Paradox bantuan tunai Oleh Mutamimah
Rencana kenaikan harga BBM per 1 April 2012 terus menuai protes secara massif, hamper merata di seluruh Indonesia. Kebijakan menaikkan harga bahan bakar itu direspon sebagai bad news oleh masyarakat. Pemerintah mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM yang tujuannya meredam dampak sosial dan ekonomi dengan mengalokasikan bantuan uang tunai yang disebut bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM). Pro dan kontra terhadap bantuan tunai itu bermunculan. Bisakah bantuan tunai itu menyelesaikan akar permasalahan kemiskinan, atau malah menimbulkan masalah baru?
Di tengah gencarnya pemerintah menggalakkan program percepatan pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran, muncul kebijakan yang paradox, baik kenaikan harga BBM maupun penyaluran BLSM. Mengapa paradox? Di satu sisi, pemerintah menggiatkan program pemberdayaan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, yang disebut dengan four track development strategy, yaitu pro growth, pro job, pro poor, dan pro environment.
Program itu untuk memppercepat pertumbuhan ekonomi dengan beberapa langkah strategis menciptakan lapangan kerja, serta memberdayakan masyarakat secara tepat sasaran dan terukur sehingga dapat mengurangi kemiskinan dan menggangguran. Namun, di sisi lain tiba- tiba muncul kebijakan baru yang terkesan tambal sulam yang justru akan memperlemah percepatan pertumbuhan ekonomi, yaitu kenaikan harga BBM dan program bantuan BLSM.
Unjuk rasa masyarakat sebagai refleksi kegalauan bias dipahami karena kenaikan harga bahan bakar sangat sensitive, terutama bagi masyarakat golongan bawah dan industri yang banyak menggunakan BBM. Kalau kita telaah lebih lanjut, kenaikan harga BBM bukan hal sepele karena punya dampak sangat besar dalam aktivitas ekonomi masyarakat, apalagi didorong kondisi jalan yang macet di mana-mana yang menimbulkan biaya tinggi dalam aktivitas ekonomi.
Salah sasaran
Dampak kenaikan harga bahan bakar iry terhadap aktivitas ekonomi dikenal dengan istilah multiplier effect. Misalnya jika BBM naik menjadi Rp. 6.000/liter maka akan menaikkan harga barang dan jasa, karena kenaikan harga bahan bakar itu menjadi komponen penting dalam penentuan harga produk barang dan jasa. Ketika harga barang dan jasa naik, dengan sumsi pendapatan masyarakat tetap maka daya beli masyarakat pun turun.
Bahkan sangat mungkin terjadi bahwa pendapatan masyarakat tidak selalu naik sebanding dengan kenaikan harga BBM.
Akibat lebih lanjut, jika harga barang dan jasa naik, maka produk domestic tidak dapat bersaing dengan produk asing yang membanjiri Indonesia. Dampak lebih lanjut adalah penjualan industry turun. Akibat lebih lanjutnya adalah PHK dan naiknya angka pengangguran.
Dalam waktu yang bersamaan, ketika harga BBM akan naik, muncullah program bantuan tunai yang digulirkan pemerintah dengan tujuan meredam dampak social ekonomi masyarakat, yang disebut BLSM.
Program bantuan tersebut bersifat konsumtif, sesaat, tampak sebagai kebijakan tambal sulam, tidak dapat memberdayakan ekonomi masyarakat, sering salah sasaran, dan justru akan menghambat tumbuhnya potensi-potensi ekonomi masyarakat.
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah agar kebijakan pemerintah direspon positif atau good news dan dapat mengurangi protes serta demo mahasiswa dan masyarakat, maka sebaiknya semua aktivitas pemerintah dikelola dan dikomunikasikan kepada public secara transparan, fairness, serta informasi tersebut mudah diakses masyarakat luas. Jika masyarakat mengetahui dengan jelas, fenomena riil penyebab kenaikan BBM ataupun kebijakan lain, masyarakat akan mudah menerima serta menjalankan program- program pemerintah tersebut dengan baik.
Keterlibatan dan pengakuan akan keberadaan masyarakat dalam kebijakan, akan meningkatkan komitmen dan kesungguhan masyarakat untuk menjalankan semua program pemerintah. Bantuan langsung sementara masyarakat sebaiknya diarahkan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat, misalnya mengoptimalkan pembangunan infrastruktur sehingga aktivitas ekonomi masyarakat bias meningkat lebih cepat dan menurunkan ekonomi biaya tinggi.
Persoalan kemacetan jalan harus secepatnya ditangani karena hal itu akan mendorong meningkatnya biaya tinggi bagi masyarakat. Semua kebijakan pemerintah harus konsisten dan berkesinambungan antara satu dan yang lain sehingga tidak terkesan tambal sulam hingga mengecewakan dan menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat.