuk tingkat risiko yang berbeda. Tingkat risiko yang tinggi memerlukan protokol dan prosedur yang lebih ketat daripada tingkat risiko yang lebih rendah. Oleh karena itu, setiap mahasiswa yang bekerja di laboratorium harus memastikan bahwa standar keselamatan menurunkan risiko yang melekat ke tingkat yang dapat diterima tetapi tidak menghalangi pekerjaan.

Peralatan laboratorium sekarang secara signifikan lebih canggih dan lebih aman daripada di masa lalu; namun, penggunaannya yang aman dan tepat masih bergantung pada pengguna yang terlatih dan kompeten, yang harus tetap sadar akan keselamatan setiap saat.

Ini adalah edisi pertama dari Panduan Keselamatan Kerja Laboratorium Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Andalas. Dokumen ini bertujuan untuk memberikan aturan dasar untuk praktikum dan penelitian yang aman di setiap laboratorium di Departemen Kimia. Dalam semua kasus, Ketua Departemen, Kepala Laboratorium, Pranata Laboratorium/Analis, Koordinator Praktikum, Asisten dan Mahasiswa bertanggung jawab untuk menerapkan dan menegakkan praktik kerja yang aman dan harus berpedoman pada penggunaan prosedur tersebut untuk menghilangkan bahaya yang tidak perlu atau mengurangi risiko yang tidak dapat diterima dalam situasi dan tempat kerja di bawah otoritas mereka.

(21)

V. DEFINISI BAHAN KIMIA

Cairan yang mudah terbakar – Cairan yang memiliki titik nyala antara 37,8 °C dan 93,3 °C.

Contoh cairan yang mudah terbakar termasuk toluena, minyak tanah, dll.

Gas terkompresi – campuran atau bahan apa pun yang terkandung dengan tekanan absolut melebihi

275,8 kPa pada 21 °C, atau tekanan absolut melebihi 717 kPa pada 54 °C, atau keduanya, atau cairan apa pun yang memiliki tekanan uap absolut melebihi 275,8 kPa pada 37,8 °C.

Korosif – Zat dengan aksi kimia langsung bisa merusak jaringan tubuh atau korosif terhadap logam. Cedera korosif berupa iritasi ringan hingga gangguan fisik aktual pada jaringan tubuh dan/atau luka bakar. Contoh bahan korosif termasuk asam, basa, bromin, peroksida, asetat, anhidrida, dll.

CederaKritis – cedera yang bersifat serius yaitu, 1. Membuat kehidupan dalam bahaya.

2. Menghasilkan ketidaksadaran.

3. Mengakibatkan hilangnya banyak darah.

4. Melibatkan fraktur kaki atau lengan tetapi bukan jari atau jari kaki.

5. Melibatkan amputasi kaki, lengan, tangan atau kaki tetapi bukan jari atau kaki.

6. Terdiri dari luka bakar pada sebagian besar tubuh; atau 7. Menyebabkan hilangnya penglihatan di mata.

Fasilitas – Layanan kesehatan universitas berupa klinik dan rumah sakit universitas

Cairan yang mudah terbakar – Cairan yang mudah terbakar memiliki titik nyala dibawah 37,8 °C, dan termasuk pelarut seperti aseton, etil alkohol dan xylene.

Titik nyala – suhu terendah di mana uap material akan menyala ketika berada di hadapan sumber pengapian.

Bahaya – sumber potensi kerusakan, bahaya, atau efek kesehatan yang merugikan pada seseorang atau sesuatu.

Sumber DayaManusia – Layanan universitas yang mengelola sivitas akademika dan tenaga kependidikan Universitas Andalas.

Batas Ledakan Bawah (LEL) – konsentrasi terendah suatu material di udara (dinyatakan sebagai persentase) yang dapat terbakar atau meledak.

(22)

Padatan yang dapat dinyalakan – Padatan yang mampu, di bawah suhu dan tekanan standar, menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan kelembaban, atau perubahan kimia spontan dan yang, ketika dinyalakan, terbakar sehingga mereka menyebabkan bahaya.

Contoh padatan yang dapat dinyalakan termasuk arang, fosfor putih, paduan magnesium, heksamin, berillium, bubuk hafnium, zirkonium, natrium, kalium, dll. Padatan yang dapat dinyalakan yang menyala saat kontak dengan air atau udara diperlakukan sebagai bahan reaktif.

Risiko – kemungkinan atau probabilitas bahwa seseorang akan dirugikan atau mengalami efek kesehatan yang merugikan jika terkena bahaya.

Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet/ MSDS)) – lembar informasi yang harus disiapkan setiap produsen untuk produk berbahaya yang mereka jual. Informasi yang terkandung dalam lembar data keselamatan (MSDS) dimaksudkan untuk mengkomunikasikan bahaya, properti, pedoman penanganan, penyimpanan dan pembuangan, dan persyaratan tanggap darurat.

Tumpahan – terjadi ketika suatu bahan disebabkan atau dibiarkan jatuh, mengalir, atau kehabisan wadah dan hilang atau terbuang percuma, terutama secara tidak sengaja.

Tumpahan dapat terjadi dengan bahan dalam keadaan cair, padat atau gas.

Bahan beracun – zat yang dapat menyebabkan cedera atau penyakit pada seseorang jika zat tersebut dapat masuk ke dalam tubuh. Salah satu jalur paparan yang umum adalah inhalasi (yaitu pernapasan).

Batas Ledakan Atas (BLA) – konsentrasi tertinggi suatu material di udara (dinyatakan sebagai persentase) yang dapat terbakar atau meledak. Ketika konsentrasi bahan kimia di udara berada di atas UEL, campuran kimia "terlalu kaya" untuk dibakar.

(23)

VI. PENGGUNA DAN PENANGGUNG JAWAB LABORATORIUM

Praktikan – seorang mahasiswa yang mengikuti proses pembelajaran berupa praktek laboratorium di laboratorium pendidikan Departemen Kimia.

Mahasiswa Penelitian – seorang mahasiswa yang mengikuti proses pembelajaran berupa praktek laboratorium di laboratorium pendidikan Departemen Kimia.

Asisten Praktikum – seseorang (sarjana sain) yang diberi tugas untuk membantu dosen pengampu praktikum dalam pelaksanaan praktikum di Departemen Kimia.

Koordinator Asisten Praktikum – seorang asisten praktikum yang ditunjuk oleh koordinator praktikum untuk membantu asisten praktikum dalam pelaksanaan praktikum di Departemen Kimia.

Pranata Laboratorium/Analis – seseorang yang melakukan pengelolaan laboratorium pendidikan dan penelitian pada sebuah departemen di Perguruan Tinggi.

Koordinator Praktikum – seorang dosen yang melakukan pengelolaan dan mengawasi jalannya praktikum

Kepala Laboratorium – Seorang dosen yang memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan di laboratorium.

Ketua Departemen – Bertanggung jawab untuk memantau kepatuhan dengan semua arahan, prosedur dan standar yang ditetapkan oleh Universitas/Fakultas. Ketua departemen juga harus memulai langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk mengendalikan bahaya yang terkait dengan kegiatan di bawah wewenang mereka.

Dekan – Dekan bertanggung jawab untuk mengawasi kepatuhan dengan semua arahan, prosedur dan standar yang ditetapkan oleh Universitas.

(24)

VII. PELATIHAN KESELAMATAN LABORATORIUM

Pengguna laboratorium harus menyelesaikan pelatihan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan, dan tidak dibenarkan mengakses ruang laboratorium dan melakukan kegiatan apapun di laboratorium sebelum diizinkan. Oleh karena itu maka,

1. Mahasiswa di Departemen Kimia yang mengambil mata kuliah praktikum, harus sedang mengambil (mahasiswa semester I) mata kuliah Keselamatan Kerja Laboratorium (KIM61107) atau lulus mata kuliah Keselamatan Kerja Laboratorium (KIM61107).

2. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah praktikum (praktikan) wajib mengikuti asistensi mengenai keselamatan kerja dilaboratorium yang diberikan asisten praktikum dan diawasi oleh koordinator praktikum dan kepala laboratorium pendidikan.

3. Asisten praktikum wajib mengikuti asistensi mengenai keselamatan kerja dilaboratorium yang diberikanoleh kepala laboratorium pendidikan.

4. Mahasiswa penelitian wajib mengikuti asistensi mengenai keselamatan kerja dilaboratorium yang diberikan oleh kepala laboratorium penelitian di masing- masing laboratorium.

(25)

VIII. PROSEDUR OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN 8.1 Meminimalisir Sampah

Biaya pembuangan limbah berbahaya semakin menjadi perhatian Universitas. Sebelum memesan bahan baru, harap pertimbangkan tujuan penggunaan, properti, kuantitas, dan pembuangan akhir. Pengelolaan bahan berbahaya yang tepat, yang mencakup mengikuti prinsip-prinsip yang diuraikan di bawah ini, akan membantu meminimalkan biaya pembuangan:

1. Jangan terlalu banyak memesan bahan. Salah satu sumber utama limbah laboratorium adalah kelebihan stok, yang dapat disebabkan oleh pembelian berlebihan. Mungkin tergoda untuk memanfaatkan harga satuan yang lebih rendah dengan membeli dalam jumlah untuk penggunaan di masa mendatang; namun, biaya yang terkait dengan penyimpanan dan pembuangan bahan surplus (atau kedaluwarsa) pada akhirnya dapat membatalkan penghematan yang direalisasikan pada saat pembelian. Pembelian

2. Jangan menerima sumbangan materi yang tidak direncanakan untuk kegiatan laboratorium. Adanya sumbangan pelarut, bahan, dan peralatan yang tidak diinginkan ke universitas pada akhirnya akan membutuhkan manajemen dan pembuangan, sehingga menimbulkan biaya. Gagasan untuk menyumbangkan materi mungkin menarik; namun, pertimbangkan biaya yang terkait dengan penggunaan dan pembuangan akhir mereka.

3. Bila memungkinkan, daur ulang bahan daripada membuangnya.

4. Hemat energi dan air sejauh mungkin. Matikan lampu dan peralatan jika tidak digunakan.

5. Beri label semua bahan limbah. Jika limbah berbahaya tidak berlabel, maka akan memerlukan penilaian dan analisis oleh personel laboratorium, atau dalam beberapa kasus dilakukan oleh kontraktor khusus sebelum dibuang. Banyak biaya yang diperlukan untuk mengidentifikasi limbah dan memastikan bahwa limbah tersebut tidak menimbulkan bahaya yang besar terhadap lingkungan.

(26)

8.2 Penjemputan Sampah

1. Untuk mengatur pengambilan limbah berbahaya, pranata laboratorium/analis laboratorium harus melengkapi dan menyerahkan formulir pengumpulan limbah berbahaya yang sesuai ke Ketua Departemen.

2. Ketua Departemen menghubungi bagian pelayanan di Rektorat untuk memberitahu bahwa sampah laboratorium sudah siap dipindahkan.

3. Bagian pelayanan di Rektorat menentukan tanggal penjemputan sampah.

4. Wadah sampah disesuaikan dengan jenis sampah.

8.2.1 Wadah Limbah Kimia

Semua wadah limbah kimia harus diberi label dengan label limbah berbahaya Departemen Kimia.

8.2.2 Wadah Limbah Pecahan/Tajam

Wadah limbah biohazard berbentuk jarum suntik adalah kuning dan wadah benda tajam lainnya berwarna putih.

Perhatian!!! – penggunaan jarum suntik dan jarum memberikan bahaya tambahan, mengingat risiko tusukan. Cedera jarum suntik, terutama yang memiliki implikasi kimia dan/atau biologis kemungkinan akan membutuhkan perawatan medis tambahan. Jangan pernah membengkokkan atau menyatukan jarum suntik; segera membuangnya ke dalam wadah limbah.

8.3 Pemeriksaan Keamanan Berkala

Departemen Kimia berkomitmen terhadap keselamatan laboratorium mencakup pemeriksaan keselamatan rutin laboratorium secara berkala yang dilakukan oleh perwakilan yang kompeten yang didelegasikan. Peralatan dan bahan berikut harus diperiksa sebulan sekali, atau lebih sering jika perlu. Mereka yang melakukan inspeksi harus melaporkan masalah apa pun yang tidak dapat mereka tangani kepada Ketua Departemen Kimia.

8.3.1 Alat Pemadam Kebakaran

Periksa apakah alat pemadam kebakaran:

1. Berada di lokasi yang tepat.

(27)

2. Dapat diakses dengan mudah.

3. Terisi penuh, seperti yang ditunjukkan oleh pengukur atau berat untuk alat pemadam CO2.

4. Dilengkapi dengan pin, yang diamankan dengan klip atau

tie - wrap

yang dapat dipecahkan.

8.3.2 Lemari Penyimpanan Bahan Kimia

1. Periksa apakah bahan kimia tersebut termasuk limbah berbahaya.

2. Periksa apakah bahan kimia tersebut kadaluarsa. Jika kadaluarsa maka dibuang dengan benar, dan jika terjadi tumpahan segera ditempatkan di dalam wadah sekunder atau wadah limbah sementara.

3. Jika lemari penyimpan berventilasi, periksa aliran udara secara berkala dan pastikan kabinet tidak rusak dan berfungsi dengan baik.

8.3.3 Tabung Gas

1. Periksa apakah koneksi aman dengan tepat serta tidak ada kebocoran.

2. Periksa secara teratur apakah ada retakan pada karet tabung.

8.3.4 Gelas/Kaca

1. Periksa secara berkala apakah ada peralatan gelas yang retak.

2. Periksa apakah peralatan gelas yang retak tersebut harus dibuang atau bisa diperbaiki.

8.4 Prosedur Untuk Mengosongkan Laboratorium Secara Permanen

Saat mengosongkan area laboratorium secara permanen, maka pengawas (pranata laboratorium/analis/kepala laboratorium) harus memastikan bahwa laboratorium dalam kondisi aman, rapi, dan bebas bahaya. Kepala Laboratorium dan Pranata Laboratorium/Analis memiliki pengetahuan paling menyeluruh tentang kegiatan atau pekerjaan yang terjadi di dalam lab; oleh karena itu, Kepala Laboratorium dan Pranata Laboratorium/Analis adalah personal terbaik untuk mengurangi (potensi) bahaya.

8.5 Bekerja di Luar Jam Kerja

1. Dapatkan izin tertulis dari Dekan sebelum bekerja di luar jam kerja.

2. Pastikan selalu membawa kartu identitas setiap saat seperti KTP atau Kartu Mahasiswa.

(28)

3. Laporkan jadwal bekerja di Laboratorium kepada pranata laboratorium/ analis dan Kepala Laboratorium

Bekerja sendirian di laboratorium tidak diperbolehkan dan sangat tidak disarankan. Akan tetapi, jika dalam keadaan terpaksa atau mendesak, maka pastikan bahwa ada orang lain yang tahu dan sadar bahwa anda sedang bekerja di laboratorium dan selalu memantau melalui saluran telepon.

(29)

IX. PROTOKOL KESELAMATAN DAN PERALATAN 9.1 Alat Pelindung Diri

Ingat!!! alat pelindung diri tidak menghilangkan bahaya, hanya batas usaha dan pertahanan terakhir terhadap bahaya.

1. Semua individu harus membatasi rambut panjang, perhiasan, dan/ atau pakaian longgar untuk mencegah keterikatan dengan poros, spindel, roda gigi, atau sumber keterikatan lainnya dengan benda yang berputar.

2. Alat pelindung diri harus sesuai dengan keadaan, dan pengguna harus diinstruksikan dan dilatih dalam hal penggunaan dan perawatannya sebelum memakai atau menggunakan peralatan atau perangkat.

3. Pengawas (asisten, pranata laboratorium/analis, koordinator praktikum, kepala laboratorium) bertanggung jawab untuk melakukan penilaian bahaya dan menentukan apakah diperlukan alat pelindung diri tambahan (kasus khusus)

4. Peralatan proteksi minimal yang digunakan adalah:

● Celana panjang (celana pendek dan celana Capri tidak sesuai untuk pekerjaan laboratorium)

● Jas lab (panjang lutut dengan jepretan (tanpa kancing))

● Alas kaki yang tepat (tertutup -tumit dan kaki)

● Kacamata pelindung (kacamata benturan, kacamata

splash

, dan/atau pelindung wajah.

● Sarung tangan (nitril, kulit, vinil, dll.)

5. Pengawas (asisten, pranata laboratorium/analis, koordinator praktikum, kepala laboratorium) bertanggung jawab untuk memastikan akses ke, dan penggunaan, alat pelindung diri yang diperlukan dalam wilayah tanggung jawab mereka.

6. Pengguna (pekerja di laboratorium) bertanggung jawab untuk menjaga dalam kondisi yang baik dan memelihara agar pelindung diri dapat digunakan setiap saat 7. Bagaimanapun, jika kondisi peralatan pelindung diragukan, pengguna harus

memberi tahu asisten, pranata laboratorium/analis, koordinator praktikum, kepala laboratorium dan tidak menggunakan peralatan tersebut.

(30)

8. Pengguna harus memiliki peralatan pelindung (jas lab, sarung tangan, kaca mata, dll.) di dalam laboratorium.

9. Alat pelindung diri harus disimpan di area penyimpanan untuk peralatan pelindung (yaitu laci, lemari, dll.)

10.Jangan mencemari ruangan, lorong dan ruangan bersama.

11.Cuci tangan dan lengan bawah dengan sabun dan air mengalir sebelum meninggalkan area kerja.

9.1.2 Sarung Tangan

Tidak semua sarung tangan sesuai untuk semua kondisi kerja di laboratorium. Tidak ada sarung tangan yang menawarkan perlindungan tak terbatas dan bahwa bahan berbahaya pada akhirnya juga akan menyebar melalui sarung tangan dan mengenai tangan secara perlahan. Oleh karena itu maka,

1. Selalu periksa sarung tangan apakah ada retakan atau lubang kecil sebelum digunakan. Perhatikan bahwa sarung tangan nitril dapat terdegradasi seiring waktu.

2. Jangan memakai sarung tangan di area publik.

3. Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan area kerja dan sebelum menangani peralatan laboratorium seperti telepon, gagang pintu, alat tulis, dan catatan laboratorium.

4. Sarung tangan dapat digunakan kembali, dibersihkan, atau dibuang, tergantung pada penggunaan dan tingkat kontaminasinya.

Lampiran C menunjukkan beberapa jenis sarung tangan yang biasa digunakan untuk praktikum dan penelitian di laboratorium Departemen Kimia.

9.1.3 Pelindung Mata

1. Perlindungan mata wajib di laboratorium jika bekerja dengan bahan berbahaya seperti bahan bersifat korosif, mudah terbakar, atau beracun atau bahan yang disimpan di dekat peralatan vakum tekanan tinggi atau saat melakukan pekerjaan yang dapat menghasilkan debu, semprotan atau proyektil lainnya.

2. Pemakaian lensa kontak di laboratorium sangat tidak disarankan kecuali jika dikombinasikan dengan kacamata pengaman percikan kimia. Uap dapat dengan sangat mudah memasuki celah antara kacamata pengaman biasa dan mata pengguna

(31)

lensa kontak. Jika terpapar uap tertentu dapat membuat lensa kontak menjadi sulit dilepaskan, sehingga semakin meningkatkan risiko kerusakan mata permanen.

Pengawas (asisten, pranata laboratorium/analis, koordinator praktikum, kepala laboratorium) bertanggung jawab mengidentifikasi jenis kacamata pelindung yang tepat.

Lampiran C menunjukkan beberapa kaca mata yang biasa digunakan untuk praktikum dan penelitian di laboratorium Departemen Kimia.

9.1.4 Perlindungan Pendengaran

1. Perlindungan pendengaran diperlukan jika tingkat kebisingan secara teratur melebihi 85 dBA (desibel).

2. Pengguna diizinkan terpapar tingkat kebisingan yang lebih besar dari 85 dBA untuk durasi singkat tanpa perlindungan pendengaran.

3.

Headset

pemutar audio pribadi tidak dianggap sebagai perlindungan pendengaran yang memadai.

9.1.5 Pakaian

Perlu diketahui bahwa jenis bahan yang digunakan untuk pakaian pribadi dapat menimbulkan bahaya. Jenis bahan yang berasal dari kapas bersifat sangat permeabel, sementara bahan jenis nilon, poliester, dan spandex bersifat mudah meleleh. Oleh karena itu, untuk menghindari resiko maka setiap individu yang bekerja di laboratorium harus selalu mengenakan jas lab dengan ketentuan sebagai berikut,

1. Pastikan jas lab sepanjang lutut.

2. Semua jas lab harus memiliki pengencang tipe rekat, bukan kancing, sehingga dapat dengan cepat dilepas dalam keadaan darurat.

3. Jangan mencuci jas lab dengan cucian lain.

4. Tidak dibenarkan menggunakan jas lab selain di laboratorium.

Lampiran C menunjukkan jas lab yang biasa digunakan untuk praktikum dan penelitian di laboratorium Departemen Kimia.

9.1.6 Perlindungan Pernapasan

Pada beberapa kasus, perlindungan pernapasan akan diperlukan, oleh karena itu, untuk memastikan perlindungan pernapasan yang memadai maka,

(32)

1. Memakai masker medis untuk menghindari bau dan partikel debu. Sebagai contoh, pakailahmasker ketika melakukan penggilingan sampel kering seperti daun, batu, kerang dan lain-lain dengan grinder.

2. Masker yang dilengkapi dengan respirator harus dalam kondisi fit-tested untuk memastikan alat bekerja dengan baik.

9.2 Peralatan Laboratorium 9.2.1 Jendela dan Ventilasi

Laboratorium sistem udara terbuka dilengkapi dengan jendela dan ventilasi yang mudah digunakan (mudah dibuka dan ditutup) sehingga bisa mengurangi resiko jika muncul asap dan bau. Selain itu, untuk lebih lancarnya sirkulasi udara, maka laboratorium juga dilengkapi dengan

exhaust fan

yang bisa dikendalikan pemakaianannya. Sementara, untuk laboratorium sistem udara tertutup dilengkapi dengan pendingin ruangan (

air conditioner

/AC).

9.2.2 Lemari Asam

Lemari asap berfungsi untuk mengontrol paparan uap beracun, mudah terbakar, atau ofensif dari beberapa zat kimia tertentu. Penggunaan lemari asam harus tepat karena lemari asam tidak diperuntukkan untuk membuang bahan kimia dan sebagai ruang penyimpanan.

Menyimpan bahan kimia dalam lemari asam akan mengganggu pekerjaan pengguna lain.

Oleh karena itu, pengguna lemari asam harus memahami hal berikut:

1. Pastikan penghisap berfungsi dengan baik sehingga bisa diketahui jalur udara berfungsi dengan benar. Cara sederhana yang bisa diakukan adalah dengan menerbangkan selembar kertas tisu ke arah penghisap.

2. Minimalkan penyimpanan bahan berbahaya di dalam lemari asam.

3. Lemari asam hanya diperbolehkan menyimpan bahan kimia yang sedang diperlukan selama pekerjaan.

4. Tempatkan penyangga (balok, kotak plastik atau bata) pada pintu lemari asam untuk sirkulasi udara.

5. Tempatkan peralatan sejauh mungkin dari bagian tepi lemari asam (sekitar 15 cm) 6. Hindari adanya aliran/tiupan angin yang melintasi lemari asam yang disebabkan

(33)

oleh jendela/pintu terbuka atau posisi orang-orang di depan lemari asam.

7. Jaga posisi jendela lemari asam tetap bersih rapi.

8. Operasikan lemari asam dengan posisi jendela serendah mungkin.

9. Tutup jendela lemari asam ketika tidak ada penjagaan.

10.Setelah setiap penggunaan, gunakan larutan yang tepat untuk membersihkan semua residu kimia dari ruang lemari asap.

11.Semua perangkat listrik harus dipasang dan dihubungkan di luar lemari asam untuk mencegah potensi percikan api sehingga menyulut bahan yang mudah terbakar atau meledak.

12.Dalam keadaan darurat (yaitu, emisi gas atau tumpahan), tarik segera jendela lemari ke bawah sepenuhnya dan tingkatkan aliran udara dalam lemari asam.

13.Laporkan situasi apa pun yang memerlukan perawatan atau perbaikan lemari asap kepada Ketua Departemen.

14.Jika perbaikan segera diperlukan seperti kipas berhenti beroperasi secara mendadak, maka tutup jendela lemari asam dan segera laporkan kepada asisten/koordinator praktikum/pranata laboratorium/analis/kepala laboratorium

9.2.3 Lemari Gas Inert (Glovebox)

Glovebox adalah ruang tertutup yang digunakan untuk melakukan reaksi kimia sensitif udara dan air Biasanya

glovebox

diisi dengan gas inert seperti nitrogen atau gas argon.

Glovebox

dilengkapi dengan sarung tangan lengan karet yang terdapat di jendela depan, berfungsi untuk menjaga atmosfir di dalam kotak tetap dalam lingkungan inertnya. Satu atau lebih pintu masuk alat dan bahan (

antechambers

) disegel di kedua ujungnya untuk memungkinkan evakuasi dan pengisian ulang gas inert. Pemasangan kotak ini harus ketat dan kuat sehingga alat dan bahan yang dibawa masuk dan keluar dari kotaktidak mengganggu atau mengorbankan lingkungan inert.

9.2.4 Pancuran darurat

1. Kenali lokasi dan cara pengoperasian pancuran darurat terdekat dengan laboratorium.

2. Area pancuran harus mudah diakses dan dijaga agar tidak terhalang benda atau alat apapun dalam radius 1 meter.

(34)

3. Bilas area yang terkena atau terdampak bahan kimia dengan jumlah air yang berlebihan setidaknya 15 menit.

4. Setelah pemakaian pancuran darurat selesai, segera atur posisi pancuran darurat ke posisi semula.

9.2.5 Stasiun Cuci Mata/Wajah

● Kenali lokasi dan pengoperasian stasiun pencuci mata/wajah terdekat dengan laboratorium.

● Area stasiun pencuci mata/wajah harus mudah diakses dan dijaga agar tidak terhalang benda atau alat apapun dalam radius 1 meter.

● Siram mata dan/atau wajah dengan aliran air yang berlebihan dan usapan lembut selama 15 menit

● Setelah pemakaian stasiun pencuci mata/wajah selesai, segera atur posisi pancuran darurat ke posisi semula.

9.3 Keamanan Biologis 9.3.1 Autoklaf

Autoklaf adalah bejana tekan yang menggunakan suhu dan tekanan tinggi untuk mendekontaminasi dan/ atau mensterilkan. Mengingat bahwa peralatan ini beroperasi dalam kondisi seperti demikian, maka sangat penting bagi pengguna untuk sepenuhnya memahami prinsip operasi autoklaf dan fitur keselamatan penggunaannya. Pengguna harus memahami bahan mana yang tidak boleh ditempatkan dalam autoklaf, misalnya, senyawa terklorinasi.

9.3.2 Sentrifugal

Sentrifugal adalah instrumen yang digerakkan oleh motor untuk memutar botol berisi sampel cair dengan kecepatan tinggi, sehingga terjadi proses pemisahan cairan dengan kepadatan yang lebih besar ke yang lebih kecil. Pemakaian sentrifugal harus sangat hatiti karena kecepatan operasinya yang tinggi, sehingga sedikit ketidakseimbangan saat pemakaian dapat menyebabkan ketidakseimbangan yang berakhir dengan cedera dan kerusakan alat. Dikarenakan sentrifugal menghasilkan kekuatan yang luar biasa, maka

(35)

ornamen harus utuh dan saling terkait satu sama lain. Bahaya lain yang terkait dengan kecepatan tinggi sentrifugal adalah potensi aerosolisasi bahan berbahaya.

9.4 Keselamatan Kebakaran

1. Biasakan diri dengan lokasi dan pengoperasian alat pemadam kebakaran, pintu keluar darurat, jalur evakuasi, sistem alarm kebakaran (termasuk stasiun tarik), dan sistem pencegah kebakaran di daerah Anda bekerja.

2. Jika alarm kebakaran berbunyi, ikuti jalur evakuasi yang ditetapkan pada bangunan laboratorium dan segera berkumpul di titik kumpul.

3. Gunakan tangga yang bersih dari asap; jangan pernah menggunakan lift. 4. Menjauhlah dari pintu untuk memungkinkan orang lain keluar.

5. Jangan masuk kembali ke gedung jika tidak diizinkan.

6. Segera berada di luar gedung pada lokasi titik kumpul.

9.4.1 Pencegahan Kebakaran

Cara paling efektif untuk mengendalikan kebakaran adalah mencegahnya sebelum terjadi.

Ikuti panduan ini untuk membantu mencegah kebakaran:

1. Simpan bahan kimia mudah terbakar dalam jumlah sedikit dan radius percikan terbakar yang sempit.

2. Gunakan lemari penyimpanan yang disetujui untuk bahan yang mudah terbakar.

Tutup pintu lemari penyimpanan dengan rapat dan rekat setiap saat. Tidak dibenarkan ada bahan lain yang disimpan di dalam lemari ini.

3. Jauhkan bahan yang mudah terbakar dari panas, nyala api, dan sinar matahari langsung.

4. Jangan mengelas, menyolder, atau menghasilkan percikan api atau api di dekat bahan yang mudah terbakar.

5. Jika bahan kimia yang mudah terbakar atau meledak tumpah dan/atau menguap, jangan menyalakan atau mematikan peralatan listrik apa pun.

6. Merokok dilarang di semua laboratorium atau dalam jarak 9 meter dari setiap pintu masuk atau jendela bangunan.

(36)

9.4.2 Alat Pemadam Kebakaran

Alat pemadamapi memiliki debit terbatas yang hanya berlangsung 10 hingga 12 detik. Alat pemadam api (tipe ABC) tersedia di dekat pintu masuk / keluar lab. Jika api terlalu besar, segera tutup pintunya, aktifkan alarm di stasiun tarik alarm kebakaran terdekat, dan evakuasi gedung.

Tidak semua alat pemadam api diciptakan sama, sehingga penting untuk memahami keterbatasan masing-masing jenis media pemadam. Saat memilih alat pemadam api untuk laboratorium, pertimbangkan jenis bahan yang mudah terbakar:

1. Kebakaran Kelas A (H2O) melibatkan bahan biasa yang mudah terbakar seperti kayu, kain, kertas, karet dan plastik.

2. Kebakaran kelas B (CO2) melibatkan cairan dan gas yang mudah terbakar, minyak, lemak, cat dasar minyak, pernis, dan beberapa plastik.

3. Kebakaran Kelas C (kimia kering) melibatkan bahan Kelas A dan/atau B dengan adanya peralatan listrik hidup, motor, sakelar, dan kabel.

4. Kebakaran Kelas D melibatkan logam yang mudah terbakar, seperti magnesium, titanium, natrium, kalium, zirkonium, lithium, dan logam lain yang terbagi halus, yang dapat dioksidasi.

5. Kebakaran Kelas K melibatkan minyak dan pelumas dalam lingkup kebakaran dapur.

6. Jika alat pemadam kebakaran tidak berfungsi (karena kosong atau rusak), dan memerlukan penggantian maka segera hubungi pranata laboratorium/analis dan kepala laboratorium.

Ingat: Jangan pernah mencoba memadamkan api besar sendirian!.

9.4.3 Oven Microwave

1. Jangan pernah mengoperasikan instrumen gelombang mikro dengan pintu terbuka.

2. Pastikan segel di sekitar pintu bersih dan tidak rusak.

3. Kendurkan tutup pada wadah untuk menghilangkan tekanan yang menumpuk selama pemanasan.

4. Jangan gunakan wadah atau bahan logam dalam microwave.

5. Hanya orang yang memenuhi syarat dan terlatih yang harus mengubah atau memodifikasi oven microwave.

(37)

6. Beri label oven microwave di laboratorium sebagai "tidak ada makanan/minuman"

atau "hanya untuk penggunaan di laboratorium".

9.5 Keamanan Listrik

Listrik sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga sering dianggap remeh keamanannya. Pengguna lab harus mengingat poin-poin singkat berikut agar tetap aman saat bekerja dengan peralatan listrik.

1. Semua peralatan listrik harus diposisikan permanen secara benar. Jangan pernah melepas atau memindahkan colokan dari kedudukannya.

2. Semua peralatan listrik harus memenuhi standar CSA (Canadian Standards Association) atau yang setara.

3. Jangan pernah menggunakan peralatan dengan kawat atau kabel yang rusak.

4. Jangan gunakan pemanas ruang portabel di dekat bahan yang mudah terbakar atau mudah terbakar.

5. Jangan menarik kabel peralatan listrik.

6. Pastikan semua kabel kering sebelum mencolokkannya ke sirkuit.

7. Saat menggunakan peralatan di dalam lemari asam, sambungkan ke stop kontak listrik di luar lemari asam.

8. Semua peralatan listrik yang digunakan di lokasi basah harus dilengkapi dengan

ground fault circuit interrupter

(GFCI).

9. Stok kontak listrik penyambung dan pemutus aliran listrik harus mudah diakses, ditandai dengan jelas, dan dijaga agar tidak ada penghalang dalam radius satu meter.

10. Jangan gunakan kabel ekstensi sebagai pengganti kabel permanen.

11. Hanya personel yang berkualifikasi dan terlatih yang boleh memperbaiki atau memodifikasi peralatan listrik atau elektronik.

9.5.1 Listrik Statis dan Percikan Api

1. Dalam kondisi tertentu, listrik statis dan percikan api dapat menyebabkan kebakaran. Selalu sadar akan potensi yang mampu menghasilkan percikan api dan usahakan mengurangi potensi ini sebaik mungkin.

2. Suasana kering mendorong pembentukan muatan listrik.

(38)

3. Percikan api dan listrik statis dapat disebabkan oleh:

o Sakelar dan termostat.

o Kontak listrik (misalnya sakelar lampu, termokopel, lemari es, dll.).

o Penuangan cairan organik dari satu wadah logam ke wadah logam lainnya.

o Celemek plastik.

o Klem logam atau kabel yang digunakan dengan selang non-konduktor.

o Gas dilepaskan dengan cepat dari silinder di bawah tekanan tinggi, dll.

9.6 Gelas/Kaca

9.6.1 Menangani Batangan Kaca atau Tabung Kaca

1. Ujung kaca dipoles dengan api/panas sehingga tidak runcing dan tajam

2. Lumasi dengan air, gliserin, atau pelumas lain saat melakukan penggabungan atau pelepasan melalui sumbatannya.

3. Pastikan lubang sumbatan berukuran benar dan tidak terlalu kecil atau besar.

4. Masukkan dengan hati-hati, dengan sedikit gerakan memutar, jaga agar tangan tetap berdekatan untuk mempertahankan kontrol gerakan sehingga tidak ada gerakan/hentakan secara tiba-tiba yang menyebabkan patahan atau retakan.

5. Gunakan sarung tangan atau handuk kain untuk melindungi tangan disaat melakukan penggabungan atau pemisahan sambungan.

6. Jangan gunakan kekuatan yang berlebihan.

9.6.2 Keamanan Umum Peralatan Gelas

1. Lindungi kaca dari lingkungannya. Membungkus peralatan kaca dengan selotip kain atau pembungkus plastik meminimalkan kemungkinan kaca pecah.

2. Banyak kondisi lingkungan dapat melemahkan kaca (misalnya pemanasan, benturan, dll.). Berhati-hatilah saat menangani barang pecah belah bekas.

3. Periksa kondisi keseluruhan kaca/gelas sebelum menggunakannya. Adanya goresan, terkelupas, retak atau retak bintang dapat merusak ketahanan kaca pada tekanan normal.

4. Tentukan apakah peralatan kaca/gelas memerlukan perbaikan atau membuang semua barang pecah belah jika rusak. Jika barang pecah belah terkontaminasi (yaitu secara kimia atau biologis), buanglah dengan cara yang benar. Beri label wadah

(39)

dengan tepat.

9.6.3 Membersihkan Pecahan Gelas

1. Gunakan serokan dan sikat untuk mengambil pecahan kaca. Jangan gunakan tangan, bahkan untuk potongan besar.

2. Buang pecahan kaca dan pipet Pasteur dalam wadah pecahan kaca atau wadah kaku lainnya yang terpisah dari sampah biasa. Jika barang pecah belah terkontaminasi (yaitu secara kimia atau biologis), buanglah dengan benar. Beri label wadah dengan label limbah yang sesuai.

X. PEDOMAN UNTUK JENIS KHUSUS BAHAN BERBAHAYA

Semua bahan kimia, termasuk bahan berbahaya, akan menghasilkan beberapa jenis limbah.

Penting untuk diketahui dan dipahami bahwa limbah berbahaya bisa saja sama tingkat bahayanya dengan bahan aslinya. Oleh karena itu, perlu diketahui tentang cara membuang limbah berbahaya.

10.1 Bahan Mudah Menyala (flammable), Mudah Terbakar (combustible), dan Mudah Dinyalakan (ignitable)

10.1.1 Penyimpanan

Cairan yang mudah menyala (flammable) dan mudah terbakar (combustible):

1. Cairan mudah menyala dan mudah terbakar di laboratorium hanya dapat disimpan dalam wadah kaca berkapasitas 4 L (1 galon) atau kurang, atau wadah logam atau plastik berkapasitas 20 L (5 galon) atau kurang.

2. Cairan mudah menyala harus disimpan dalam lemari penyimpanan khusus untuk cairan yang mudah menyala. Pintu lemari penyimpanan ini harus tetap tertutup rapi dan rapat.

3. Cairan mudah menyala yang sangat sensitif terhadap panas harus disimpan dalam lemari es tahan ledakan. Jangan gunakan lemari es biasa atau ruangan dingin untuk menyimpan cairan yang mudah menyala.

4. Jangan menyimpan bahan kimia reaktif di lemari penyimpanan yang sama dengan cairan yang mudah menyala.

5. Tempatkan wadah cairan mudah menyala dengan posisi serendah mungkin agar

(40)

tetap stabil jika ada goncangan.

Padatan Mudah Dinyalakan (Ignitable):

1. Simpan padatan dalam wadah atau botol kedap udara untuk mencegah penyebaran debu. Jika sangat diperlukan, simpan padatan di dalam lingkungan lembam (

inert

).

2. Padatan yang dapat dinyalakan harus disimpan dalam lemari penyimpanan untuk bahan yang mudah terbakar. Pintu lemari penyimpanan harus tetap tertutup rapi dan rapat.

10.1.2 Penanganan

Cairan yang Mudah Terbakar dan Mudah Terbakar:

1. Sebelum menggunakan produk, tinjau lembar data keselamatan bahan (MSDS) 2. Gunakan cairan yang mudah menyala dan mudah terbakar hanya di area yang

berventilasi baik.

3. Jauhkan dari sumber pengapian.

4. Selalu tempatkan cairan yang mudah menyala di dalamlemari asap ketika digunakan.

5. Jika memindahkan cairan yang mudah menyala di antara wadah logam, maka kedua wadah harus diberada pada posisi rendah/di lantai.

6. Pengguna harus ekstra hati-hati ketika menangani cairan khusus mudah menyala (misalnya eter) yang juga dapat membentuk peroksida; tinjau tindakan pencegahan ini dengan memeriksa lembar data keselamatan bahan (MSDS) sebelum memulai.

Padatan yang Mudah Dinyalakan:

1. Sebelum menggunakan produk, periksa lembar data keselamatan bahan (MSDS) 2. Penggunaan padatan yang dapat dinyalakan hanya di area yang berventilasi baik.

3. Jauhkan dari sumber pengapian.

4. Bersihkan area kerja sesering mungkin untuk mencegah penumpukan debu yang dapat dinyalakan.

10.2 Pelarut

Pada umumnya, pelarut adalah cairan yang mudah menyala atau mudah terbakar sehingga harus ditangani dengan baik dan benar. Selain itu, beberapa pelarut memunculkan bahaya tambahan: misalnya, benzena dan banyak hidrokarbon terhalogenasi diketahui atau

(41)

dicurigai karsinogenik, dan harus dianggap beracun dengan level kronis, sementara eter adalah pembentuk peroksida dan harus dipertimbangkan berpotensi meledak. Oleh karena itu,

1. Berhati-hatilah saat menangani bahan berbahaya apa pun.

2. Pelarut harus disimpan dan ditangani sebagai cairan yang mudah menyala atau mudah terbakar.

3. Hindari paparan cairan dan uapnya.

4. Hindari kontak kulit: penyerapan dapat menyebabkan kulit kering dan pecah-pecah, yang dapat menyebabkan infeksi atau respons alergi.

5. Tindakan pencegahan tambahan untuk bahan dengan sifat spesifik mungkin diperlukan (misalnya eter).

10.3 Bahan Korosif 10.3.1 Penyimpanan

1. Jangan menyimpan asam dan basa dalam satu lemari/rak/kabinet yang sama kecuali jika dilindungi/dibatasi oleh penahanan sekunder.

2. Simpan di kabinet yang diperuntukkan untuk bahan korosif.

3. Jangan pernah menyimpan bahan korosif di rak yang lebih tinggi dari pinggang pengguna.

4. Simpan jauh dari area dengan lalu lintas tinggi.

5. Gas terkompresi korosif harus disimpan di area yang berventilasi baik (yaitu kabinet gas).

10.3.2 Penanganan

1. Periksa lembar data keselamatan bahan (MSDS) sebelum menggunakan produk.

2. Jangan pernah menambahkan air ke asam yang sangat pekat. Jika dilakukan maka akan menyebabkan reaksi eksotermik yang hebat yang dapat menyebabkan cedera serius. Selalu tambahkan asam ke dalam air, jangan pernah sebaliknya.

3. Jauhkan zat korosif dari sumber panas untuk menghindari produksi asap. Hindari kontak langsung dengan asap.

10.4 Bahan Reaktif

(42)

Bahan reaktif dapat bereaksi hebat, dan menghasilkan panas dan/atau gas dengan sangat cepat secara spontan. Reaksi semacam itu dengan cepat terjadi di luar kendali sehingga menyebabkan beberapa kondisi seperti pecahnya bejana reaksi, ledakan, pelepasan uap beracun yang tidak terkendali, muncul gas yang mudah terbakar, pengapian bahan secara spontan, dll.

Bahan reaktif terbagi dalam lima kategori besar:

1. Bahan mudah peledak (sensitif terhadap kejutan/panas) 2. Bahan reaktif dengan udara

3. Bahan reaktif dengan air 4. Oksidator dan reduktor 5. Pembentuk peroksida 10.4.1 Penyimpanan Secara Umum

1. Gunakan dalam jumlah minimum atau sebanyak yang diperlukan.

2. Isolasi sepenuhnya bahan kimia ini dari sumber panas atau kelembaban apa pun.

3. Beri label dengan jelas lokasi penyimpanan bahan kimia reaktif.

4. Beri label kontainer bahan dan sertakan tanggal pengadaan.

10.4.2 Penanganan Secara Umum

1. Berhati-hatilah saat neggunakan dan menangani bahan-bahan ini.

2. Selalu tinjau lembar data keselamatan bahan (MSDS) sebelum menggunakan produk.

10.4.3 Tanda-Tanda Ketidakstabilan Bahan Secara Visual

1. Perubahan warna cairan/larutan. Lihat lembar data keselamatan bahan (MSDS) untuk membandingkan warna bahan dengan warna aslinya.

2. Adanya kristal di dalam larutan. Tanda ini merupakan indikasi pembentukan peroksida.

3. Pembentukan kristal di sekitar tutup botol. Tanda ini biasanya pembentukan peroksida tingkat lanjut.

4. Beberapa bahan (yaitu asam pikrat) dibasahi terlebih dahulu untuk penanganan dan penyimpanan yang aman, dan akan tampak seperti pasta. Namun, jika bahan-bahan ini mengering, mereka menjadi sangat sensitif terhadap guncangan dan mudah meledak.

(43)

Jenis Bahan Reaktif adalah sebagai berikut:

1. Bahan Mudah Meledak (Sensitif Kejutan/Panas)

Bahan kimia berbahaya bisa menjadi lebih berbahaya ketika terjadi perubahan komposisi kimianya. Bahan-bahan tersebut mungkin akan menjadi lebih sensitif terhadap gesekan, guncangan, atau pemanasan mendadak. Beberapa dari bahan kimia tersebut dapat menjadi sensitif terhadap kejutan ketika dibiarkan mengering (misalnya asam pikrat). Azida tertentu, senyawa diazo, senyawa n-nitro, pikrat (terutama garam logam), senyawa polinitroalkil, senyawa polinitroaromatik, adalah contoh bahan mudah meledak. Oleh karena itu,

1. Bahan-bahan tersebut hanya boleh dibeli dalam jumlah terkecil dan hanya jika benar-benar diperlukan.

2. Bila memungkinkan, gunakan bahan kimia dengan inhibitor tambahan.

3. Tulis tanggal semua bahan kimia saat pertama kali dikirim dan dibuka.

4. Lindungi bahan-bahan ini dari guncangan fisik, suhu tinggi, cahaya, dan sumber pengapian.

5. Jauhkan bahan ini dari bahan kimia reaktif lainnya.

6. Simpan semua senyawa mudah meledak di area yang jauh dari zona lalu lintas yang padat dan dari bahan mudah terbakar lainnya.

7. Gunakan lemari penyimpanan khusus untuk bahan yang mudah terbakar dan beri label dengan jelas area tempat bahanini disimpan.

8. Pastikan untuk memeriksa wadah secara teratur untuk melihat adanya kristalisasi cairan (misalnya pembentukan peroksida dalam eter), perubahan warna, atau pengeringan.

2. Bahan Reaktif Terhadap Air

1. Bahan-bahan ini harus disimpan di area yang sejuk dan tahan air.

2. Bahan-bahan ini harus dikeringkan dengan benar (bila memungkinkan) dan tidak boleh disimpan dekat dengan sumber air (yaitu di bawah wastafel) atau bahan reaktif lainnya.

3. Beri label dengan jelas area tempat penyimpanan bahan reaktif air.

4. Pastikan tersedia media pemadaman yang tepat.

(44)

5. Logam alkali (natrium), senyawa organologam, halida, hidrida, peroksida, karbida, oksida, fosfida, anhidrida, adalah contoh bahan reaktif air.

3. Bahan Reaktif Terhadap Udara

1. Debu logam (misalnya nikel, titanium) biasanya harus disimpan dalam wadah dengan sedikit kelembaban.

2. Padatan reaktif udara lainnya harus disimpan di bawah gas atau cairan inert.

3. Isolasi bahan-bahan tersebut dari zat pengoksidasi.

4. Beri label dengan jelas area tempat penyimpanan bahan reaktif udara.

5. Minimalkan paparan bahan ini terhadap udara.

6. Pastikan tersedia media pemadaman yang tepat.

4. Oksidator dan Reduksi

1. Meminimalkan, menempatkan sejauh mungkin bahan pengoksidasi dan pereduksi untuk bersentuhan satu sama lain.

2. Oksidator dan reduktor harus disimpan di lemari atau rak penyimpanan terpisah.

3. Mengisolasi oksidator dan reduktor dari bahan lain yang berpotensi reaktif.

4. Jangan menyimpan pengoksidasi dengan cairan yang mudah terbakar.

5. Banyak oksidator dan reduktor juga eksplosif, reaktif air atau reaktif udara

6. Pastikan memahami bahaya dan menerapkan tindakan pencegahan yang sesuai untuk setiap bahan.

5. Asam Perklorat

1. Pada suhu standar (25 oC), larutan asam perklorat 73% bereaksi sebagai asam non- pengoksidasi yang kuat, relatif stabil, dan dapat disimpan untuk waktu yang lama di dalam botol kaca selama itu tidak pernah bersentuhan dengan bahan yang dapat dioksidasi.

2. Pada suhu yang lebih tinggi (160 oC), asam perklorat menjadi zat pengoksidasi yang kuat dan aktif serta reagen dehidrasi yang kuat (asam perklorat anhidrat).

3. Kontak dengan bahan organik atau bahan mudah terbakar lainnya dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan. Contoh bahan kimia yang tidak kompatibel

Gambar

TABEL 1  di bawah ini berisi jenis umum dari bahan yang tidak kompatibel.   CATATAN:
TABEL  2   menyediakan  daftar  kombinasi  yang  lebih  lengkap  yang  dapat  menimbulkan  bahaya  reaktivitas
Tabel 2 – Kelompok yang Tidak Kompatibel
Tabel 2 – Kelompok yang Tidak Kompatibel
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan tersebut mencakup rencana kegiatan praktik dan praktikum, pengelolaan bahan, alat dan metode, serta sumber daya laboratorium lainnya (seperti infrastruktur, personel,

Budaya keselamatan, kesehatan, dan lingkungan laboratorium sangat tergantung pada kebiasaan kerja masing- masing kimiawan atau praktikan dan kerja sama tim untuk melindungi diri

Makalah ini disampaikan pada kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat: “ Pendidikan dan Latihan Kepala Laboratorium Kimia SMA/MA/SMK Angkatan III Pola 90 Jam” pada tanggal 13 –

rohmatchemistry's blog | Implementasi Penggunaan Google Form dan URL Shortener Untuk Kegiatan Open Recruitment Asisten Praktikum di Laboratorium Kimia Anorganik..

rohmatchemistry's blog | Fasilitas Praktikum dan Penelitian Mahasiswa: Laboratorium Divisi Kimia Anorganik Di Gedung Baru Departemen Kimia FMIPA IPB Untuk Peningkatan

Artinya jika kita akan melaksanakan kegiatan praktikum di laboratorium kimia, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita pula untuk melaksanakan segala hal yang

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan unit mini plant WA921 yang mampu menetralkan pH air pada Laboratorium Sistem Proses Kimia, Departemen Teknik Kimia,

Kategori Pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Menggunakan Bahan Kimia Jumlah Responden Skor Total Skor Ideal Persentase % Kategori 31 581 713 81,50% Efektif Berdasarkan