X. PEDOMAN UNTUK JENIS KHUSUS BAHAN BERBAHAYA
10.4 Bahan Reaktif
Bahan reaktif dapat bereaksi hebat, dan menghasilkan panas dan/atau gas dengan sangat cepat secara spontan. Reaksi semacam itu dengan cepat terjadi di luar kendali sehingga menyebabkan beberapa kondisi seperti pecahnya bejana reaksi, ledakan, pelepasan uap beracun yang tidak terkendali, muncul gas yang mudah terbakar, pengapian bahan secara spontan, dll.
Bahan reaktif terbagi dalam lima kategori besar:
1. Bahan mudah peledak (sensitif terhadap kejutan/panas) 2. Bahan reaktif dengan udara
3. Bahan reaktif dengan air 4. Oksidator dan reduktor 5. Pembentuk peroksida 10.4.1 Penyimpanan Secara Umum
1. Gunakan dalam jumlah minimum atau sebanyak yang diperlukan.
2. Isolasi sepenuhnya bahan kimia ini dari sumber panas atau kelembaban apa pun.
3. Beri label dengan jelas lokasi penyimpanan bahan kimia reaktif.
4. Beri label kontainer bahan dan sertakan tanggal pengadaan.
10.4.2 Penanganan Secara Umum
1. Berhati-hatilah saat neggunakan dan menangani bahan-bahan ini.
2. Selalu tinjau lembar data keselamatan bahan (MSDS) sebelum menggunakan produk.
10.4.3 Tanda-Tanda Ketidakstabilan Bahan Secara Visual
1. Perubahan warna cairan/larutan. Lihat lembar data keselamatan bahan (MSDS) untuk membandingkan warna bahan dengan warna aslinya.
2. Adanya kristal di dalam larutan. Tanda ini merupakan indikasi pembentukan peroksida.
3. Pembentukan kristal di sekitar tutup botol. Tanda ini biasanya pembentukan peroksida tingkat lanjut.
4. Beberapa bahan (yaitu asam pikrat) dibasahi terlebih dahulu untuk penanganan dan penyimpanan yang aman, dan akan tampak seperti pasta. Namun, jika bahan-bahan ini mengering, mereka menjadi sangat sensitif terhadap guncangan dan mudah meledak.
Jenis Bahan Reaktif adalah sebagai berikut:
1. Bahan Mudah Meledak (Sensitif Kejutan/Panas)
Bahan kimia berbahaya bisa menjadi lebih berbahaya ketika terjadi perubahan komposisi kimianya. Bahan-bahan tersebut mungkin akan menjadi lebih sensitif terhadap gesekan, guncangan, atau pemanasan mendadak. Beberapa dari bahan kimia tersebut dapat menjadi sensitif terhadap kejutan ketika dibiarkan mengering (misalnya asam pikrat). Azida tertentu, senyawa diazo, senyawa n-nitro, pikrat (terutama garam logam), senyawa polinitroalkil, senyawa polinitroaromatik, adalah contoh bahan mudah meledak. Oleh karena itu,
1. Bahan-bahan tersebut hanya boleh dibeli dalam jumlah terkecil dan hanya jika benar-benar diperlukan.
2. Bila memungkinkan, gunakan bahan kimia dengan inhibitor tambahan.
3. Tulis tanggal semua bahan kimia saat pertama kali dikirim dan dibuka.
4. Lindungi bahan-bahan ini dari guncangan fisik, suhu tinggi, cahaya, dan sumber pengapian.
5. Jauhkan bahan ini dari bahan kimia reaktif lainnya.
6. Simpan semua senyawa mudah meledak di area yang jauh dari zona lalu lintas yang padat dan dari bahan mudah terbakar lainnya.
7. Gunakan lemari penyimpanan khusus untuk bahan yang mudah terbakar dan beri label dengan jelas area tempat bahanini disimpan.
8. Pastikan untuk memeriksa wadah secara teratur untuk melihat adanya kristalisasi cairan (misalnya pembentukan peroksida dalam eter), perubahan warna, atau pengeringan.
2. Bahan Reaktif Terhadap Air
1. Bahan-bahan ini harus disimpan di area yang sejuk dan tahan air.
2. Bahan-bahan ini harus dikeringkan dengan benar (bila memungkinkan) dan tidak boleh disimpan dekat dengan sumber air (yaitu di bawah wastafel) atau bahan reaktif lainnya.
3. Beri label dengan jelas area tempat penyimpanan bahan reaktif air.
4. Pastikan tersedia media pemadaman yang tepat.
5. Logam alkali (natrium), senyawa organologam, halida, hidrida, peroksida, karbida, oksida, fosfida, anhidrida, adalah contoh bahan reaktif air.
3. Bahan Reaktif Terhadap Udara
1. Debu logam (misalnya nikel, titanium) biasanya harus disimpan dalam wadah dengan sedikit kelembaban.
2. Padatan reaktif udara lainnya harus disimpan di bawah gas atau cairan inert.
3. Isolasi bahan-bahan tersebut dari zat pengoksidasi.
4. Beri label dengan jelas area tempat penyimpanan bahan reaktif udara.
5. Minimalkan paparan bahan ini terhadap udara.
6. Pastikan tersedia media pemadaman yang tepat.
4. Oksidator dan Reduksi
1. Meminimalkan, menempatkan sejauh mungkin bahan pengoksidasi dan pereduksi untuk bersentuhan satu sama lain.
2. Oksidator dan reduktor harus disimpan di lemari atau rak penyimpanan terpisah.
3. Mengisolasi oksidator dan reduktor dari bahan lain yang berpotensi reaktif.
4. Jangan menyimpan pengoksidasi dengan cairan yang mudah terbakar.
5. Banyak oksidator dan reduktor juga eksplosif, reaktif air atau reaktif udara
6. Pastikan memahami bahaya dan menerapkan tindakan pencegahan yang sesuai untuk setiap bahan.
5. Asam Perklorat
1. Pada suhu standar (25 oC), larutan asam perklorat 73% bereaksi sebagai asam non- pengoksidasi yang kuat, relatif stabil, dan dapat disimpan untuk waktu yang lama di dalam botol kaca selama itu tidak pernah bersentuhan dengan bahan yang dapat dioksidasi.
2. Pada suhu yang lebih tinggi (160 oC), asam perklorat menjadi zat pengoksidasi yang kuat dan aktif serta reagen dehidrasi yang kuat (asam perklorat anhidrat).
3. Kontak dengan bahan organik atau bahan mudah terbakar lainnya dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan. Contoh bahan kimia yang tidak kompatibel
dengan asam perklorat termasuk plastik (akrilonitril, nilon, Poliester-Dacron, pernis berbasis selulosa); logam (tembaga, paduan tembaga, garam perklorat, aluminium, paduan nikel tinggi); bahan lain (kapas, wol, kayu, gliserin-timbal oksida).
4. Usahakan membeli atau menyimpan asam perklorat anhidrat (>85%) dalam jumlah terkecil. Jangan pernah menyimpan asam perklorat anhidrat selama lebih dari 30 hari.
5. Pastikan semua wadah kimia diberi tanggal saat pertama kali dikirim dan dibuka.
6. Simpan wadah dalam lemari penyimpanan untuk bahan mudah terbakar dan jauhkan dari bahan organik.
7. Jangan biarkan asam perklorat bersentuhan dengan agen dehidrasi yang kuat (seperti asam sulfat pekat, pentoksida fosfor anhidrat) atau bahan organik lainnya.
8. Uap asam perklorat cenderung mengembun di bagian dalam lemari asam dan saluran dalam membentuk kristal perklorat yang sangat sensitif terhadap guncangan sehingga mudah meledak. Jaga agar jumlah yang ditangani seminimal mungkin.
9. Jangan membuat asam perklorat anhidrat berlebih daripada yang diperlukan, karena zat ini hanya bisa dibuat untuk penggunaan satu hari.
10.Asam perklorat anhidrat (>85%) harus dibuang jika berlebih pada akhir pengerjaan di hari yang sama dengan pengenceran dan netralisasi terlebih dahulu.
Ingat!!!. Periksa wadah secara teratur. Jika terjadi pembentukan kristal di sekitar tutupnya, atau perubahan warna kuning menjadi putih jernih, hal ini menunjukkan kedaluwarsa.
Setiap perubahan warna asam anhidrat membutuhkan pembuangan segera. Jika teramati adanya perubahan warna atau pembentukan kristal, jangan pindahkan botol atau coba lepaskan tutupnya. Segera hubungi pranata laboratorium/analis atau kepala laboratorium.
6. Bahan Pembentuk Peroksida
Bahan kimia umum di laboratorium dapat membentuk peroksida ketika terkena udara dari waktu ke waktu. Peroksida, baik dalam larutan pekat atau padatan, dapat meledak secara kuat dan menimbulkan bahaya. Waktu penyimpanan maksimum untuk bahan kimia spesifik pembentuk peroksida seperti tercantum di bawah ini:
1. Buang setelah 3 bulan: isopropil eter, divinilasetilen, logam kalium, kalium amida,
natrium amida, vinilida klorida (dikloroetilen).
2. Buang atau uji setelah 6 bulan: asetaldehida dietil asetal, *kloroprena, cumene, siklohexene, cyclopentene, eter, diethylene glycol dimethyl ether, dioksan, furan, methylacetylene, *styrene, tetrahydrofuran, *vinylyl asetat, vinil eter,
*vinylpyridine.
3. Buang setelah 12 bulan: *butadiena, *tetrafluoroetilen, *vinil klorida.
*Monomer ini harus disimpan dengan inhibitor polimerisasi yang sesuai.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah,
1. Pengadaan eter dan senyawa peroksidasi lainnya harus dalam jumlah sekecil mungkin untuk membatasi jumlah zat yang akan terpapar oleh udara.
2. Cantumkan tanggal semua bahan kimia ketika diterima dan ketika dibuka.
3. Simpan bahan dalam wadah kedap udara, botol kaca kuning, di lokasi gelap dan di bawah atmosfer lembam (inert), jika memungkinkan.
4. Uji semua eter dan senyawa yang dapat dioksidasi untuk konsentrasi peroksida secara berkala. Jika konsentrasi peroksida dapat diterima, beri tanggal ulang wadah dan jadwal uji ulang berikutnya. Jika konsentrasi peroksida tidak dapat diterima, atau jika kristal telah terbentuk di dalam botol atau di sekitar tutupnya, jangan pindahkan botol atau mencoba melepaskan tutupnya. Segera hubungi pranata laboratorium/analis atau kepala laboratorium.