PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN
INTERVENSI
KEAMANAN PANGAN
SECARA TERPADU DI DAERAH
NYIMAS DWI KORYATI, SE. MSi.
DIREKTORAT SINKRONISASI URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH III DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH - KEMENDAGRI
Disampaikan pada kegiatan Advokasi Keamanan Pangan Untuk Pemerintah Daerah Regional Tengah dan Timur Jakarta, 27 Juli 2022
URUSAN PEMERINTAH/
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI, PEMERINTAH
DAERAH KAB/KOTA
BAGAIMANA MEWUJUDKANNYA
Keamanan pangan bebas residu pestisida masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, dan pemerintah daerah. Oleh karena itu, Ketersediaan pangan memadai, baik dari segi kuantitas, kualitas, keamanan dan harga terjangkau oleh seluruh rakyat Indonesia menjadi prasyarat utk terwujudnya ketahanan pangan nas sehingga perlu dialkukan pengawasan.
PENDAHULUAN
1. Sistem pengawasan obat &
makanan di Indonesia belum optimal.
2. Kurang kepedulian masy thd konsumsi obat & makanan/
pangan yg aman dan sehat (obat tradisional, kuliner, jajanan sekolah, dll) yg seringkali menimbulkan:
- Kematian - Sakit kronis
- Stunting
STEP 03
Peraturan
Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan
Peraturan BPOM No. 22 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pemberian Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
Kondisi saat ini
LATAR BELAKANG
4
Apa itu Stunting ? Apa Penyebabnya ?
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yg ditetapkan oleh Menteri yg menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Kesehatan.
(Sumber Perpres 72 tahun 2021)
STUNTING
Pengasuhan Yang Kurang Baik
• Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi (asupan makanan minum yg aman) sebelum dan pd masa kehamilan, serta melahirkan.
• 60% anak usia 0-6 bulan tdk mendapatkan ASI Eksklusif.
• Terbatasnya Layanan
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan.
Kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi
• 1 dr 5 rumah tangga di Indonesia masih BAB di ruang terbuka.
→ mengakibatkan
pencemaran air tanah
• 1 dari 3 rumah tangga blm memiliki akses
terhadap air bersih (air yg aman untuk
kesehatan)
Kurangnya akses rumah tangga/
keluarga thd. makanan bergizi
• Makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal.
→ Menyebabkan banyaknya Masy yg masih mengutama kan makanan yg murah &
mengenyangkan, tanpa peduli keamanannya
DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI
5
Arahan Presiden
Pada Ratas Percepatan Penurunan Stunting 11 Januari 2022
1. Tahun 2022 prevalensi stunting harus diturunkan sedikitnya 3% melalui intervensi spesifik dan sensitif, pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan penguatan implementasi di Posyandu.
2. BKKBN sebagai Ketua Pelaksana TPPS perlu didukung oleh Kementerian/Lembaga lain.
3. Intervensi yang dilakukan harus tepat sasaran, didukung data sasaran yang lebih baik dan terintegrasi.
4. Alokasi anggaran Tahun 2022 melalui APBN dan APBD perlu dioptimalkan.
5. Perlu dipastikan RAN PASTI digunakan sebagai pedoman.
6. Difokuskan pada daerah yang prevalensi stuntingnya tinggi.
DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI
DASAR HUKUM
12 Oktober 2021
DASAR HUKUM
UU No.18 Tahun 2012 Ttg. Pangan
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Ttg RPJMN 2020-2024 PP NO.86 Th 2019 Ttg. Keamanan Pangan
Peraturan BPOM No. 22 Tahun 2018 Ttg. Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
PP No.28 Thn 2004 Ttg. Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan
Permendagri Nomor 41 Tahun 2018 Ttg, Peningkatan Koordinasi Pembinaan & Pengawasan Obat
& Makanan di Daerah
PP Nomor 12 Tahun 2017 Ttg BINWAS Penyelenggaraan Pemda UU No.23 Tahun 2014 Ttg. Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No.36 tahun 2009 ttg Kesehatan
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 Ttg. Percepatan Penurunan Stunting.
UU 18 TAHUN 2012 TTG PANGAN
20
Pengawasan
keamanan, mutu dan gizi pangan serta iklan dan label
pangan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
KEWENANGAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BID KESEHATAN
(UU No.23 TAHUN 2014 Ttg PEMERINTAHAN DAERAH)
NO URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
Minuman
a. Penyediaan obat, vaksin, alat kesehatan, dan suplemen kesehatan prog nas.
b. Pengawasan ketersediaan pemerataan
& keterjangkauan obat & alat kesehatan c. Pembinaan dan pengawasan industri,
sarana produksi dan sarana distribusi sediaan farmasi, obat tradisional, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT), bahan obat, bahan baku alam yang terkait dengan kesehatan.
d. Pengawasan pre-market obat, obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan, PKRT, dan makanan minuman.
e. Pengawasan post-market obat, obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan, PKR & makanan minuman.
a. Penerbitan pengakuan pedagang besar farmasi (PBF) cabang dan cabang penyalur alat kesehatan (PAK) .
b. Penerbitan izin usaha kecil obat tradisional (UKOT).
a. Penerbitan izin apotik, toko obat, toko alat kesehatan dan optikal.
b. Penerbitan izin usaha mikro obat tradisional (UMOT).
c. Penerbitan sertifikat produksi alat kesehatan kelas 1 (satu) tertentu dan PKRT kelas 1 (satu) tertentu perusahaan rumah tangga.
d. Penerbitan izin produksi makanan & minuman pd industri rumah tangga.
e. Pengawasan post-market produk makanan minuman industri rumah tangga.
KEWENANGAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BID PANGAN
(UU No.23 TAHUN 2014 Ttg PEMERINTAHAN DAERAH)
NO SUB
URUSAN
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAERAH
KABUPATEN/KOTA
4. Keamanan Pangan
Pelaksn pengawasan keamanan pangan segar distribusi lintas negara dan distribusi lintas Drh provinsi.
Pelaksn pengawasan keamanan pangan segar distribusi
lintas Drh kab/kota.
Pelaksn pengawasan
keamanan pangan
segar.
KEAMANAN PANGAN
12 Oktober 2021
RPJMN 2020 – 2024
(PERPRES No.18 Th 2020)
Indikator Program/Kegiatan/Proyek Prioritas Nas terkait Pengawasan Keamanan Pangan di Daerah:
1. Jumlah Desa Pangan Aman, Pasar Aman dari Bahan Berbahaya, Sekolah dengan PJAS Aman (BPOM)
2. Jumlah Kab/Kota yg melaksanakan pengawasan pangan olahan sesuai standar (BPOM)
3. Persentase sampel pangan fortifikasi yang memenuhi syarat (BPOM)
4. Jumlah Sarana dan Prasarana Sistem Rantai Dingin dan Pengolahan Perikanan (Kemen KP)
5. Terjaminnya Keamanan dan Mutu Pangan Segar
(Kementan)
Keamanan Pangan
Inpres No. 3 Tahun 2017
LIMA KUNCI KEAMANAN PANGAN
PERAN PEMERINTAH DALAM RANGKA PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN
12 Oktober 2021
PENGATURAN PENGAWASAN PANGAN
(BERDASARKAN UU NO 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHANDRH)
6
Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Kesehatan,
Suburusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan Minuman
Daerah Kabupaten/Kota
Penerbitan izin produksi makanan dan minuman pada industri rumah tangga Pengawasan post-market produk
makanan minuman industri rumah tangga Kesehatan merupakan salah satu dari
6 urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar
Pangan adalah salah satu dari 18 urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar
Pembagian Urusan Pemerintah Bid. Pangan Suburusan Keamanan Pangan
Daerah Provinsi Daerah Kab/ Kota
Pengawasan keamanan pangan segar distribusi lintas Daerah
kabupaten/kota
Pengawasan keamanan
pangan segar
PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN
Pasal 47 Ayat (4) & Pasal 53 PP No. 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan
Pengawasan thd pemenuhan persyaratan Keamanan Pangan, Mutu Pangan, dan
Gizi Pangan untuk Pangan Segar dilaksanakan oleh Menteri Kesehatan, Menteri
Dalam Negeri, Menteri Pertanian, Menteri kelautan &
Perikanan, BPOM, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai
dgn kewenangannya serta masyarakat.
Pengawasan Keamanan Pangan
Pelaksana
Pengawas Pangan
1. Pelaksanaan pengawasan untuk Pangan dilakukan oleh pengawas Pangan.
2. Pengawas Pangan harus memiliki kompetensi di bid.
Keamanan Pangan.
Menginstruksikan kepada Menko Bidang Pembangunan Manusia (PMK)
dan Kebudayaan sbg, koordinator serta Menkes, Menpan RB, Mendagri, Mendag, Memperin, Mentan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menkominfo, Kepala
BPOM, Para Gubernur dan Bupati/Wali Kota untuk melakukan
peningkatan efektivitas dan Penguatan Pengawasan Obat dan
Makanan
RUANG LINGKUP:
1. Peningkatan koord pengawasan obat dan makanan
2. Peningkatan efektivitas dan Penguatan Pengawasan Obat dan Makanan
meliputi:
(1) Sediaan Farmasi, yang terdiri dari obat, bahan obat, Obat tradisional dan kosmetik,
(2) ekstrak bahan alam, (3) suplemen kesehatan, (4) Pangan Olahan dan
(5) bahan berbahaya berpotensi disalahgunakan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan .
PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
(INPRES NO 3 TH 2017 Ttg PENINGKATAN EFEKTIVITAS
PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN)
21
INSTRUKSI KEPADA :
Kepala BPOM Menteri Dalam Negeri
1.Menyusun dan menyempurnakan regulasi terkait pengawasan obat dan makanan sesuai dengan tugas dan fungsinya;
2.Melakukan sinergi dalam menyusun dan menyempurnakan tata kelola dan bisnis proses pengawasan obat dan makanan;
3.Mengembangkan sistem pengawasan obat dan makanan;
4.Menyusun pedoman untuk peningkatan
efektivitas pengawasan obat dan makanan;
5.Melakukan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan obat dan makanan; dan
6.Mengoordinasikan pelaksanaan pengawasan obat dan makanan dengan instansi terkait.
Untuk meningkatkan pembinaan dan
pengawasan kepada Gubernur, Bupati dan Walikota terkait pelaksanaan urusan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan dan minuman, serta pembinaan terhadap produk hukum daerah yang berkaitan dengan urusan dimaksud
.INPRES No.3 Tahun 2017
22
INPRES NO.3 TAHUN 2017
BUPATI/WALIKOTA
1. Meningkatkan koordinasi pengawasan obat dan makanan;
→ Membentuk Tim Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan di Daerah (Permendagri No.41 Tahun 2018 Ttg Peningkatan Koord. Pembinaan & Pengawasan Obat & Makanan di Daerah 2. Melakukan sanksi administratif berupa:
a. pencabutan izin apotek;
b. pencabutan izin toko obat berizin; dan
c. pencabutan izin usaha mikro obat tradisional; dan
d. pencabutan sertifikat produk pangan industri rumah tangga,
e. berdasarkan rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melakukan pengkajian ulang terhadap fasilitas pelayanan kesehatan/fasilitas kefarmasian sesuai standar dan persyaratan;
4. Melakukan pengkajian ulang sertifikasi produksi industri rumah tangga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Menerapkan sistem informasi database dan pelaporan pemberian sertifikasi/perizinan fasilitas pelayanan kesehatan/fasilitas kefarmasian, usaha mikro obat tradisional, dan industri rumah tangga pangan dengan mengacu pada sistem informasi yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dan/atau Badan Pengawas Obat dan Makanan; dan
6. Melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden ini kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia san Kebudayaan dengan tembusan Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Gubernur.
Agenda
23
1
PENUTUP
1. Kesekatan masyarakat merupakan prioritas pemerintah dalam melaksanakan pembangunan.
Dengan masyarakat yang sehat, aktif dan produktif, pelaksanaan pembangunan akn lebih mudah mencapai target-target yang ditetapkan.
2. Untuk menjadi sehat, setiap warga negara berhak mendapatkan kemananan dan mutu pangan yang merupakan salah satu indikator pencapaian Prioritas Nasional yang masuk dalam RPJMN 2020 – 2024
3. Untuk mendapatkan jaminan keamanan dan mutu pangan, perlu ada intervensi dari pemerintah dan pemda, mulai dari hulu sampai ke hilir melalui kegiatan pembinaan dan pengawasan post market dan pre market obat, obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan, PKRT, dan makanan minuman industri rumah tangga serta intervensi akan asupan gizi bagi ibu hamil dan balita sbg upaya penurunan angka stunting sesuai arahan Presiden.
4. Sesuai dengan perannya, Pemerintah dan pemerintah daerah perlu melakukan penguatan
koordinasi lintas instansi terkait dgn melakukan pembinaan kpd masy dan pengawasan terpadu peredaran obat, makanan dan minuman yang dikonsumsi masyarakat
5. Selain itu, masyarakat juga perlu didorong untuk menjadi konsumen yang cerdas dengan meningkatkan kesadaran akan keamanan pangan yang dikonsumsi.