Kelas : XII TKR & XII TSM
Hari/Tanggal : Selasa / 10 Januari 2023 Jam : 1-2
Waktu : 90 Menit
PBM SEMESTER GENAP
Bahasa Indonesia
Teks Cerita Sejarah
Peta konsep
TEKS CERITA SEJARAH
DEFINISI TEKS CERITA SEJARAH
CIRI TEKS CERITA SEJARAH
STRUKTU R TEKS CERITA SEJARAH
CIRI KEBAHA
SAAN
KAIDAH KEBAHA
SAAN
JENIS TEKS CERITA SEJARAH
CONTOH
TEKS
CERITA
SEJARAH
Definisi Teks Cerita Sejarah
Teks cerita sejarah adalah
sebuah teks yang menceritakan atau
menginformasikan kepada pembaca
mengenai sebuah aksi, peristiwa, atau
kejadian sejarah dalam sebuah urutan
kronologis.
CIRI – CIRI TEKS SEJARAH
1. Disajikan secara kronologis atau urutan peristiwa atau urutan kejadian.
2. Bentuk teks cerita ulang (recount).
3. Struktur teksnya : orientasi,urutan peristiwa,reorientasi.
4. Sering menggunakan konjungsi temporal.
5. Isi berupa fakta.
Struktur Teks Cerita Sejarah
Struktur
merupakan bagian pengenalan atau pembuka dari teks
cerita sejarah.
merupakan rekaman peristiwa sejarah yang terjadi, yang biasanya disampaikan dalam urutan kronologis.
berisi komentar pribadi penulis tentang peristiwa atau kejadian sejarah yang diceritakan. Bagian ini
merupakan tahapan yang bersifat pilihan, artinya boleh saja bagian ini tidak disajikan oleh penulis teks cerita sejarah.
Orienta si
Urutan Pristiwa
Reorient
asi
Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah 1. Konjungsi temporal
Konjungsi temporal adalah kata hubung yang menghubungkan dua kejadian atau peristiwa,konjungsi temporal dibagi kedalam beberapa jenis diantaranya adalah:
Konjungsi temporal yang menghubungkan dua hal sederajat misalnya apabila, bilamana, demi, hingga ketika,sejak,selama,semenjak sementara,tatkala,waktu,setelah,sesudah dan sebagainya.
Konjungsi temporal yang menghubungkan dua buah kalimat yang sederajat, yang termasuk kedalam konjungsi temporal ini diantaranya adalah setelahnya dan
sesudahnya.
2. Nomina/kata benda
Untuk nomina dibagi menjadi 3 kelompok yaitu sebagai berikut:
a) Nomina modifikatif misalnya dua botol,ruang makan dan lain sebagainya.
b) Nomina kordinatif (kata benda saling menerangkan), misalnya sandang pangan,lahir batin,hak dan kewajiban,sarana dan prasarana,adil dan makmur dan lain sebagainya.
c) Nomina apositif, sebagai keterangan yang diselipkan atau ditambahkan,misalnya pergi berlibur ke garut, teman sekamarku,Aulia dan lain sebagainya.
3. Verba
Ini sama halnya dengan kelompok nomina di bagi menjadi beberapa kelompok yaitu verma modifikatif, verba kordinatif dan verba apositif.
4. Nominalisasi
adalah proses pembentukan nomina atau kata benda dari kelas yang lain dengan
menggunakan istilah tertentu, biasanya sering digunakan pada bahasa yang digunakan untuk menjelaskan isi dari penceritaan ulang. Dalam pembetukan nomina biasanya selalu melibatkan pemberian imbuhan antara lain:
Sufiks atau akhiran, seperti misalnya akhiran an, at, si, isme, is or dan tas, sebagai contoh misalnya aku sangat menyukai manisan yang dibuat istriku, atau Dia adalah seorang
komikus terkenal di dunia dan lain sebagainya.
Prefiks atau awalan, misalnya seperti pe, se, ke, seperti misalnya saya sekantor dengan dia, atau pedagang itu sangat jujur
Konfiks atau gabungan awalan dan akhiran, seperti misalnya ke-an, pe-an dan per-an, misalnya kalimat yang mengandung kata seperti pengaturan, pertunjukan atau
kekayaan dan lain sebagainya.
Infiks atau sisipan, seperti misalnya el dan er,seperti misalnya kalimat yang mengandung
kata seperti gelembung, seruling, telunjuk dan lain sebagainya.
Kaidah teks cerita sejarah
Kaidah teks cerita sejarah
Kaidah atau aturan teks dalam cerita sejarah biasanya selalu melibatkan kata kerja (verba) material, pronomina atau kata ganti, kata-kata yang menunjukan kejadian atau peristiwa, adanya dan konjungsi (kata penghubung) temporal.
Untuk lebih jelasnya bisa lihat dibawah ini.
Pronomina (kata ganti), merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung.
Frasa adverbial, meupakan kata yang menunjukan kejadian atau peristiwa, waktu, dan tempat.
Verba material, merupakan kata yang berfungsi untuk menunjukan aktivitas atau perbuatan nyata yang dilakukan oleh partisipan. Kata kerja material
menunjukan perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya membaca, menulis, dan menyapu.
Konjungsi Temporal (kata sambung waktu), berguna untuk menata urutan-
urutan peristiwa yang diceritakan, teks cerita sejarah banya memanfaatkan
konjungsi (kata penghubung) temporal.
Jenis – Jenis Teks Cerita Sejarah
Jenis Isi teks cerita sejarah
Secara umum teks cerita sejarah dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Cerita sejarah fiksi yaitu cerita sejarah yang tidak nyata. Jalan cerita pada teks sejarah fiksi disusun berdasarkan kisah dari dunia nyata dan disajian berdasarkan sudut pandang pribadi pengarangnya. Karakter tokoh yang terdapat pada cerita tidak digambakan sepenuhnya. Jenis-jenis cerita sejarah fiksi adalah:
Novel Cerpen Legenda
2. Cerita sejarah non fiksi yaitu cerita sejarah yang benar-benar pernah terjadi atau nyata. Jenis-jenis cerita sejarah non fiksi adalah:
Biograf
Autobiograf
Cerita perjalanan
Catatan sejarah.
Gempa Bumi Sumatera Barat 30 September 2009
Orientasi
BMKG 30/9/15, Hari ini 6 (enam) tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 30 September 2009 pukul 17:16:09 WIB seluruh wilayah Sumatera Barat merasakan guncangan gempabumi yang sangat kuat, guncangan yang disebabkan
oleh gempabumi tersebut juga dirasakan di kota-kota Sumatera lainnya, bahkan guncangan tersebut terasa sampai ke Singapura, Malaysia, Thailand dan juga di Jakarta dengan intensitas III MMI. Gempabumi dengan kekuatan 7.9 SR dengan kedalaman 71 km dan pusat gempa pada 0.84 LS
– 99.65 BT ini kurang lebih sekitar 57 Km Barat Daya Pariaman, Sumatera Barat, gempa ini telah memporak-
porandakan hampir seluruh wilayah Sumatera Barat khususnya wilayah pantai Barat Sumbar.
Urutan Peristiwa
Melihat hasil peta guncangan (shakemap) yang diakibatkan oleh gempabumi tanggal 30 September 2009, maka intensitas guncangan gempa yang sangat kuat terjadi di
Pariaman, Agam, Padang dengan intensitas VIII MMI, berdasarkan skala Modified Mercalli Intensity merupakan
skala ukuran kerusakan akibat gempabumi berdasarkan pengamatan efek gempabumi terhadap manusia, struktur
bangunan, lingkungan pada suatu tempat tertentu maka intensitas pada skala VIII MMI ini dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan yang tidak kuat , kerusakan ringan pada bangunan-bangunan dengan konstruksi yang kuat, retak-retak pada bangunan yang kuat, dinding dapat
terlepas dari kerangka rumah, sedangkan kota-kota di
Sumatera Barat lainnya dengan intensitas VI-VII MMI antara lain di Bukit Tinggi, Padang Panjang,Pasaman, Pasaman
Barat, Batu Sangkar, Solok, Solok selatan, dan Pesisir Selatan.
Gempa bumi tersebut telah menyebabkan sedikitnya 1100 orang meninggal, 2180 orang luka-luka dan 2650
bangunan rumah rusak berat/ringan termasuk gedung- gedung kantor, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, pasar,
jalan, jembatan dengan kerusakan paling parah sepanjang pantai Barat Sumatera Barat juga telah menyebabkan jaringan listrik dan komunikasi terputus, sebagian besar korban disebabkan karena tertimpa reruntuhan bangunan
dikarenakan kontruksi bangunan yang tidak aman,akibat gempa juga terjadi eksodus besar-besaran warga yang tinggal disekitar pantai ke tempat lain karena adanya isu akan datangnya gelombang tsunami.Wilayah barat pulau Sumatera merupakan salah satu kawasan yang terletak
pada pinggiran lempeng aktif dunia hal ini dapat dilihat pada tingginya kejadian gempabumi diwilayah ini karena
wilayah ini adalah daerah pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dengan lempeng tektonik Eurasia. Sumber
gempa di wilayah ini tidak hanya bersumber dari pertemuan lempeng tektonik tersebut tetapi juga dikarenakan adanya sesar Mentawai (Mentawai Fault System) dan sesar Sumatera (Sumatera Fault System).
Dengan adanya 3 (tiga) sumber gempabumi tersebut menambah kompleknya tektonik wilayah Sumatera dan
menyebabkan wilayah Sumatera
merupakan daerah yang rawan terhadap Gempa bumi. Wilayah barat pulau Sumatera merupakan salah satu kawasan yang
terletak pada pinggiran lempeng aktif dunia hal ini dapat dilihat pada tingginya kejadian gempabumi diwilayah ini
karena wilayah ini adalah daerah pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dengan lempeng tektonik Eurasia.
Sumber gempa di wilayah ini tidak hanya bersumber dari pertemuan lempeng tektonik tersebut tetapi juga dikarenakan adanya sesar Mentawai (Mentawai Fault System) dan sesar Sumatera (Sumatera Fault System).
Dengan adanya 3 (tiga) sumber gempabumi tersebut menambah kompleknya tektonik wilayah Sumatera dan menyebabkan wilayah Sumatera merupakan daerah yang
rawan terhadap Gempabumi.
Berdasarkan katalog gempabumi merusak BMKG, ke-tiga sumber gempabumi di Sumatera tersebut, baik gempabumi yang terjadi di Subduksi, sesar Mentawai dan sesar Sumatera
telah menyebabkan kerusakan bangunan dan juga korban jiwa, yaitu dimulai pada tahun 1926 gempabumi terjadi disekitar danau Singkarak yang menyebabkan 354 orang meninggal dunia, kejadian gempabumi selanjutnya berturut-
turut terjadi pada tahun 1977, 1979, 1993, 1994, 1995, 1998, 2004, 2005, 2007, 2008, 2009 dan 2010. Beberapa
gempabumi tersebut disamping menyebabkan kerusakan bangunan juga menimbulkan tsunami.
Reorientasi
Kini setelah 6 tahun berlalu kejadian itu masih teringat pada sebagian besar masyarakat Sumatera Barat karena
disamping diantaranya menjadi korban reruntuhan bangunan yang disebabkan oleh gempabumi juga sebagian dari mereka kehilangan keluarga dan harta
bendanya dan mereka juga masih trauma dengan kejadian gempabumi 30 September 2009.
Mengingat wilayah Sumatera merupakan wilayah yang rawan terjadinya gempabumi dimana gempabumi juga mempunyai return periode kejadiannya maka dengan melihat kembali sejarah kejadian gempabumi dimasa lalu
dapat meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya pemahaman tentang gempa bumi, Mengetahui daerah-
daerah rawan gempabumi, respon atau tindakan sebelum,sesaat dan setelah terjadinya gempabumi haruslah dipahami dan yang penting adalah sosialisasi
yang menerus kepada masyarakat tentang ancaman bahaya gempabumi serta sosialisasi dari pemerintah pusat daerah dan juga lembaga swadaya masyarakat tentang pentingnya kontruksi rumah aman gempa pada
daerah rawan gempa, sedangkan masyarakat yang tinggal didaerah pantai disamping memahami hal tersebut diatas juga mengetahui jalur-jalur evakuasi yang
sudah ada disetiap wilayah perkampungan, juga meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melakukan
evakuasi sesegera mungkin sesaat setelah merasakan guncangan gempabumi yang kuat untuk menjauh dari
pantai mencari tempat-tempat yang tinggi.