• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Institut Teknologi Nasional

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bandung merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat dengan luas 167,31 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2018 sebanyak 2.503.708 jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2019). Jumlah penduduk tersebut membuat Kota Bandung menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia selain Kota Jakarta, Kota Medan, serta Kota Surabaya. Sebagai salah satu kota metropolitan, Kota Bandung memiliki daya tarik dari segi pariwisata, pendidikan, maupun daya tarik dari segi ekonomi dengan banyaknya pusat-pusat perdagangan yang dapat menjadi faktor terjadinya urbanisasi ke Kota Bandung. Tingkat urbanisasi berimplikasi pada semakin padatnya penduduk yang secara langsung maupun secara tidak langsung mengurangi daya saing dari transportasi wilayah (Susantoro & Parikesit, 2004). Tingginya kegiatan masyarakat di kawasan perkotaan, Kota Bandung memerlukan sistem transportasi yang dapat menunjang mobilitas masyarakatnya mulai dari kawasan permukiman.

Kawasan permukiman di Kota Bandung saat ini berkembang di wilayah Bandung Timur. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, pada tahun 2018 terdapat 1.738.672 unit kendaraan bermotor yang ada di Kota Bandung. Sebagian besar kendaraan bermotor yang ada saat ini di dominasi oleh keberadaan sepeda motor yang jumlahnya mencapai 1.244.433 unit kendaraan. Sistem transportasi yang ada di Kota Bandung belum memiliki kejelasan mengenai hirarki dari setiap moda transportasi umum.

Hirarki transportasi di Kota Bandung khususnya pada kawasan permukiman menuju jalan utama dirasa belum maksimal. Kejelasan hirarki transportasi ini cukup penting guna melihat peran dari masing-masing moda angkutan umum antara angkutan utama, angkutan pendukung, serta moda pengumpan (feeder). Peningkatan kinerja transportasi umum perlu dimulai dari pelayanan sebelum dan setelah menggunakan transportasi umum utama dimana hal tersebut merupakan peran dari moda pengumpan (feeder). Transportasi umum yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat sepenuhnya, sehingga masyarakat memiliki ketergantungan terhadap kendaraan pribadi. Menurut Fidel Miro, kondisi saat ini

(2)

Institut Teknologi Nasional

intensitas aktivitas masyarakat semakin beragam dengan tuntutan ketepatan jadwal kegiatan sehingga melakukan perjalanan dengan jalan kaki pada jarak maksimal 500 meter sampai 1000 meter sudah tidak dapat lagi dilaksanakan. Karena itu, diperlukan sekali suatu dukungan alat transportasi sebagai penyambung setelah berjalan kaki (Miro, 2012). Kinerja moda pengumpan (feeder) perlu diperhatikan guna mempermudah mobilitas dan meningkatkan minat terhadap transportasi umum.

Bahkan saat ini belum diketahui sistem hirarki yang seharusnya terdapat feeder (moda pengumpan) itu seperti apa. Kondisi saat ini terlihat ada hirarki transportasi yang tidak berjalan semestinya guna mendukung cakupan layanan transportasi utama kota dari kawasan pemukiman.

1.2 Rumusan Masalah

Sistem transportasi yang baik yaitu sistem transportasi yang memiliki hirarki jelas dan terstruktur. Salah satunya yaitu terdapat sistem feeder. Menurut Gwilliam dalam Miro (2012 : 93) transportasi umum akan lebih baik jika menerapkan hirarki layanan berdasarkan moda utama (main mode), moda cabang (branch mode), dan moda pengumpan (feeder mode), sehingga distribusi area layanan menjadi lebih jelas dan integrasi jaringan layanan transportasi umum dapat diimplementasikan dengan mudah (Nur'afalia, 2018). Permasalahan transportasi di Kota Bandung disebabkan oleh terdapatnya sistem transportasi yang tidak terhirarki dengan baik seperti pendapat Gwilliam mengenai penerapan hirarki layanan transportasi. Terdapat kerugian yang terjadi akibat terjadinya kemacetan, seperti pemborosan waktu dan BBM, polusi udara serta eksternalitas lainnya dimana dalam kerangka makro ekonomi, hal ini akan mempengaruhi productivity, livability, dan sustainability Kota Bandung sebagai pusat kegiatan dan ekonomi (Listifadah & Puspitasari, 2015).

Kota Bandung melalui Bandung Urban Mobility Project yang disusun oleh Dinas Perhubungan Kota Bandung memiliki misi mengembangkan jaringan transportasi yang merata, terhirarki, dan terintegrasi. Namun, saat ini sistem feeder yang seharusnya menjadi bagian dari hirarki layanan moda transportasi belum terlihat di Kota Bandung. Berdasarkan persoalan di atas, muncul pertanyaan penelitian

Bagaimana ketersediaan dan kesesuaian karakteristik moda transportasi yang menjadi sistem feeder di kawasan permukiman Bandung Timur?”

(3)

Institut Teknologi Nasional

1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan dan karakteristik feeder dalam sistem transportasi di Kawasan Permukiman Bandung Timur sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan integrasi transportasi dan mengurangi permasalahan kemacetan lalu lintas di Kota Bandung.

1.3.2 Sasaran

Adapun sasaran yang disusun untuk mencapai tujuan di atas yaitu:

• Teridentifikasinya karakteristik kawasan yang perlu dilayani oleh feeder

• Teridentifikasinya kawasan-kawasan di Bandung Timur yang perlu dilayani oleh sistem feeder

• Teridentifikasinya karakteristik layanan transportasi pada kawasan yang perlu dilayani oleh sistem feeder di Bandung Timur.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup pada penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu Ruang Lingkup Wilayah dan Ruang Lingkup Substansi.

1.4.1 Ruang Lingkup Substansi

Substansi yang akan dibahas pada penelitian akan dibatasi pada beberapa poin agar substansi yang dibahas tidak meluas dan akan lebih terarah.

1) Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

2) Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

3) Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

(4)

Institut Teknologi Nasional

4) Feeder merupakan transportasi yang melayani bagian kota yang berada di luar jangkauan sistem transportasi BRT dan tidak terhubung dengan sistem tersebut (Steijn, 2014).

Adapun lingkup substansi yang akan dibahas berdasarkan sasaran adalah sebagai berikut :

1. Membahas mengenai karakteristik kawasan yang perlu dilayani oleh feeder untuk menggambarkan kawasan seperti apa saja yang perlu dilayani sistem feeder dapat diidentifikasi berdasarkan teori dan studi literatur sejenis, meliputi aspek lokasi, jarak, serta pengguna.

2. Membahas mengenai kawasan mana saja yang sesuai dengan karakteristik sistem feeder

3. Membahas mengenai karakteristik layanan transportasi pada kawasan yang perlu dilayani sistem feeder berdasarkan kawasan yang telah sesuai dengan karakteristik kawasan yang perlu dilayani oleh sistem feeder, diantaranya mengenai :

• Menghubungkan kawasan komersial dengan simpul pemukiman ke koridor utama

• Tingkat pelayanan

• Lingkup pelayanan

• Penetapan tarif

• Sarana prasarana pendukung meliputi tempat henti, sistem informasi, fasilitas bagi penyandang cacat, serta beroperasi diantara lalu lintas campuran

• Pergantian moda

• Penyedia jasa

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu sistem transportasi pengumpan (feeder) di Kawasan Bandung Timur yang menjadi kantung bangkitan penumpang di kawasan permukiman. Studi kasus yang akan dikaji yaitu SWK Gedebage dan SWK Kordon. Pemilihan kawasan tersebut berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Kota Bandung 2030 dimana kawasan sebelah timur Kota Bandung dicanangkan akan terjadi pengembangan beberapa pusat kegiatan lain.

(5)

Institut Teknologi Nasional

Kondisi saat ini terdapat beberapa pusat kegiatan yang sudah dilayani oleh jalur angkutan umum, namun terdapat pula pusat kegiatan yang belum terlayani oleh jalur angkutan umum. Sehingga perlu adanya konsep jaringan pelayanan angkutan umum menuju pusat kegiatan dan kawasan lainnya yang belum terlayani (Departemen Perhubungan, 2012).

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup yang terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup substansi, pendekatan dan metode yang digunakan dalam studi, serta sistematika penyajian dalam penulisan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisikan mengenai konsep maupun teori yang terkait dengan penelitian.

Selain itu pada bab ini pun memuat penelitian terdahulu yang terkait dengan topik penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai metode apa yang dilakukan dalam penelitian ini BAB 4 GAMBARAN UMUM

Pada bab ini berisikan gambaran umum daerah studi, kompilasi data, serta spesifikasi permasalahan atau persoalan yang menjadi kajian

BAB 5 ANALISIS

Pada bab ini berisi uraian penjelasan mengenai hasil penemuan lapangan yang kemudian di analisis dengan metode yang telah di tentukan.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi simpulan dan rekomendasi secara keseluruhan

(6)

Institut Teknologi Nasional

Gambar 1.1 Peta SWK Gedebage dan SWK Kordon

CONTOH LAYOUT PETA TUGAS AKHIR (PETA DIWAJIBKAN POSISI LANDSCAPE

Referensi

Dokumen terkait

This study seeks to deepen the appreciation of Ama Ata Aidoo’s Anowa, by contributing to the understanding of Aidoo’s attitude to the illiterate Ghanaian woman (and for that

Hasil penelitian dari model pendidikan karakter pada remaja dalam ruang lingkup keluarga di Desa Bululoe Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto yaitu yang pertama berupa pengajaran,