• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA STUD

N/A
N/A
Gun Mang

Academic year: 2023

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA STUD"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA (STUDI DI DESA LEREPAKO KECAMATAN LAEYA

KABUPATEN KONAWE SELATAN)

Ibran S1

1 Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Abstrak: telah melakukan penelitian dengan judul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Desa Lerepako Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Lerepako Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Kualitatif yaitu suatu tipe penilitian yang bertujuan memberikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data yang ada di lapangan tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Lerepako Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Lerepako Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan tergolong cukup baik atau tinggi. Hal ini terjadi karena masyarakat sangat antusias untuk ikut berpartisipasi, baik itu dalam dalam perencanaan program pembangunan maupun tahap dalam pelaksanaan program pembangunan dan Dalam rangka pelaksanaan dalam pembangunan di Desa Lerepako Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan secara umum cukup baik, dimana setiap pembangunan yang di lakukan pemerintah Desa Lerepako selalu diberitahukan dan disosialisasikan kepada masyarakat terlebih dahulu, selain itu pembangunan-pembangunan yang di selenggarakan oleh pemerintah Desa Lerepako juga sangat melibatkan masyarakatnya.

Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Tingkat Partisipasi, Pembangunan Desa.

PENDAHULUAN

Pembangunan nasional sebagai proses yang berkesinambungan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat secara terancana dan terarah setiap bidang kehidupan dan penghidupan rakyat, bangsa, Nagara Republik Indonesia adalah untuk dapat mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumsukan dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945.

Dalam hubungan itu pemerintah Negara Republik Indonesia menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perkehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

Pada dasarnya pembangunan nasional diselenggarakan secara bertahap berdasarkan prioritas sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai pada setiap tahap pembangunan.

Tujuan tahap pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidupdan kesejahteraan seleuruh rakyat serta meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan tahap berikutnya.

Oleh karena itu, dalam Undang-Undang Pemerintah Derah Nomor 32 tahun 2004 pada pasal 15 ayat (1), diuraikan bahwa dalam rangka penyelenggaran

(2)

pemerintah daerah di susun perencanaan dapat tercapainya tujuan pembangunan, hal ini diperlukan adanya keterlibatan langsung secara katif dari masyarakat.

Abe (2001) berpendapat bahwa makna perumusan bukanlah suatu makna yang akademis sifatnya akan tetapi proses dimana rakyat diberi kesempatan untuk menunjukan pokok harapan, kebutuhan dan kepentingan dasarnya. Artinya adanya keterlibatan rakyat dalam proses perencanaan karena perencanaan bisa menjadi wahana untuk mengubah skema politik lama dari top down planning menjadi butto up planning. Ndraha (1990 : 82-83), mengatakan bahwa hal-hal yang menjadi pendorong bagi banyak negara berkembang untuk meningkatkan perhatian pada pembangunan masyarakat perdesaan adalah : (1).

Bagian terbesar penduduk tinggal di derah perdesaan yang kondisi dan taraf hidup mereka sangat rendah, (2).

Keadaan perdesaan yang di anggap timpang jika dibandingkan keadaan perkotaan, (3). Kenyataan bahwa dalam pembangunan masyarakat (Community Development) perdesaan belum mampu mewujudkan perakarsa yang berarti.

Pembangunan partisipatif harus dimulai dengan masyarakat sebagai manusia yang memiliki aspirasi dan paling mengetahui tentang kebutuhanya.

Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah daerah harus dapat memposisikan diri sebagai fasilitaor untuk menciptakan suasana yang menjunjung kegiatan masyarakat yang di harapkan dapat mendukung dan tujuan pemerintah yang dilakukan melalui partisipasi masyarakat.

Menurut Parwoto (1997) keuntungan yang dapat diperoleh yang dapat diperoleh melalui pembangunan partisipatif adalah : (a) Pembangunan lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya sehingga dengan alokasi yang relatif sama dapat

menjangkau lebih luas; (b) Pembanguna lebih menyentuh masyarakat; (c) Masyarakat sadar dengan persoalan yang mereka hadapi dan potensi yang mereka miliki; (d) Masyarakat lebih bertanggung jawab atas keberhasilan pembangunan dan pemanfaatan hasil pembangunan; (e) Masyarakat saling belajar dalam proses pembangunan dan rekan-rekan senasib; (f) Tumbuhnya solidaritas; (g) Tumbuhnya masyarakat mandiri, yang mampu mengambil keputusan-keputusan untuk menetukan masa depan mereka.

Lebih lanjut dikatakan bahwa aspek keterlibatan (partisipasi) masyarakat sangat minim sehingga mempengaruhi implementasi dari pembangunan yang di rencanakan. Gagalnya tujuan dan sasaran pembangunan diakibatkan oleh berbagai macam faktor, baik teknis maupun non teknis yang penyebabnya juga bersal dari pemerintah sebagai perencana pembangunan maupun masyarakat sebagai pelaku dan esekutor pembangunan.

Desa Lerepako merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Laeya kabupaten Konawe Selatan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 Tahun 2014 pada Pasal 2 ayat 2 bahwa pembangunan desa dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong.

Oleh karena itu sangatlah penting melibatkan partisipasi masyarakat seluruh elemen Desa Lerepako tersebut guna membantu tercapainya pelaksanaan program pembangunan, sehingga akan timbul satu program dari prakarsa dan swadaya serta gotong royong dari masyarakat.

Atas dasar inilah ksadaran dari masyarakat perlu terus di tumbuhkan dan ditingkatkan sehinga nantinya partisipasinya akan dirasakan sehingga suatu kewajiban yang lahir secara spontan. Berdasarkan hasil observasi

(3)

awal pada tanggal 24 okober 2016 di Desa Lerepako Kecamatan Laeya, menunjukan bahwa adanya indikasi tingkat partisipasi dalam pembangunan desa masih rendah. Hal ini di tujukan oleh rendahnya tingkat partisipasi masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam bentuk sumbangan dana dan tenaga bagi pembangunan sarana prasarana, minimnya pembangunan sarana dan prasarana seperti irigasi air, perbaikan kantor balai desa, post kamling, dan lain-lain dan program desa selama ini belum menyentuh kebutuhan masyarakat atau belum sepenuhnya sesuai dengan keinginan dari masyarakat Desa Lerepako, sehingga banyak masyarakat yang kecewa terhadap pemerintah desa.

Sekalipun pemerintahan Desa Lerepako telah berupaya memprioritaskan pelaksanaan program pembangunan desa sesuai dengan yang dikehendaki oleh masyarakat yang ada di desa tersebut, akan tetapi masih saja ada faktor-faktor yang menyebabkan kurangyna partisipasi masyarakat Desa Lerepako dalam mendukung pelaksanaan program pembangunan di desanya.

Partisipasi adalah keikutsertaan, perhatian dan sumbangan yang diberikan oleh kelompok yang berpartisipasi, dalam hal ini adalah masyarakat (Pasaribu, 1982 : 17) dalam Arianto (2015). Untuk menembuhkan dan menggerakan semangat partisipasi, diperlukan prasyrat yang dapat membangkitkan tenaga sosial masyarakat.

Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan aktif dari seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi. Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007) adalah

keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Partisipasi melibatkan lebih banyak mental dan emosi dari pada fisik seseorang, sehingga pribadinya diharapkan lebih banyak terlibat dari pada fisiknya sendiri. Partisipasi yang di dorong oleh mental dan emosi yang demikian itu, disebut sebagai partisipasi

“sukarela”. Sedangkan partisipasi dengan paksaan disebut mobilisasi.

Partisipasi mendorong orang untuk ikut bertanggung jawab didalam suatu kegiatan, karena apa yang disumbangkannya adalah atas dasar kesukarelaan sehingga timbul rasa bertanggung jawab kepada organisasi.

Pasaribu (1982) dalam Arianto (2015). dikemukakan sebagai berikut:

(1) Rasa senasib, sepenaggungan, ketergantungan, dan keterkaitan, jika dalam suatu masyrakat terdapat persaan ini, maka dalam masyarakat ikut dapat diharapkan timbul partisipasi yang tinggi, (2) Keterkaitan tujuan hidup, keterkaitan rasa saja tidak membawa kekuatan untuk partisipasi. Bukti nyata dalam hal ini, makan tidak makan asal rumput tetapi bila tujuan jelas maka ketapaan hati, tahan uji dan kemauan keras akan timbul dalam mencapai tujuan dalam mencapai tujuan, (3) Kemahiran menyusuaikan. Kemahiran menyusuaikan diri dalam keadaan sangat penting untuk menimbulkan partisipasi, (4) Adanya parakarsawan, adanya orang yang memprakarsai perubahan, merupakan prasyrat lahirnya partisipasi, dan (5) Iklim partisipasi tetapi bila iklimya sudah ada, maka sangat mudah partisipasi tumbuh.

(4)

Asngari (2001 : 29) menyatakan bahwa, penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena diantara orang-orang itu saling berkomonikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peran serta semua pihak itu diperlukan : (1) Tercapainya suasana yang bebas atau demokratis, (2) Terbinanya kebersamaan.

Salmet (2003 : 8) menyatakan bahwa, partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai berikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan- kegiatan pembangunan, dan ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil- hasil pembangunan. Gaventa dan Valderama (1999) dalam Arsito (2004), mencatat ada 3 tradisi konsep partisipasi terutama bila dikaitkan denganpembangunan masyarakat yang demokratis yaitu : (1) partisipasi politik Political Participation (2) partisipasi sosial Social Participation dan (3) partisipasi warga Citizen Participation/Citizenship, ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Partisipasi politik, political participation lebih berorientasi pada

“mempengaruhi” dan “mendudukan wakil-wakil rakyat” dalam lembaga pemerintahan ketimbang partisipasi aktif dalam proses-proses kepemerintahan itu sendiri. 2. Partisipasi sosial, socila partisipation partisipasi ditempatkan sebagai keterlibatan masyarakat terutama yang dipandang sebagai benficiary atau pihak di luar proses pembangunan dalam konsultasi atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus proyek pembangunan dari evaluasi kebutuhan sampai penilaian, implementasi, pemantauan dan evaluasi. Partisipasi sosial sebenarnya dilakukan dengan memperkuat proses pembelajaran dan mobilisasi sosial. Dengan kata lain,

tujuan utama dari proses partisipasi sosial sebenarnya bukanlah pada kebijakan publik lebih diarahkan sebagai wahana pembelajaran dan mobilisasi sosial.3. Partisipasi warga, citizen paticipation/citizenship menekankan pada partisipasi langsung pada warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan. Partisipasi warga telah mengalihkan konsep partisipasi “dari sekedar kepedulian terhadap ‘penerima derma’ atau ‘kaum tersisih’ menuju ke suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keikut sertaan warga dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan di berbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan mereka”. Berbeda dengan partisipasi sosial, partisipasi warga lebih berorientasi pada agenda penentuan kebijakan publik oleh warga ketimbang menjadikan arena kebijakan publik sebagai wahan pembelajaran.

Keterlibatan masyarakat akan menjadi penjamin bagi suatu proses perencanaan pembangunan yang baik dan benar (Abe, 2005). Untuk dapat mewujudkan partisipasi masyarakat agar dapat berdaya sangat dibutuhkan kebebasan, kesempatan dan ruang gerak yang tersusun dalam empat tinkatan, sebagaimana di ungkapkan oleh Kramer yang dikutib dalam (Arif, 2006, ), yaitu : 1. Partisipasi akan mengundang arti keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan kebijakan pembangunan. 2.

Partisipasi hendaknya mengarah pada pembangunan penduduk yang ditempatkan sebagai konsumen utama dari infrastruktur fisik daerah. Oleh karena itu, kepentingan-kepentingan dan saran-saran mereka harus didengar oleh mereka yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan-pelayanan daerah. 3. Partisipasi menempatkan masyarakat sebagai konsumen perlu memperoleh stimulan dan dukungan sebagai reaksi terhadap birokrasi

(5)

pembangunan yang kurang memiliki kepekaan terhadap kepentingan masyarakat. 4. Partisipasi diadakan dalam rangka nilai keadilan sosial dalam rangka terjadinya kelonggaran memperoleh pekerjaan yang produktif bagi lapisan masyarakat.

Sujipto dalam Schall (2006) berpendapat bahwa partisipasi masyarakat dalam konteks pembangunan adalah kegiatan masyarakat untuk mendukung dana membantu keberhasilan setiap rencana dan program pembangunan dalam berbagai bidang menurut kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan dirinya sendiri.

Partisipasi merupakan keterlibatan dari setiap individu atau kelompok dalam mendukung dan melaksanakan bentuk aktifitas yang akan dilaksanakan.

Ginanjar Karta Sasmita dalam Schall (2006 ) memberikan pandangan bahwa partisipasi masyarakat bukan hanya esensial untuk mendukung pembagunan yang digerakan oleh pemerintah, akan tetapi juga harus lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan yang dilaksanakan tersebut.

Conyers dalam Iswanto (2013) mengemukakan partisipasi akan berjalan apabila adanya kemauan dari setiap individu dan organisasi untuk ikut berperan serta dalam partisipasi.

Partisipasi menurut Conyers adalah alat yang berguna untuk memperoleh akses informasi, sikap, harapan, dan kebutuhan masyarakat, pemberian usulan serta representatif kehadiran karena tanpa kehadiran masyarakat, maka program pembangunan akan gagal.

Bentuk Partisipasi Masyarakat

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan menurut Hurairah (2008 ) adalah sebagai berikut : 1. Partisipasi buah pikiran, yang di berikan partisipan

dalam pertemuan atau rapat. 2.

Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan prasarana. 3. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan, pertolongan bagi orang lain yang biasanya berupa uang, makanan dan sebagainya. 4. Partisipasi keterampilan dan kemahiran, yang diberikan orang untuk mendorong berbagai bentuk usaha. 5. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban.

Sedangkan menurut Sutarta (2002) bentuk-bentuk partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut :1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan, yaitu peran serta yang dilakukan pada tahap satu kegiatan sedang direncanakan, dipersiapkan serta penetapan segala ketentuan-ketentuan yang akan dipakai nantinya dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. 2. Partisipasi dalam pelaksanaan rencana, yaitu peran serta yang dilaksanakan pada tahap yang mencakup kegiatan yang direncanakan tersebut sedang berjalan. 3. Partisipasi dalam menikmati hasil, mereka yang menikamati hasil atau keuntungan dari suatu kegiatan. 4. Partisipasi dalam evaluasi, partisipasinya dilihat pada saat telah selesai kegiatan fisik, misalnya respon masyarakat dapat diartikan sebagai umpan balik (feed back) sebagai masukan bagi kegiatan sejenis untuk rencana tindak lanjut.

Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu program pembangunan, dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga. Sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah

(6)

partisipasi buah pikiran, pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.

Menurut Holil (dalam Isbandi, 2007) mengemukakan adanya beberapa bentuk partisipasi, antara lain : 1. Partisipasi dalam bentuk tenaga adalah partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha- usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. 2.

Partisipasi dalam bentuk uang adalah bentuk partisipasi masyarakat yang diberikan untuk memperlancar usaha- usaha bagi pencapaian suatu program pembangunan. Partisipasi ini dapat berupa sumbangan berupa uang tetapi tidak dipaksakan yang diberikan oleh sebagian atau seluruh masyarakat untuk suatu kegiatan atau program pembangunan. 3. Partisipasi dalam bentuk harta benda adalah partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

Bentuk-bentuk partisipasi ini dalam kegiatan pelaksanaanya tentunya memerlukan prasyarat, salah satunya adalah unsur kesukarelaan dalam melakukan peran serta tersebut, karena dalam melakukan peran serta atau partisipasi bererti melakukan kerterlibatan terhadap suatu masalah yang memerlukan peran serta atau partisipasi menggambarkan keterlibatan personal dalam bentuk: (1) proses pengambilan keputusan; (2) menentukan kebutuhan yang diinginkan; (3) menunjukan dan mewujudkan prioritas yang ingin dicapai (Sastropoetro, 1998).

Dalam hal partisipasi masyarakat di dalam pembangunan desa, Ndraha juga mengemukakan tentang bentuk-bentuk partisipasi yaitu sebagai berikut: (1) Partisipasi dalam bentuk swadaya murni dari masyarakat dalam hubungan dengan pemerintah desa, seperti jasa/tenaga, barang maupun uang; (2) Partisipasi dalam penerimaan/pemberian

informasi; (3) Partisipasi dalam bentuk pemberian gagasan; (4) Partisipasi dalam bentuk menilai pembangunan; (5) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan operasional pembangunan.

Konsep Pembangunan

Menurut Suroto (1983), pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Guna penetapan tujuan dan sasaran pembangunan pada tiap tahap, untuk alokasi sumber-sumber serta untuk mengatasi rintangan keterbatasan dan pertentangan ini dan untuk melakukan koordinasi kegiatan, diperlukan kebijaksanaan yang memuat program dan cara-cara yang relevan dan efektif yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembangunan.

Dengan kata lain, kebijaksanaan berisi tujuan keseluruhan dan tujuan tiap program yang hendak dicapai pada tiap tahap pembangunan, cara yang perlukan dilakukan untuk mengatasi semua atau berbagai keterbatasan, rintangan- rintangan dan pertentangan yang ada atau di perkirakan akan terjadi, cara mengalokasikan sumber-sumber pembangunan yang optimal, serta cara melakukan koordinasi semua kegiatan yang efektif.

Randy dan Nugroho (2006) memberikan definisi pembangunan secara sederhana, yaitu pembangunan secara sederhana diartikan sebagai suatu perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami. Dalam menyelenggarakan tindakan pembangunan, pemerintah memerlukan dana untuk membiayai kegiatanya. Dana tersebut dihimpun dari warga Negara dalam bentuk: pajak, pungutan, serta yang di peroleh secara internal dari pendapatan bukan pajak dan laba perusahaan publik. Kesejahteraan manusia merupakan fokus dari tujuan pembangunan, motivasi pelaku pembangunan, dan perioritas

(7)

pembiayaan pembangunan. Michael P Todaro (2000) menyatakan bahwa pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Todaro mendefinisikan pembangunan merupakan suatu proses multidimensial yang meliputi perubahan-perubahan struktur sosial, sikap masyarakat, lembaga -lembaga nasional, sekaligus peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan.

Menurut Todaro (2000) definisi di atas memberikan beberapa implikasi bahwa: 1. Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi juga pemerataan. 2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan, seperti peningkatan: a.

Life sustenance: Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. b. Self- Esteem: Kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yangmemiliki harga diri, dan bernilai. c. Freedom From Survitude: Kemampuan untuk melakukan berbagai pilihan dalam hidup, yang tentunya tidak merugikan orang lain.

Konsep Desa

Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Posisi pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat adalah

pemerintahan desa, maka dalam pengembangan peran serta masyarakat, pemerintah desa selaku Pembina, pengayom dan pemberian pelayanan kepada masyarakat sangat berperan dalam menunjang mudahnya masyarakat digerakkan untuk berpartisipasi ( Widjaja, 2001)

Adapun menurut Syarif dalam Purwoko (2004) secara umum tujuan dari otonomi dan desentralisasi yang dimaksud adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, mengembangkan kreativitas daerah, menciptakan pemerataan pembangunan, memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dan mewujudkan demokrasi ditingkat lokal terutama pada tingkat pemerintahan desa.

Pengertian desa secara umum menurut Daldjoeni (2003) adalah pemukiman manusia yang letaknya diluar kota dan penduduknya berjiwa agraris, sedangkan desa dalam artian

administaratif menurut

Kartohadikusumo dalam Daldjoeni (2003) yaitu desa dijelaskan sebagai suatu kesatuan hukum yang mana tempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal- usul desa dan kondisi sisial budaya masyarakat setempat, dan pembentukan desa sebagai mana yang dimaksud harus memenuhi syarat:1. Jumlah penduduk2.

Luas wilayah 3. Bagian wilayah kerja 4 Perangkat Sarana dan prasarana pemerintahanSebagai wujud demokrasi.

Dalam penyelenggaraan pemerintah desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain sesuai dengan budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam penyelengaraan pemerintahan desa,

(8)

seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa. Di desa di bentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja

Pemerintah Desa dalam

memberdayakan masyarakat desa.

Konsep Pembagunan Desa

Pembangunan desa dipahami sebagai suatu proses dimensi yang melibatkan seluruh dalam proses sosial dan masyarakat desa kearah yang lebih baik. Dengan imbalan kewajiban yang serasi, serta antara pemerintah dengan masyarakat, dimana pemerintah wajib membrikan partisipasinya dalam setipa pembangunan.

Pembangunan adalah suatu perubahan yang mengikat baik ekonomi mapun soial. Perubahan ekonomi dan sosial itu dapat dicapai dengan cara-cara yang berbeda-beda tergantung dari tujuan pembangunan itu sendiri. Tujuan pembangunan menurut Konarjo (2002) mencakup hal-hal pokok seperti: (a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (b) meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat, (c) meningkatkan kesempatan kerja, (d)

meningkatkan pemerataan

pembangunan antar daerah menyadari arti pentingnya pelaksanaan pembangunan desa maka perlu dilaksanakan secara sunguh-sungguh sebab pembangunan desa sebagai suatu modal pembangunan dari bawah (button up), merupakan suatu strategi pembangunan bagi peningkatan kehidupan ekonomi dan sosial (Prayitno dan Santoso, 2001).

Sumitro dalam barata (2002) menjelaskan bahwa pembangunan desa sebagai rangkain kerja usaha yang bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang mencakup berbagai aspek dan

menggunakan pendekatan

kemasyarakatan, partisipasi masyarakat dalam pengorganisasian serta pelaksanaanya diorientasikan sepenuhnya kepada inisiatif dan kreasi masyarakat. Lebih lanjut dikatakan bahwa pembangunan pada suatu daerah terdiri atas pembangunan fisik dan pembangunan non fisik.

Di dalam pembangunan suatu wilayah bukan hanya melakukan fisik tetapi juga harus bergerak dibidang pembangunan non fisik atau soaial (Bachtiar effendi (2002). Oleh karena itu, pembangunan hendaknya harus adanya keseimbangan antara pembangunan fisik dan non fisik. Yang menjadi bagian pembangunan non fisiknya atau sosial yaitu : pembangunan manusia, ekonomi, kesehatan dan pendidikan.

Mekanisme pembangunan desa merupakan perpaduan yang serasi antara kegiatan pembangunan disuatu pihak dan kegiatan partisipasi dilain pihak.

Pembanguna desa dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, sedangkan pemberi bimbingan, pengarah bantuan- bantuan, dan pembinaan serta pengawasan yang terarah, terkoordinasi agar dapat diinginkan kemampuan masyarakat dalam usaha meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan (Surjadi, 2004).

Pembangunan upaya peningkatan kemampuan manusia, maka untuk mencapai tujuan tersebut, Tjokoromidjojo (2002) menekankan pada 5 (lima) implikasi utama pembangunan yaitu : 1.Pembangunan berarti mengembangkaan kemampuan optimal manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.

2.Pembangunan berarti mendorong timbulnya kebersamaan dan pemerataan nilai dan kesejahteraan. 3. Pembangunan berarti menambah kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang

(9)

ada padanya, kepercayaan itu dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan kekuasaan untuk memutuskan.1.

Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri.2.Pembangunan berarti mengurangi ketrgantrungan Negara yang satu dengan Negara lain dan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan dan menghormati.

3.Pembangunan masyarakat merupakan suatu proses yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan masyarakat dengan jalan memajukan keadaan sosial ekonomi masyarakat itu sendiri. Dalam prosesnya masyarakat desa/kelurahan ikut serta dan berusaha aktif dalam pelaksanaan pembangunan tersebut. Tingkat kesejahteraan dan penghidupan masyarakat dapat diliaht dari segi pendapatan, konsumsi, tabungan dan perumahan (Tjokromidjojo, 2002).

Tampo bulon (2006)

mengenukakan bahwa perinsip kerja dari pembangunan melalui partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut adalah : (1) program kerja disampaikan secara terbuka kepada masyarakat dengan melakukan komonikasi partisipatif agar mendapat dukungan masyarakat, (2) program kerja dilaksanakan melalui kerja sama dan kerjasama antar kelompok antara masyarakat, pejabat desa dan segenap warga dalam rangka memperkecil hambatan dalam program, (3) program kerja tidak mengarah pada golongan tertentu dimasyarakat atau kelompok agar tidak menimbulkan perpecahan, (4) selama program berjalan, koordinasi dilakukan secara vertikal dan horizontal, (5) tidak perlu bersikap superior atau

“mersa paling tahu” dalam setiap kesempatan pelaksanaan dan kesempatan kerja, (6) tidak perlu memberikan janji kepada siapapun

tetapi kesungguhan kerja dalam konteks program kerja yang sudah di tentukan.

S.P Siagian (2000), mengemukakan bahwa pembangunan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara atau bangsa menuju modernitas dalam rangka pembangunan bangsa.

Usman (2006) mengemukakan bahwa pembangunan perdesaan dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan keseluruh wilayah, perluasan kesempatan kerja pembangunan pemukiman perdesaan yang sehat serta berwawasan lingkungan.

Pembangunan merupakan proses peningkatan pertumbuhan seimbang pada segala aspek kehidupan, baik aspek sosial, aspek ekonomi, aspek politik, aspek budaya, aspek pemerintah, aspek pertahanan keamanan maupun aspek ideologi. Proses tersebut dalam rangka pencapaian hakekat dan tujuan pembangunan nasional yaitu menciptakaan masyarakat adil dan makmur serta sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

(Mansour: 2002) menyatakan bahwa pembangunan dapat diinterprestasikan dalam dua kategori berdasarkan pengertian yaitu : 1) Pembangunan sebagai fenomenal sosial yang mencerminkan kemajuan peradaban manusia. 2) Pembangunan dapat diartikan sebagai perubahan sosial yang terencana.

Menurut Usman (2003) bahwa pembangunan daerah seharusnya diupayakan menjadi prioritas penting dalam pembangunan negara saat ini.

Upaya demikian sekurang-kurangnya perlu memperhatikan 3 (hal) hal penting yaitu (1) bentuk kontribusi riil dari daerah yang diharapkan oleh pemerintah pusat dalam proses pembangunan dasar;

(2) aspirasi masyarakat daerah sendiri teruttama yang terefleksi pada prioritas

(10)

program-program pembangunan daerah;

(3) keterkaitan antar daerah dalam menata perekonomian dan politik.

Bentuk kontribusi riil dari daerah bagi kepentingan pembangunan pada skala mikro bisa berbeda-beda karena masimg-masing daerah menyimpan kekuatan tersendiri yang berbeda pula.

Secara ekonomis misalnya ada daerah yang dapat menjadi lumbung pangan ada pula daerah yang potensi menjadi tujuan wisata yang mampu memberikan stimulan kenaikan devisa dan sekaligus sebagai andalan pendapatan negara.

Siagian (2003:4) mendefinisikan pembangunan sebagai pembangunan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu Negara bangsa menuju moderenisasi dalam rangka pembinaan bangsa.

Kerangka Pikir

Partisipasi masyarakat pada hakekatnya diartikan sebagai keterlibatan masyarakat secara akatif dalam setiap tahapan pembangunan mulai dari tahap perencanaan hingga pada tahap pelaksanaanya. Berbagai bentuk partisipasi masyarakat yang dapat dilihat dalam bentuk swadaya masyarakat adalah partisipasi secara fisik seperti tenaga dan dana maupun

non-fisik dalam bentuk pikiran/saran atau tanggapan bagi kepentingan pembangunan.

Sedangkan pembangunan desa merupakan suatu proses dimana organisasi atau masyarakat mulai mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan hidup dimana di dalam prosesnya masyarakat desa berpartisipasi secara aktif. Proses pelaksanaan partisipasi masyarakat tersebut sebagai dapat berlangsung optimal apabila didukung berbagai hal seperti kesiapan waktu, tenaga dan dana serta kemauan wawawasan dari masyarakat dalam rangka penyumbangan ide bagi kepentingan pembangunan. Sebaliknya apabila masyarakat tidak memiliki kesempatan secara personal karena sibuk oleh kegiatan individu, tenaga dan dana karena kemampuan finansial yang tidak memadai/kategori pendidikan miskin serta pendidikan dan pengetahuan yang rendah, maka optimalisasi bentuk partisipasi masyarakat tidak akan tercapai.

Adapun bagan kerengka pikir mengenai partisipasi masyrakat dalam pembangunan Desa Lerepako dapat di gambarkan sebagai berikut:

bar 1.1

METODE PENELITIAN

Desa Lerepako

Partisipasi Masyarakat

Pembangunan Desa

Tingkat Partisipasi

(11)

Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Desa Lerepako Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan. Pemilihan lokasi ini didasarkan beberapa pertimbangan pengetahuan dasar adanya fenomena dan masalah yang layak diteliti, dimana dalam pengamatan sementara adanya indikasi tentang kurangnya partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan di Desa Lerepako.

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan yang di gunakan adalah studi kasus.

Menurut Sugiyono (2012) metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri atau lebih (independen) tanpa membuat pertandingan atau menggabungkan antara variabel satu dengan yang lain.

Bentuk deskriptif adalah bentuk penelitian yang memusatkan pada masalah-malasah atau fenomena- fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat (Nawawi,1990).

Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini teknik

pengumpulan data yang

digunakanadalah sebagai berikut :a.

Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode ini dipakai untuk informan yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian. b.

Kuesioner/angket yaitu penyebaran angket yang berisi daftar pertanyaan yang mengarah pada permasalahan dalam penelitian. c. Pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian. c.

Studi kepustakaan (library study) yang dilakukan dengan mengkaji berbagai dokumen, buku, literature, tulisan ilmiah, jurnal-jurnal ilmiah, yang ada hubunganya dengan penelitian ini Fokus Penelitian dan Deskripsi Penelitian

Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus dalam penlitian ini adalah menitikberatkan kepada partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

Deskripsi Penelitian

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada hakekatnya diartikan sebagai keterlibatan masyarakat secara akatif dalam setiap tahapan pembangunan mulai dari tahap perencanaan hingga pada tahap pelaksanaanya. Yang di maksud partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa adalah sebagai berikut : a. Partisipasi buah pikiran, yang di berikan partisipan dalam pertemuan atau rapat. b. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan prasarana c. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan, pertolongan bagi orang lain yang biasanya berupa uang, makanan dan sebagainya. d. Partisipasi keterampilan dan kemahiran, yang

(12)

diberikan orang untuk mendorong berbagai bentuk usaha.

Informan

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya.

Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi (Suyanto, 2005). Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Informan adalah seorang yang benar- benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan/permasalahan. Informan penelitian (Suyanto, 2005) meliputi beberapa macam, yaitu: 1) informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, 2) informan utama merupakan mereka yang terlibat

langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, dan 3) informan tambahan

merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan informan secara sengaja dan informan yang digunakan adalah mereka yang benar- benar paham dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam mengenai permasalahan yang akan diteliti (Sutopo). Maka peneliti dalam hal ini menggunakan informan penelitian yang terdiri dari:a. Informan kunci berjumlah 2 orang : Kepala Desa, dan KAUR Pembangunanb. Informan Utama berjumlah 26 orang : Masyarakat Desa Lerepakoc.Informan Tambahan berjumlah 2 orang : BPD dan Tokoh Masyarakat.

Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini kisi-kisi instrumen penelitian mengacu pada konsep yang di kemukakan Huraerah (2008 ) adalah sebagai berikut :

Tabel Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Nomor Jumlah Item Partisipasi

masyarakat dalam

pembangunan desa

a. Partisipasi buah pikiran

- Memberikan usulan atau ide dalam

pembangunan desa

1,2,3 3

b. Partisipasi tenaga

- yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau

pembangunan prasarana

4,5,6,7,8 5

(13)

c. Partisipasi harta benda

- yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau

pembangunan, pertolongan bagi orang lain yang biasanya berupa uang, makanan dan sebagainya

9,10,11 3

d. Partisipasi keterampilan dan

kemahiran

- yang diberikan orang untuk mendorong berbagai bentuk usaha.

12,13,14 3

Jumlah 14

Instrumen partisipasi masyrakat dalam pembangunan ini disusun dalam bentuk pertanyaan yang mempunyai empat alternatif pilihan, yaitu untuk Selalu (Sl) diberi skor 4, Sering (SR) diberi skor 3 , Jarang Sekali (JS) diberi skor 2 dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 1.

Data dan Sumber Data

Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh secara langsung dari lapangan melalui pembagian angket dengan informan yang berkaitan dengan masalah penelitian dan juga melalui observasiatau pengamatan langsung terhadap objek penelitian.Data sekunder.Data sekunder adalah data yang diperoleh baik dalam bentuk angka atau uraian. Dalam hal ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain:

literature yang relevan dengan judul penelitian misalnya materi-materi atau dokumen dari kantor Desa Lerepako serta karya tulis yang relevan dengan Penelitian.

Teknik Analisis Data

Sebelum data hasil penelitian dianalisis, terlebih dahulu data diolah dengan teknik tabulasi dan editing untuk mempermudah analisis data.

Selanjutnya data yang diperoleh dilapangan dijabarkan secara deskriptif sehingga teknik analisis data yang yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif. Oleh karena itu pengolahan data dilakukan dengan cara menggolongkan data berdasarkan sifat atau jenisnya, selain itu proses pengelolaan dapat juga dilakukan dengan scoring dan tabulasi. Untuk melakukan perhitungan persentase pilihan-pilihan yang disampaikan oleh responden penelitian ditentukan dengan formulasi rumus sebagai berikut:

P = 𝐹

𝑁× 100% (Ema, 2000) Keterangan :

P = Kategori ( Skor )

F = Frekuensi ( Jumlah responden yang memilih alternatif yang sama )

N = Jumlah responden keseluruhan 100

= Persentase (%)Untuk meghitung rata- rata skor tiap indikator digunakan rumus sebagai berikut :

𝑋̅ =𝑎1𝑓+𝑎2𝑓+𝑎3𝑓+⋯+𝑎𝑛𝑓

𝑛 (Soemantri

2006) Keterangan : 𝑋̅= Rata-rata 𝑎𝑛= Kategori f = Frekuensi

n = Jumlah

(14)

Dan untuk menafsirkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Desa Lerepako Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan ditinjau dari tingkat kategorinya setiap indikator variabel digunakan kriteria yang dibagi

menjadi 4 bagian yaitu : Tidak baik, Kurang baik, Cukup baik, dan Baik.

Dan pengkategorian disesuaikan untuk kepentingan penelitian dengan indikator menggunakan skala sikap. (Hamzah dalam Suparji 2012).

Tabel 2.2 Tingkat kategori setiap indikator variabel

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan sajian data dari hasil angket diperoleh rata-rata tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Lerepako

Kecamatan Laeya Kabupataen Konawe Selatan :

Rata-Rata Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Desa Lerepako Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan

No. Rata-Rata Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Desa Lerepako Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan.

Rata-Rata Tiap Indikator

Kategori

1 Partisipasi Pikiran 3,48 Cukup Baik

2 Partisipasi Tenaga 3,60 Baik

3 Partisipasi Harta Benda 3,45 Cukup Baik

4 Partisipasi keahlian 2,94 Kurang Baik

Rata-Rata Total 3,37 Cukup Baik

Sumber : Diolah dari angket (2017) Berdasarkan tabel diatas diperoleh rata-rata partisipasi masyarakat dalam pembangunan Di Desa Lerepako Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan sebesar 3,37 dengan kategori cukup baik.Penelitian ini mengkaji tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Lerepako Kecamatan Laeya kabupaten Konawe Selatan terkait dengan partisipasi pikiran, partisipasi tenaga, partisipasi harta benda, dan partisipasi keahlian.Partisipasi masyarakat dalam memberikan ide atau saran berada pada kategori cukup baik hal ini terlihat rata-

rata skor 3,48 hal ini memperlihatkan bahwa masyarakat yang ada di Desa Lerepeko memiliki partisipasi yang baik khususnya pemberian ide atau pikiran, diamana antusias memberikan inspirasinya terhadap pembangunan yang ada di Desa Lerepako untuk kebutuhan yang di inginkan oleh seluruh masyarakat. Pemikiran atau aspirasi tersebut dapat disampaikan langsung kepada kepala desa maupun melalui kepala dusun yang ada di Desa Lerepako agar kemudian ditindaklanjuti bersama demi mewujudkan Desa Lerepako menjadi lebih baik lagi.

No Skala Interval Kategori Sikap

1 1,00-1,99 Tidak Baik

2 2,00-2,99 Kurang baik

3 3,00-3,49 Cukup baik

4 3,50-4,00 Sangat baik

(15)

Tingginya antusias masyarakat memberikan saran juga terlihat sikap masyarakat yang memberikan tanggapan terhadap rencana pembangunan Desa Lerepako maupun dalam perumusan dan pelaksanaan perencanaan pembangunan Desa Lerepako yang sedang maupun yang telah berlangsung.

Partisipasi masyarakat dalam memberikan bantuan tenaga berada pada kategori sangat baik hal ini terlihat rata- rata skor 3,60 hal ini memperlihatkan bahwa masyarakat yang ada di Desa Lerepeko memiliki partisipasi yang baik khususnya pemberian bantuan tenaga, diamana antusias memberikan tenaga terhadap pembangunan yang ada di Desa Lerepako untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa Lerepako sangat berorientasi pada keaktivan masyarakat untuk bergotong royong. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa kepedulian masyarakat terhadap seluruh aktivitas pembangunan Desa Lerepako sangat baik karena masyarakat memahami bahwa pembangunan tersebut adalah untuk kepentingan bersama.

Partisipasi masyarakat dalam memberikan bantuan harta benda berada pada kategori cukup baik hal ini terlihat rata-rata skor 3,45 hal ini memperlihatkan bahwa masyarakat yang ada di Desa Lerepeko memeiliki partisipasi yang baik khususnya pemberian bantuan harta benda, diamana antusias memberikan peralatan atau yang lainya terhadap pembangunan yang ada di Desa Lerepako untuk melancarkan atau mengsukseskan kegiatan pembangunan. Sumbangan masyarakat dalam bentuk bahan material atau perelatan biasanya di lakukan secara langsung di peruntukan pembangunan yang bersifat fisik seperti perbaikan masjid, drenase, dan sarana prasarana umum lainya. Partisipasi harta

benda yang di maksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang dalam bentuk barang atau perealatan yang di miliki warga desa yang secara sukarela di sumbangkan secara langsung dalam kegiatan pembangunan Desa Lerepako yang bersifat fisik.

Sedangkan Partisipasi masyarakat dalam memberikan keahlianberada pada kategori kurang baik hal ini terlihat rata- rata skor 2,94 hal ini memperlihatkan bahwa masyarakat yang ada di Desa Lerepeko memiliki partisipasi yang kurang khususnya pemberian bantuan keahlian. Partisipasi masyarakat dalam keahlian sangat minim di karenakan masyarakat tidak memiliki keahlian yang dapat menunjang pembangunan yang ada di Desa Lerepako kecuali sebagian masyarakat yang bekerja sebagai tukang baik itu tukang batu maupun tukang kayu, dimana pada umumnya masyarakat di Desa Lerepako sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa secara umum berada pada kategori cukup baik dengan rata- rata 3,37. Hal ini memperlihatkan bahwa partisipasi sebagian besar masyarakat memberikan pemahaman pentingnya pembanguaun di Desa dan memberikan dukungan demi tercapainya kesejahteraan masyarakat secara umum dan terlebih kususnya masyarakat yang berada di Desa Lerepako.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Lerepako Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan dapat di simpulkan sebgai berikut : 1. Partisipasi yang telah diberikan masyarakat dalam pembangunan di Desa Lerepako Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan khususnya partisipasi dalam

(16)

memberikan ide, tenaga dan harta benda telah berjalan dengan sangat baik.2.Dalam rangka pelaksanaan dalam pembangunan di Desa Lerepako Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan secara umum cukup baik, dimana setiap pembangunan yang di lakukan pemerintah Desa Lerepako selalu diberitahukan dan disosialisasikan kepada masyarakat terlebih dahulu, selain itu pembangunan-pembangunan yang di selenggarakan oleh pemerintah Desa Lerepako juga sangat melibatkan masyarakatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abe, Alexander. 2005. Perencanaan Daerah Pertisipatif. Yogyakarta : Pembaharuan.

Adisasmita, R., 2006. Pembangunan Perdesaan Dan Perkotaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Ali, Farid. 1997. Metodologi Penelitian Sosial Dalam Bidang Ilmu Administrasidan Pemerintahan.

Jakarta: Rajawali Pers.

Arianto. 2015. “Partisipasi Masyarakat dalamPerencanaan

Pembangunan”. Skripsi. FISIP, Ilmu Administrasi, Universitas Halu Oleo Kendari.

Arif, S., 2006. Reformasi Birokrasi Dan Demokrasi Kebijakan. Averrees Press. Malang.

Aristo, D. A. 2004. Rejuvinasi Peran Perencana Dalam Menghadapi EraPerencanaan Partisipatif

“Sebuah Tahapan Awal dalam Pembentukan Kultur Masyarakat Partisipatif”.

Disampaikan Dalam: Seminar Tahunan ASPI(Asosiasi Sekolah Perencana Indonesia)

Universitas Brawijaya, Malang Juli 2004. Teknik Planologi ITB.

Asngari, D.S., 2001. Peran Agen Pembaharuan/Penyuluh

Pemberdayaan (Empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola Agribisnis. Orasi Ilmiah Guru Besartetap Ilmu Sosial Ekonomi.

Fakultas Peternakan. Institu Pertanian Bogor.

Conyers, Diana. 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Terjemahan:

Susetiawan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Daldjoeni, N. 2003. Geografi Kota dan Desa.Bandung: PT. Alumni.

Effendi, Bachtiar. 2002. Pembangunan Daerah Otonom Berkeadilan.

UHAINDO Media & Offest.

Ema dan Mukhtar Widodo. 2000.

Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Ayyrrouz. Yogyakarta:

FE UI.

Hurairah, Abu. 2008. Pengorganisasian

& Pengembangan Masyarakat : Model & Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Bandung:

Humaniora.

Isbandi, Rukminto Adi. 2007.

Perencanaan Partisipatoris Berbasis AssetKomunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan.

Depok: FISIP UI Press.

Iswanto. 2013. “Partisipasi Masyarakat dalam Menunjang Pelaksanaan Program Pembangunan”. Skripsi.

FISIP, Ilmu Administrasi, Universitas Halu Oleo Kendari.

(17)

Kunarjo. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan. Jakarta: UI Press.

Mansour, Fatih., 2002.”Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi”. Cetakan Pratama.

Pustaka Pelajar-Yogyakarta.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:

RemajaRosdakarya

Nasution, Arifin. 2008. Perencanaan Pembangunan Daerah. Medan:

FISIP USU Press.

Nawawi, Hadari. 1990. Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Ndraha, Taliziduhu. Partisipasi Dalam Pembangunan. Jakarta, LP3ES, 1990.

Parwoto. 1997, Pembangunan Partisipatif, makalah pada Lokakarya Penerapan Strategy Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Perumahan dan Permukiman, 15-16 Juli 1997, BKP4N, jakarta.

Pasaribu,I.L., Dan Simanjuntak, B., 1992, Sosiologi Pembangunan, Tarsito, Bandung.

Randy & Nugroho. 2006. Managemen Pembangunan Indonesia, Jakarta:

PT. Gramedia.

Riyadi & Bratakusumah. 2004 Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sastrapoetro, S., 1988. Partisipasi, Komonikasi, Persuasi Dan

Disiplin Dalam Pembangunan.

Alumni Bandung, Bandung.

Schall, Nocolaus., 2000. Rencana Kerja Sebagai Suatu Dialog. Gramedia.

Jakarta.

Siagian, S. P., 2000. Administrasi Pembangunan. Bina Aks, Jakarta.

Slamet, M., 2003. Membentuk Pola Prilaku Manusia Pembangunan.

IPB Press. Bogor.

Soemantri, Ating dan Muhidin, Sambas Ali. 2006. Aplikasi Statistik Dalam Penelitian. Bandung : Rosdakarya.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Penerbit CV. Alfabeta:

Bandung.

Suparji. 2012. Korelasi Antara Implementasi Moving Class Dengan Motivasi Belajar Siswa.

Ft Universitas Negeri Surabaya.

Suroto. 1983. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Tenaga Kerja, Yogyakarta: Gajamadah University.

Suryadi. 2004. Pengantar Antropologi Kesehatan, : Unnes Press, Semarang.

Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori DanTerapannya Dalam Penelitian. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai AlternatifPendekatan. Jakarta:

Prenada Media.

(18)

Tampo, Bulan, M., 2006. Pendidikan Pola Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Sesuai Tuntutan Ekonomi Daerah.

Fakultas Ilmu Pendidikan.

Universitas Negeri Medan.

Sumatra Utara.

Todaro, Michael, P: 2000, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta.

Usman, A., 2006. Skripsi Pelaksanaan Administrasi Pemerintah Desa.

Universitas Haluoleo Kendari.

Widya Rosa Sihite. 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa(Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat (Gerbang Swara) Di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai).

Skripsi. FISIP, Universitas Sumatera Utara.

Widjaja, HAW. 2001. Otonomi Desa merupakan Otonomi Asli Bulat Dan Utuh.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.

114 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa.

Undang-undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Referensi

Dokumen terkait

Jika saya diterima menjadi asisten praktikum Labotorium Mekatronika Alat dan Mesin Agroindustri, saya akan melaksanakan tugas sebagai asisten dengan sebaik-baiknya dan penuh dengan

ABSTRACT dvances in perinatal and neonatal care have significantly reduced neonatal mortality rates and have benefited preterm infants admitted to neonatal intensive care units