PAPER
MANAJEMEN PUBLIK
DINAMIKA PENERAPAN PARADIGMA OPA, NPM DAN NPS Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Publik
Dosen pengampu: Lestari Eko Wahyudi, S.AP., M.AP
Disusun Oleh:
Supyandi 205030100111130
Kelas I
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2021
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam sebuah negara, pengelolaan sistem pemerintahan memiliki urgensi yang cukup vital yang dapat memengaruhi pada kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat. Di dalam sistem ketatanegaraan suatu negara, model penyelenggaraan pemerintahan juga mempunyai posisi yang sangat berpengaruh terhadap jalannya sistem pemerintahan. Setiap model dari penyelenggaraan pemerintahan dipengaruhi oleh paradigma yang sedang berkembang dalam ranah Administrasi Publik pada saat tersebut. Begitu berpengaruhnya sebuah paradigma sampai-sampai setiap negara mengadopsi hal-hal yang berkaitan dengan sebuah paradigma ke dalam sistem pemerintahannya bahkan sampai level pemerintahan di tingkat lokal terendah.
Selain itu, sebuah negara tentu dibentuk dengan tujuan-tujuan yang jelas, sehingga untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah metode atau cara yang tepat agar pelaksanaan pencapaian tujuan tersebut dapat berjalan sesuai harapan dan tidak menemui kendala yang cukup berarti. Dalam dinamika perkembangan administrasi publik, tentu terdapat beberapa pergeseran maupun perubahan untuk mencari sebuah paradigma ataupun konsep yang sesuai dengan kebutuhan juga pelaksanaanya dapat memberikan benefit utamanya pada kesejahteraan masyarakat.
Ilmu Administrasi Publik dalam hal ini mengalami beberapa kali pergeseran paradigma yang berawal dari paradigma Old Public Administration (OPA) sekitar tahun 1885/1887 sampai 1980an akhir, New Public Management (NPM) yang berkembang pada akhir 1980an sampai pertengahan 1990an dan juga New Public Service (NPS) yang berkembang sejak pertengahan tahun 1990an hingga sampai saat ini.
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan paradigma OPA dan bagaimana penerapannya?
2) Apa yang dimaksud dengan paradigma NPM dan bagaimana penerapannya?
3) Apa yang dimaksud dengan paradigma NPS dan bagaimana penerapannya?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui maksud dan penerapan dari paradigma OPA 2) Untuk mengetahui maksud dan penerapan dari paradigma NPM 3) Untuk mengetahui maksud dan penerapan dari paradigma NPS
BAB II PEMBAHASAN A. Paradigma Old Public Administration (OPA)
Ilmu Administrasi Publik lahir sejak Woodrow Wilson menulis sebuah artikel yang berjudul “The Study of Administration” yang dimuat di jurnal Political Science Quarterly yang tidak dapat terlepas dari kegelisahan Wilson muda akan perlunya perubahan terhadap metode pengelolaan pemerintahan di Amerika Serikat pada waktu itu yang ditandai dengan meluasnya praktik spoil system (sistem perkoncoan) yang menjurus pada terjadinya inefektivitas dan inefisiensi dalam pengelolaan negara. Studi Ilmu Politik yang berkembang pada saat itu ternyata tidak mampu memecahkan persoalan tersebut karena memang fokus kajian Ilmu Politik bukan pada bagaimana mengelola pemerintahan dengan efektif dan efisien, melainkan lebih pada urusan tentang sebuah konstitusi dan bagaimana keputusan-keputusan politik dirumuskan.
Wilson berpendapat bahwa masalah utama yang dihadapi pemerintah eksekutif adalah rendahnya kapasitas administrasi. Untuk mengembangkan birokrasi pemerintah yang efektif dan efisien, diperlukan pembaharuan administrasi pemerintahan dengan jalan meningkatkan profesionalisme manajemen administrasi publik. Administrasi publik harus didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen ilmiah dan terpisah dari hiruk pikuk kepentingan politik. Inilah yang dikenal sebagai konsep dikotomi politik dan administrasi.
Paradigma dikotomi politik-administrasi memiliki dua kunci pokok yakni yang pertama adalah politik berbeda (distinct) dengan administrasi. Secara naluriah, politik adalah tempat dimana kebijakan (policy) diambil sehingga administrasi tidak berhak berada dalam tempat tersebut. Pejabat-pejabat politik (elected agencies) bertanggung-jawab merepresentasikan kepentingan publik dan memformulasikannya menjadi sebuah produk politik berupa kebijakan. Administrasi hanya bertugas mengimplementasikan (administered) kebijakan tersebut. Dengan demikian, maka fungsi politik dan administrasi harus dipisahkan agar tidak saling mempengaruhi (politisasi-birokrasi).
Secara ringkas, Denhardt dan Denhardt menguraikan karakteristik OPA antara lain sebagai berikut:
1) Fokus utama adalah penyediaan pelayanan publik melalui organisasi badan resmi pemerintah.
2) Kebijakan publik dan administrasi negara dipahami sebagai penataan dan implementasi kebijakan publik yang berfokus pada satu cara terbaik (on a single) kebijakan publik dan administrasi negara sebagai tujuan yang bersifat politik.
3) Administrasi publik memainkan peranan yang terbatas dalam proses perumusan kebijakan publik dan pemerintahan; mereka hanya bertanggungjawab mengimplementasikan kebijakan publik.
4) Pelayanan publik harus diselenggarakan oleh administrator yang bertanggung jawab kepada pejabat publik (elected officials) dan dengan diskresi terbatas.
5) Administrator bertanggungjawab kepada pimpinan pejabat politik (elected political leaders) yang telah terpilih secara demokratis.
6) Program-program publik dilaksanakan melalui organisasi yang hirarkis dengan control yang ketat oleh pimpinan organisasi.
7) Nilai pokok yang dikejar oleh organisasi publik adalah efisiensi dan rasionalitas.
8) Organisasi publik melaksanakan system tertutup sehingga keterlibatan warga negara dibatasi.
9) Peranan administrator publik adalah melaksanakan prinsip-prinsip planning, organizing, staffing, coordinating, reprting, dan budgeting.
B. Paradigma New Public Management
Dalam studi Administrasi Publik, kehadiran New Public Management dimaksudkan untuk melakukan pembaharuan dalam tata kelola sektor publik dengan memperkenalkan ide atau gagasan yang sudah dipraktikkan dalam kegiatan sektor swasta ataupun bisnis.
Paradigma New Public Management berkeyakinan bahwa sistem tata kelola relasi antara satuan atau unit kelembagaan pemerintah dengan para pengguna jasanya (customer) dianggap sama seperti proses relasi transaksi yang dijalankan di dunia bisnis (Denhardt &
Denhardt, 2003). Dengan kata lain, New Public Management merupakan paradigma yang dimaksudkan melakukan internalisasi spirit kerja sektor bisnis ke dalam sektor publik dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja sektor publik yang selama ini dicitrakan lambat, boros, dan korup. Slogan yang terkenal dalam paradigma New Public Management ini adalah mengelola pelayanan publik pada dasarnya sama dengan mengelola bisnis yang selama ini dijalankan sektor swasta, yaitu sama-sama ingin menghadirkan pelayanan yang menyenangkan dan memuaskan bagi masyarakat pengguna jasa layanan, –run government like business (Denhardt & Denhardt, 2003:13).
NPM merupakan teori manajemen publik yang beranggapan bahwa praktik manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan praktik manajemen pada sektor publik. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kinerja sektor publik perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam organisasi sektor publik, seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender (Compulsory Competitive Tendering- CCT), dan privatisasi perusahaan-perusahaan publik (Hughes, 1998; Jackson, 1995; Broadbent & Guthrie, 1992).
Gagasan utama dari gerakan pembaharuan New Public Management ini dititikberatkan pada reformasi birokrasi secara terencana, yang prosesnya dimulai dari dalam organisasi publik tersebut (inside the organization) dengan melakukan serangkaian perubahan sesuai dengan tuntutan kebutuhan organisasi, diantaranya: Pertama, perubahan sektor publik harus difokuskan pada aspek manajemen, bukan pada aktivitas kebijakan, dan penilaian kinerja untuk melihat efektivitas dan efisiensi; Kedua, restrukturisasi birokrasi publik ke arah desentralisasi fungsi melalui pembentukan badan-badan kecil dan sederhana untuk kepentingan efektivitas dan efisiensi pelayanan (user–pay bases);
Ketiga, penggunaan ‘quasi market’ dan menawarkannya ke pasar (contracting out) sebagai daya dorong untuk menciptakan kompetisi pelayanan; Keempat, efisiensi penggunaan anggaran dengan cara menggalakkan kinerja sektor publik yang digerakkan misi; dan Kelima, pengembangan pola manajemen yang menekankan pada antara lain target keluaran, pembatasan waktu kontrak, insentif keuangan, dan pemberian ruang diskresi (Hughes, 1994:2). NPM pada dasarnya sebagai pendekatan dalam administrasi publik yang mampu menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari dunia manajemen bisnis dan disiplin lain untuk memperbaiki efektivitas, effisiensi, dan kinerja pelayanan publik pada birokrasi modern.
Penerapan konsep New Public Management telah menyebabkan terjadi perubahan manajemen sektor publik yang drastis dari sistem manajemen tradisional yang kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Penerapan konsep NPM dapat dipandang sebagai suatu bentuk modernisasi atau reformasi manajemen dan administrasi publik, depolitisasi kekuasaan, atau desentralisasi wewenang yang mendorong demokrasi. Perubahan tersebut juga telah mengubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat (Hughes, 1998). Di dalam konsep New Public Management semua pimpinan (manager) didorong untuk menemukan cara-cara baru dan inovatif untuk memperoleh hasil yang maksimal atau melakukan privatisasi terhadap fungsi-fungsi pemerintahan.
Mereka tidak lagi memimpin dengan cara-cara melakukan semuanya sampai jenis pekerjaan yang kecil-kecil. Mereka tidak lagi melakukan “rowing” menyapu bersih semua pekerjaan. Melainkan mereka melakukan “steering” membatasi terhadap pekerjaan atau fungsi mengendalikan, memipin dan mengarahkan yang strategis saja. Sebuah sistem manajemen kinerja NPM di sektor publik meliputi tujuh karakteristik:
1) Pengembangan Rencana Strategis yang terkait dengan proses Perencanaan organisasi tahunan;
2) Mendefinisikan dan menetapkan tujuantujuan organisasi dan individu dan tujuan secara tahunan;
3) Pengembangan indikator kinerja pribadi dan organisasi;
4) Pengembangan dan implementasi kerangka Perencanaan Organisasi yang komprehensif;
5) Pengembangan dan pelaksanaan proses penilaian pribadi;
6) Menghubungkan strategi dan tujuan organisasi dengan penyelarasan jabatan, dan;
7) Pengembangan dan pelaksanaan ulasan manajemen dan kerangka evaluasi kinerja (diadaptasi dari Boston, 1991;. Butterfield et al, 2004 dalam Hayer, 2010).
Beberapa pihak meyakini bahwa paradigma New Public Management merupakan sebuah fenomena internasional sebagai bagian dari proses global. Konsep NPM begitu cepat mempengaruhi praktik manajemen publik di berbagai negara sehingga membentuk sebuah gerakan yang mendunia. Dalam tinjauan sejarah, perkembangan New Public Management sebagai pendekatan baru Administrasi Publik, yang menggantikan peran Old Public Administration dihampir seluruh belahan dunia, sudah melampaui lebih dari dua dekade. Terjadinya berbagai krisis yang semakin meluas di sektor-sektor publik di beberapa negara, seperti Inggris (1970), Amerika Serikat (1980), Selandia Baru atau Australia menyebabkan negara-negara ini memperkenalkan reformasi dalam sektor publiknya dengan mempraktikkan New Public Management. Konsep ini juga menjadi populer di Kanada, Swedia, Belanda, dan negara-negara Eropa barat lainnya, meskipun beberapa dari negara tersebut gagal untuk menerapkannya, seperti Jerman dan Swedia (Zarzycka & Michalak, 2013). Namun penerapan paradigm aini dinilai gagal diaplikasikan pada negara berkembang dikarenakan beberapa faktor.
C. Paradigma New Public Service
Paradigma New Public Service (NPS) merupakan konsep yang dimunculkan melalui tulisan Janet V.Dernhart dan Robert B.Dernhart berjudul “The New Public Service :
Serving, not Steering”, terbit tahun 2003. Paradigma New Public Service dimaksudkan untuk memberi solusi baru pada penerapan paradigma administrasi yang menjadi arus utama yakni paradigma New Public Management yang berprinsip “run government like a businesss” atau “market as solution to the ills in public sector”.
Untuk meningkatkan suatu pelayanan publik yang demokratis, maka pilihan terhadap
“the New Public Service (NPS)” dapat menjanjikan suatu perubahan yang realistis dan kondisi birokrasi pemerintahan. Teori New Public Service memandang bahwa birokrasi adalah alat rakyat dan harus tunduk kepada apapun suara rakyat, sepanjang suara itu rasional secara normatif dan konstitusional. Seorang pimpinan dalam birokrasi bukanlah semata-mata makhluk ekonomi seperti yang diungkapan dalam teori New Public Management, melainkan juga makhluk yang berdimensi sosial, politik, dan menjalankan tugas sebagai pelayan publik.
Gagasan Denhardt & Denhardt tentang New Public Service menegaskan bahwa pemerintah seharusnya tidak dijalankan seperti layaknya sebuah perusahaan tetapi melayani masyarakat secara demokratis, adil, merata, tidak diskriminatif, jujur, dan akuntabel. Adapun prinsip-prinsip yang ditawarkan Denhart & Denhart (2003) adalah sebagai berikut:
1) Melayani Warga Negara, bukan customer (Serve Citizens, Not Customer). Karena kepentingan publik merupakan hasil dialog tentang nilai-nilai bersama daripada agregasi kepentingan pribadi perorangan maka abdi masyarakat tidak semata-mata merespon tuntutan pelanggan tetapi justru memusatkan perhatian untuk membangunkepercayaan dan kolaborasi dengan dan diantara warga negara.
2) Mengutamakan Kepentingan Publik (Seeks the Public Interest). Administrator publik harus memberikan sumbangsih untuk membangun kepentingan publik bersama.
Tujuannya tidak untuk menemukan solusi cepat yang diarahkan oleh pilihan-pilihan perorangan tetapi menciptakan kepentingan bersama dan tanggung jawab bersama.
3) Kewarganegaraan lebih berharga daripada Kewirausahaan (Value Citizenship over Entrepreneurship). Kebijakan dan program untuk memenuhi kepentingan publik dapat dicapai secara efektif dan bertanggungjawab melalui upaya kolektif dan proses kolaboratif.
4) Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis (Think Strategically, Act Democratically).
Dalam perspektif ini abdi masyarakat seharusnya lebih peduli daripada mekanisme pasar. Selain itu abdi masyarakat juga harus memenuhi peraturan perundang-
undangan, nilai-nilai kemasyarakatan, norma politik, standar professional, dan kepentingan warga negara.
5) Tahu kalau Akuntabilitas Bukan Hal Sederhana (Recognize that accountability is not Simple).
6) Melayani Ketimbang Mengarahkan (Serve Rather than Steer). Penting sekali bagi abdi masyarakat untuk menggunakan kepemimpinan yang berbasis pada nilai bersama daripada mengontrol atau mengarahkan masyarakat kearah nilai baru.
7) Menghargai Manusia, Bukan Sekedar Produktivitas (Value People, Not Just Productivity). Organisasi publik beserta jaringannya lebih memungkinkan mencapai keberhasilan dalam jangka panjang jika dijalankan melalui proses kolaborasi dan kepemimpinan bersama yang didasarkanpada penghargaan kepada semua orang.
Aplikasi dari konsep New Public Service agak menantang dan membutuhkan keberanian bagi aparatur pemerintahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, karena mengorbankan waktu dan tenaga untuk mempengaruhi semua sistem yang berlaku.
Alternatif yang ditawarkan adalah pemerintah harus mendengar suara publik dalam berpartisipasi bagi pengelolaan tata pemerintahan. Memang tidak gampang meninggalkan kebiasaan memerintah atau mengatur pada konsep administrasi lama, daripada mengarahkan, menghargai pendapat sebagaimana yang disarankan konsep New Public Service.
BAB III KESIMPULAN
Dapat ditarik kesimpulan bahwa paradigma manajemen publik memiliki serangkaian pergeseran ataupun perubahan yang diakibatkan oleh adanya pergulatan pemikiran- pemikiran tentang cara pengelolaan manajemen sektor public. Dimulai dengan munculnya Old Public Administration (OPA) yang membawa sebuah konsep dikotomi politik dimana paradigma ini menekankan bahwa administrasi harus dipisahkan dengan politik agar tidak terjadi politisasi-birokrasi. Selain itu alasan terciptanya paradigma ini adalah supaya tidak terjadi spoil system yang membuat profesionalitas dari para aktor birokrasi menjadi menurun.
Kemudian, muncul paradigma baru setelah adanya kritik terhadap penerapan Old Public Administration yakni New Public Management. New Public Management mengusung konsep bahwa organisasi sektor publik dapat dijalankan layaknya organisasi sektor private atau bisnis. New Public Management telah mengubah dari sistem manajemen tradisional yang kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.
Penerapan New Public Management terbilang berhasil namun hanya sebatas di negara-negara tertentu saja. Sedangkan penerapannya pada negara berkembang cenderung mengalami kegagalan dikarenakan beberapa faktor. Kemudian muncul sebuah paradigma baru yang mengusung slogan “serving not steering” yakni New Public Service.
Dalam paradigma New Public Service, seorang pimpinan dalam birokrasi bukanlah semata-mata makhluk ekonomi seperti yang diungkapan dalam teori New Public Management, melainkan juga makhluk yang berdimensi sosial, politik, dan menjalankan tugas sebagai pelayan publik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Jamaluddin. 2012. Perjalanan Old Public Administration (OPA), New Public Management (NPM), New Public Service (NPS) Menuju Manajemen Publik Kelas Dunia. Vol. 1, No. 1.
Alamsyah, Anggriani. 2016. PERKEMBANGAN PARADIGMA ADMINISTRASI PUBLIK (New Public Administration, New Public Management dan New Public Service).
Jurnal Politik Profestik. Vol. 4, No.2
Jaya, Imanuel. 2021. Perjalanan Panjang Ilmu Administrasi Publik (Dari Paradigma Klasik Menuju Kontemporer). Journal Ilmu Sosial, Politik Dan Pemerintahan, 3(1), 1-16.
Mahmudi. 2003. New Public Management (NPM): Pendekatan Baru Manajemen Sektor Publik. Jurnal Kajian Bisnis dan Manajemen. Vol. 6, No.1, 69-76.
Puspawati, A.G. 2016. PENERAPAN NEW PUBLIC MANAGEMENT (NPM) DI INDONESIA (Reformasi Birokrasi, Desentralisasi, Kerjasama Pemerintah dan Swasta Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik). Jurnal Ilmu Administrasi Publik.
Vol. 1, No.1, 38-53.
Silviana, E.S. 2012. Perjalanan Old Public Administration (OPA), New Public Management (NPM) hingga New Public Service (NPS).
Winengan. 2018. Menakar Penerapan New Public Management dalam Birokrasi Indonesia.
Jurnal Ilmu Administrasi Publik. Vol. 4, No. 1, 66-74