• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI SAWI HIJAU ... - Unismuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI SAWI HIJAU ... - Unismuh"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN PERTANIAN KOPERASI HIJAU SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN DI DESA BONTOLANGKASA SELATAN KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA. Nilai penyusutan peralatan budidaya sawi di Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Oleh karena itu petani sawi dapat melakukan cara agar usahataninya seefisien mungkin (Suharsimi Arikunto, 2006). Di Desa Bontolangka Selatan, petani rata-rata menanam sawi dua kali dalam satu musim, setelah tanam padi (Padi, Sawi, Sawi).

Rumusan Masalah

Tujuan dan kegunaan Penelitian

Informasi dan bahan pembanding mengenai kelayakan budidaya sawi lainnya bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian ini di Desa Bontolangkasa Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa dan daerah lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA

  • Analisis
  • Usahatani
  • Produksi
    • Tujuan Produksi
    • Faktor-faktor Produksi
    • Biaya Produksi
  • Penerimaan
  • Pendapatan
  • Kelayakan Usahatani
  • Petani
  • Sawi Hijau
  • Kerang pikir

Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang disediakan alam yang dapat digunakan manusia untuk mencapai kesejahteraan. Sumber daya manusia adalah kemampuan (daya) atau usaha manusia yang berbentuk jasmani atau rohani yang digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan suatu benda. Sumber daya modal adalah alat produksi atau barang yang digunakan sebagai alat atau alat untuk menghasilkan barang.

Petani primitif adalah petani awal yang bergantung pada sumber daya dan hidup nomaden (tidak menetap). Budidaya sawi hijau merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang petani, baik sebagai pengelola, penanam maupun penggarap lahan, pada lahan yang diawasi, dimana dengan segala kemampuannya ia berhasil memperoleh hasil produksi yang tinggi (sayuran sawi hijau). Desa Bontolangkasa Selatan merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi sebagai penghasil tanaman sawi hijau yang dapat memberikan kontribusi pendapatan pertanian.

Untuk mengetahui pendapatan digunakan perhitungan selisih antara pendapatan budidaya sawi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam budidaya sawi. Kerangka Analisis Kelayakan Usahatani Tanah Liat Hijau Sebagai Penghasilan Tambahan di Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

METODE PENELITIAN

Tempat Dan Waktu Penelitian

Populasi Dan Sampel

Dengan demikian, kepemilikan tanah tersebut memungkinkan berkembangnya pertanian khususnya budidaya sawi hijau di Desa Bontolangkasa Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa. Hasil penelitian menunjukkan besarnya pendapatan dari budidaya sawi di desa Bontolangka Selatan adalah sekitar Rp. Rata-rata Total Biaya Variabel Petani Responden dalam Budidaya Sawi Hijau di Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa Tahun 2014.

Total rata-rata biaya tetap petani responden dalam budidaya sawi di Desa Bontolangkasa Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2014. 34 Tabel di atas menunjukkan rata-rata biaya pajak dan penyusutan peralatan pada budidaya sawi di Desa Bontolangkasa Selatan, Kecamatan Bontonompo, Gowa kabupaten sebesar Rp. Total Biaya Produksi Rata-rata Petani Responden pada Budidaya Sawi Hijau di Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa Tahun 2014.

Sehingga layak untuk dilanjutkan budidaya buah sawi di Desa Bontolangkasa Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa. Peningkatan pengetahuan petani padi melalui pendekatan penyuluhan partisipatif di Desa Bontolangkasa Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa. Permohonan dan Biaya Masukan Budidaya Sawi Hijau di Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Aplikasi dan biaya input produksi sawi di Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Total penyusutan seluruh peralatan budidaya sawi di Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Biaya tidak tetap dan biaya tetap budidaya sawi di Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Tehnik Pengambilan Data

Analisis Data

Sedangkan nilai peralatan yang dapat disusutkan (NPA) adalah nilai yang terkandung dalam suatu sumber daya dengan mempertimbangkan harga baru barang tersebut, harga saat ini, masa manfaat dan jumlah barang tersebut (Mubyarto dalam Salmawati, 2009).

Defenisi Operasional

Omzet adalah jumlah produksi yang dinyatakan dalam bentuk tunai sebelum dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan selama kegiatan pertanian. Pendapatan merupakan pendapatan yang diperoleh petani setelah jumlah produksi dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan pertanian. Kelayakan Usahatani merupakan kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dari dilakukannya suatu kegiatan usahatani.

Keadaan Wilayah

21 Desa Bontolangka Selatan umumnya terdiri dari dataran rendah dan didominasi oleh lahan persawahan yang mempunyai potensi besar untuk pengembangan tanaman pangan dan palawija serta lahan kering yang mempunyai potensi untuk pengembangan komoditas hortikultura khususnya sawi.

Keadaan Tanah dan Iklim

Keadaan penduduk

  • Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
  • Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Warga Desa Bontolangka Selatan mempunyai tenaga kerja yang besar dan potensial yang dapat diarahkan untuk mendukung pengembangan teknologi budidaya sawi. Jumlah penduduk Desa Bontolangkasa Selatan berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2013 sebanyak 3.422 jiwa seperti terlihat pada Tabel 2. Dengan demikian, penduduk Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo didominasi oleh mereka yang berprofesi sebagai petani yang berorientasi pada budidaya tanaman pangan dan hortikultura. .

Sarana dan Prasarana

Benih sawi hijau yang selama ini digunakan oleh petani di Desa Bontolangka Selatan merupakan benih yang dibeli dari toko pertanian. Pemupukan tanaman sawi di Desa Bontolangkasa Selatan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat umur 10 hari setelah tanam (HST) dan saat umur 20 hari setelah tanam (HST). Pada tabel diatas terlihat rata-rata biaya variabel budidaya sawi hijau per petani adalah Rp.

Untuk melihat tingkat keuntungan ekonomi dari budidaya sawi hijau di Desa Bontolangsa Selatan dapat ditentukan dengan menggunakan analisis Return Cost Ratio. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa perhitungan R/C Ratio pada budidaya sawi hijau di Desa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa menguntungkan. Analisis kelayakan budidaya sawi hijau di Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa wajib diketahui karena rata-rata petani di Desa Bontolangkasa Selatan menanam sawi hijau sebagai usaha sampingan untuk menambah pendapatannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa diperoleh kesimpulan yaitu hasil penelitian menunjukkan rata-rata pendapatan usahatani sawi sebesar Rp. 2.61, Jadi usahatani sawi hijau di Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa cocok dikembangkan sebagai usaha sampingan untuk meningkatkan pendapatan petani. Tugas akhir pada perguruan tinggi diselesaikan dengan menulis tesis yang berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani Sawi Hijau Sebagai Pendapatan Tambahan Di Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa”.

Toerusting Depresiasiewaarde in Green Sawi Farming in South Bontolangkasa Village, Bontonompo Distrik, Gowa Regency No. Toerusting Depresiasiewaarde in Groen Mosterdboerdery in Bontolangkasa Selatan Village, Bontonompo Distrik, Gowa Regency.

HASIL DAN PEMBHASAN

Karakteristik Petani Respondn

  • Umur Petani
  • Tingkat pendidikan
  • Jumlah Tanggungan Keluarga

Karakteristik Usahatani Sawi Hijau

  • Luas Lahan
  • Benih
  • Pupuk
  • Pestisida
  • Tenaga kerja
  • Peralatan

Besar kecilnya lahan yang dimiliki seorang petani akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usahatani, karena berkaitan erat dengan biaya yang dikeluarkan dan hasil produksi yang diterima. Hal inilah yang menyebabkan kecenderungan petani yang mengutamakan usahatani sawi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga sulit menerapkan inovasi baru, karena tanah tidak memungkinkan. Luas lahan usahatani responden pada pengembangan usahatani sayuran sawi bervariasi antara 0,02 ha sampai dengan 0,15 ha, yang disajikan secara rinci pada tabel 7 berdasarkan penggunaan rumus statistik distribusi frekuensi berikut.

Hama dan penyakit tanaman merupakan permasalahan yang sangat mempengaruhi kualitas produksi sawi, seperti yang juga dialami oleh petani sawi di Desa Bontolangkasa Selatan. Alat penyemprot yang biasa digunakan adalah Sampurna D yang berfungsi menghilangkan bercak pada daun dan memberi warna hijau pada daun, serta Glensek yang berfungsi menghilangkan hama yang menempel pada daun sawi hijau. Di Desa Bontolangkasa Selatan, petani melakukan penyemprotan pestisida sebagai upaya pencegahan agar tanaman tidak terserang hama dan apabila tanaman terserang hama.

Pada usahatani sawi hijau, seluruh tenaga kerja berasal dari keluarga petani itu sendiri, yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri petani dan anak-anaknya. Sebagian besar petani di Desa Bontolangkasa Selatan memiliki dan menggunakan alat-alat tersebut, namun sebagian alat pertanian tidak.

Analisis Usahatani Sawi Hijau

  • Penerimaan usahatani sawi hijau
  • Biaya produksi usahatani sawi hijau
  • Analisis pendapatan

Biaya-biaya yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat penanaman, yang dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak habis dalam satu kali penanaman dan terus menerus dikeluarkan walaupun produksi yang dicapai besar atau kecil, besar kecilnya biaya tersebut tidak bergantung pada besar kecilnya biaya produksi yang dicapai, yang termasuk biaya tetap yaitu pajak dan penyusutan peralatan. Biaya pajak tanah di Desa Bontolangka Selatan berbeda-beda tergantung luas tanah yang dimiliki petani. Berdasarkan penelitian ini, rata-rata besaran pajak per tahun Rp.

Rata-rata umur ekonomisnya adalah 2 sampai 3 tahun dan rata-rata biaya penyusutan peralatan tersebut adalah Rp. Total biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya tetap ditambah dengan penjumlahan biaya variabel, dan dalam penelitian ini merupakan penjumlahan dari biaya pajak dan penyusutan peralatan ditambah dengan biaya pembelian benih, pupuk, pestisida, bahan bakar dan sewa peralatan. 35 merupakan perkalian banyaknya sawi hijau yang dihasilkan, namun karena Desa Bontolangkasa Selatan mempunyai sistem penjualan per petak (lahan yang ditanami bayam), maka para petani langsung menjualnya kepada pengepul dengan harga yang disepakati antara petani dan pembeli.

Pendapatan adalah hasil suatu usaha yang akan dinilai dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh, dengan cara pendapatan yang diperoleh dengan mengurangi total biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi. Jadi rata-rata total pendapatan dikurangi dengan rata-rata total biaya sehingga diperoleh rata-rata pendapatan sebesar Rp.

Analisis R/C Ratio

Alat-alat tersebut sebagian besar dimiliki dan digunakan oleh petani di Desa Bontolangka Selatan, sedangkan alat-alat pertanian yang bukan milik petani seperti penyemprot dan traktor dipinjam dan disewa dari petani lain yang mempunyai alat-alat tersebut. Untuk menekan biaya yang dikeluarkan petani dalam satu kali tanam maka petani sendiri dapat membuat bibit sendiri dari tanaman sawi hijau tersebut dan penggunaan pupuk kimia yang terlalu banyak dapat dikurangi dengan menggunakan pupuk organik yang menggunakan kotoran hewan yang ada. Sedangkan kelompok tani dapat dibentuk untuk mengurangi biaya tetap yang dikeluarkan petani sehingga pemerintah dapat memberikan bantuan berupa pembuatan saluran irigasi dan peralatan pertanian seperti traktor, pompa air dan lain sebagainya.

Setelah kelayakan usahatani diketahui, petani dapat menambah luas lahan yang ditanami untuk meningkatkan jumlah produksi dan pendapatan petani. Pemanfaatan lahan sawah setelah padi untuk menanam tanaman sawi dapat ditingkatkan baik dari segi lahan maupun teknologi budidayanya sehingga lahan sawah tersebut dapat memberikan tambahan pendapatan bagi petani setempat. Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti analisis kelayakan budidaya sayuran jenis lain sehingga dapat mengetahui apakah satu jenis sayuran dapat ditanam dengan jenis sayuran lainnya.

Penulis memulai pendidikan formalnya di SD Inpres Ta'binjai Kabupaten Gowa pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004. Dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Bontonompo dan lulus pada tahun 2010.

Pembahasan Hasil Penelitian

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN Berdasarkan analisis SWOT yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperoleh strategi Badan Pendapatan Daerah dalam meningkatkan target penerimaan pajak daerah, yaitu