41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah jawaban atas rumusan masalah yang penulis tetapkan sebelumnya, Hasil penelitian ini terdiri atas 3 bagian sesuai dengan jumlah rumusan masalah. Pada rumusan masalah 1 dan 2 akan dijawab dengan menggunakan analisis statistik deskriptif sedangkan untuk menjawab rumusan masalah 3 akan dijawab dengan analisis statistik inferensial sekaligus menjawab hipotesis yang telah ditetapkan. Berikut hasil penelitian yang penulis dapatkan setelah melakukan penelitian.
1. Deskripsi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 1 Sinjai Utara Yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Think-Pair- Share (Eksperimen I).
Hasil analisis statistik dekskriptif terhadap hasil tes belajar pada kelompok eksperimen I yang diajar dengan model pembelajaran Think-Pair-Share setelah dilakukan pretest dan posttest yang dapat dilihat pada tabel di bawah yang di lakukan di SMA Negeri 1 Sinjai Utara sebagai berikut:
Tabel 4.1: Nilai statistik deskriptif hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen I
Statistik
Nilai statistik Pretest kelompok
eksperimen I
Posttest kelompok eksperimen I
Jumlah Sampel 28,0 28,0
Nilai tertinggi 48,0 95,0
Nilai terendah 0,0 30,0
Nilai rata-rata ( ̅) 26,3 66,3
Standar deviasi 10,1 14,8
41
Sumber : Data olah lampiran D
42
Berdasarkan tabel di atas skor maksimum yang diperoleh sebelum diberi perlakuan (pretest) pada kelompok eksperimen I adalah 48,0 sedangkan skor terendah adalah 0, skor rata-rata yang diperoleh adalah 26,3 dengan standar deviasi 10,1. Sedangkan skor maksimum yang diperoleh setelah dilakukan perlakuan (posttest) pada kelompok eksperimen I adalah 95,0, sedangkan skor terendah adalah 30,0, skor rata-rata yang diperoleh adalah 66,3 dengan standar deviasi 14,8. Hasil pengolahan data SPSS selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
Berdasarkan hasil di atas maka dapat diketahui terjadi peningkatan hasil belajar siswa dan peningkatannya signifikan. Nilai minimum pada pretest yaitu 0, setelah dilakukan posttest meningkat menjadi 30,0. Nilai maksimum pada pretest yaitu 48,0 setelah dilakukan posttest meningkat menjadi 95,0. Nilai rata-rata hasil belajar pada pretest yaitu 26,3, setelah dilakukan posttest meningkat menjadi 66,3.
Jika hasil belajar siswa dikelompokkan dalam kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi akan diperoleh frekuensi dan presentase untuk kelompok eksperimen I setelah dilakukan pretest dan posttest. Berikut tabel distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar matematika pada pretest dan posttest siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Sinjai Utara kelompok Eksperimen I
43
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika Kelompok Eksperimen I Pada Pretest dan Posttest Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 1 Sinjai Utara.
Interval
Nilai Kategori
Pretest kelompok Eksperimen I
Posttest kelompok Eksperimen I Frekuensi Persentase
(%)
Frekuensi Persentase Sangat Rendah 28 100 5 18
Rendah 0 0 6 21
Sedang 0 0 14 50
Tinggi 0 0 1 4
89 Sangat Tinggi 0 0 2 7
Sumber: Data olah lampiran D Berdasarkan pada tabel di atas maka dapat diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa setelah dilakukan pretest dan posttest pada kelompok eksperimen I yaitu:
a) Pada kelompok eksperimen I setelah pretest terdapat 28 siswa (100%) berada pada kategori sangat rendah, untuk kategori rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi dapat dilihat bahwa tidak ada siswa (0%) berada pada kategori tersebut.
b) Pada kelompok eksperimen I setelah posttest terdapat 5 siswa (18%) berada pada kategori sangat rendah, 6 siswa (21%) berada pada kategori rendah, 14 siswa (50%) berada pada kategori sedang, 1 siswa (4%) berada pada kategori tinggi, 2 siswa (7%) berada pada kategori sangat tinggi.
44
2. Deskripsi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 1 Sinjai Utara Yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Numbered-Heads-Together (Eksperimen II ).
Hasil analisis statistik dekskriptif terhadap hasil tes belajar pada kelompok eksperimen II yang diajar dengan model pembelajaran Numbered-Head-Together setelah dilakukan pretest dan posttest yang dapat dilihat pada tabel di bawah yang dilakukan di X IPA SMA Negeri 1 Sinjai Utara sebagai berikut:
Tabel 4.3: Nilai Statistik Deskriptif Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen II
Statistik
Nilai statistik Pretest kelompok
eksperimen II
Posttest kelompok eksperimen II
Jumlah Sampel 28,0 28,0
Nilai tertinggi 57,0 100,0
Nilai terendah 15,0 53,0
Nilai rata-rata ( ̅) 31,2 74,2
Standar deviasi 10,8 12,9
Sumber: Data olah lampiran D
Berdasarkan tabel di atas skor maksimum yang diperoleh sebelum diberi perlakuan (pretest) pada kelompok eksperimen II adalah 57,0 sedangkan skor terendah adalah 15,0 skor rata-rata yang diperoleh adalah 31,2 dengan standar deviasi 10,8. Hasil pengolahan data SPSS selengkapnya dapat dilhat pada lampiran D. Sedangkan skor maksimum yang diperoleh setelah dilakukan perlakuan (posttest) pada kelompok eksperimen II adalah 100, sedangkan skor terendah adalah 53,0, skor rata-rata yang diperoleh adalah 74,2 dengan standar deviasi 12,9.. Hasil pengolahan data SPSS selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
Berdasarkan hasil di atas maka dapat diketahui terjadi peningkatan hasil belajar siswa, meskipun peningkatannya cukup signifikan. Nilai minimum pada
45
pretest yaitu 15,0, setelah dilakukan posttest meningkat menjadi 53,0. Nilai maksimum pada pretest yaitu 57,0, setelah dilakukan posttest meningkat menjadi 100. Nilai rata-rata hasil belajar pada pretest yaitu 31,2, setelah dilakukan posttest meningkat menjadi 74,2.
Jika hasil belajar siswa dikelompokkan dalam kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi akan diperoleh frekuensi dan presentase untuk kelompok eksperimen II setelah dilakukan pretest dan posttest. Berikut tabel distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar matematika pada pretest dan posttest siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Sinjai Utara kelompok eksperimen II.
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika Kelompok eksperimen II Pada Pretest dan Posttest Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 1 Sinjai Utara.
Interval
Nilai Kategori
Pretest kelompok eksperimen II
Posttest kelompok eksperimen II Frekuensi Persentase
(%)
Frekuensi Persentase (%)
Sangat Rendah 27 96 1 4
Rendah 1 4 5 18
Sedang 0 0 11 39
79 Tinggi 0 0 7 25
89 Sangat Tinggi 0 0 4 14
Sumber: Data olah lampiran D Berdasarkan pada tabel di atas maka dapat diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa setelah dilakukan pretest dan posttest pada kelompok eksperimen II yaitu:
a) Keadaan awal pada kelompok eksperimen II terdapat 27 siswa (96%) berada pada kategori sangat rendah, sedangkan pada kategori rendah terdapat 1 siswa
46
(4%), sedangkan pada kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi dapat dilihat bahwa tidak ada siswa (0%) berada pada kategori tersebut.
b) Keadaan akhir pada kelompok eksperimen II setelah diberikan posttest terdapat 1 siswa (4%) berada pada kategori sangat rendah dan terdapat 5 siswa (18%) berada pada kategori rendah, 11 siswa (39%) berada pada kategori sedang, 7 siswa (25%) berada pada kategori tinggi, dan 4 siswa (14%) berada pada kategori sangat tinggi.
3. Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 1 Sinjai UtaraYang Menggunakan Model Pembelajaran Think-Pair-Share dengan Yang Menggunakan Model Pembelajaran Numbered-Head-Together.
Bagian ketiga ini adalah rumusan masalah terakhir, dimana pada bagian ini akan dijawab dengan menggunakan analisis statistik inferensial. Data yang diuji hanya dilakukan pada hasil posttest kedua kelas, pengujian tidak dilakukan pada hasil pretest. Hal ini dilakukan karena untuk mengatahui ada atau tidak perbedaan yang signifikan hasil belajar kedua kelas cukup dilakukan pengujian terhadap hasil tes akhir setelah diberikan perlakuan.
a. Analisis Inferensial
1). Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian Normalitas
Sebelum pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis terhadap data penelitian. Uji persyaratan yang pertama adalah uji normalitas. Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi
47
berdistribusi normal. Statistik uji yang digunakan dalam uji normalitas adalah Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis yang akan diuji sebagai:
H0 : Populasi berdistribusi normal H1 : Populasi tidak berdistribusi normal Kriteria pengujian:
Menolak H0 apabila nilai peluang p value
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji Kolmogrov- Smirnov, dari hasil uji normalitas dengan bantuan program komputer diperoleh skor hasil belajar matematika nilai p = 0,200 untuk kelompok eksperimen I dan p
= 0,200 untuk kelompok eksperimen II. Hal ini menunjukkan bahwa p > α = 0,05.
Ini berarti bahwa data skor hasil belajar matematika untuk kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
Pengujian Homogenitas
Berdasarkan hasil pengujian normalitas populasi, ternyata kedua kelompok eksperimen mempunyai data yang berdistribusi normal, maka dilanjutkan uji homogenitas. Pengujian homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan dikorelasikan itu memenuhi kekonstantanan varians (homogen).
Pengujian homogenitas dapat dianalisis dengan menggunakan uji Levene's Test. Hipotesis yang akan diuji sebagai:
H0 : Populasi variansi homogen H1 : Populasi variansi tidak homogen
48
Kriteria pengujian:
Menolak H0 apabila nilai peluang p value.
Dari perhitungan homogenitas varians populasi diperoleh nilai p untuk skor hasil belajar matematika 0,379 dimana p > α = 0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa varians populasi kedua kelompok untuk skor hasil belajar adalah sama (homogen). Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
b. Pengujian Hipotesis
Setelah memperhatikan karakteristik variabel yang telah diteliti dan persyaratan analisis, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap hipotesis.
Digunakan Independent sample t test (Uji t sampel independen) dengan kriteria pengujian hipotesis H0 ditolak atau H1 diterima jika P < α, artinya ada perbedaan antara dua perlakuan yang diberikan. Sebaliknya H0 diterima atau H1 ditolak jika P > α , artinya tidak ada perbedaan antara dua perlakuan yang diberikan.
Untuk skor hasil belajar, hasil analisis menunjukkan p = 0,036 dimana p α = 0,05, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Ini berarti bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dan Numbered-Head-Together. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian untuk kelompok eksperimen I diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share. Menurut Huda (2016) ”Pada pembelajaran
49
Think-Pair-Share (TPS) terjadi proses kerja yang berjenjang dimana siswa pada tahap awal hanya bekerja secara mandiri yang kemudian ditingkatkan ke kerja kelompok yang sangat kecil (hanya berpasangan) dan nanti pada tahap akhir siswa bekerja dalam kelompok yang lebih besar yakni bergabung dengan pasangan yang lain (tahap berbagi)”. Adapun menurut Suprijono (2015) “Di dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) di kelas, siswa bekerja secara mandiri, tidak mengganggu pasangan lain dan mampu bekerja sama dengan orang lain”, Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelompok eksprimen I. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata hasil belajar matematika kelompok eksperimen I pada pretest = 26,3 dan setelah dilakukan posttest = 66,3. Peningkatan hasil belajar pada kelas ini begitu signifikan.
Dari penelitian untuk kelompok eksperimen II diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan model pembelajaran Numbered-Head-Together. Menurut Istarani (Yuswaiti, 2015)
“Pembelajaran Numbered-Head-Together melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan meningkatkan keterampilan berfikir siswa lebih baik secara individual maupun kelompok serta setiap siswa dalam kelompoknya berusaha untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diberikan (semua siswa aktif)”, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelompok eksprimen II. Hal ini dapat dilihat pada rata- rata hasil belajar matematika kelompok eksperimen II pada pretest = 31,2 dan
50
setelah dilakukan posttest = 74,2. Peningkatan hasil belajar pada kelas ini cukup signifikan.
Rata-rata nilai pretest sebelum dilakukan perlakuan pada kelompok eksperimen I = 26,3 dan kelompok eksperimen II = 31,2. Hasil ini mengindikasikan bahwa kemampuan kedua kelas dalam penguasaan konsep, pemahaman dan menyelesaikan soal matematika sama sebelum diberikan perlakuan. Setelah dilakukan perlakuan diperoleh rata-rata nilai posttest setelah diterapkannya metode pembelajaran yang berbeda pada kedua kelas yaitu pada kelompok eksperimen I = 66,3 dan kelompok eksperimen II = 74,2. Ini menggambarkan terjadi perbedaan yang cukup siknifikan.
Penggunaan model pembelajaran Numbered-Head-Together lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran Think-Pair-Share terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika kelas X IPA SMA Negeri 1 Sinjai Utara. Menurut Suprijono (2015) “Pembelajaran kooperatif tipe Numbered-Head Together (NHT) melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran karena dalam 1 kelompok terdiri dari 3-8 orang dan dirancang untuk melatih siswa dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi melalui diskusi kelompok dan persentasi hasil kerja kelompok serta setiap siswa dalam kelompoknya berusaha untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diberikan (semua siswa aktif).
Sedangkan menurut Huda (2016) ”Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman sebagai salah satu struktur kegiatan cooperative learning. Think-Pair-Share memberi
51
siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.”
Namun waktu yang digunakan tidak cukup untuk berdiskusi secara maksimal sehingga hanya sedikit pasangan yang mempersentasikan hasil pekerjaannya.
Selain itu masih ada beberapa pasangan yang kesulitan dalam mengerjakan LKS yang diberikan dan jumlah kelompok yang terbentuk lebih banyak mengakibatkan kesulitan mengontrol kelas dan memberikan bimbingan kepada setiap pasangan”.
Hal ini diperkuat dengan hasil analisis statistik inferensial. Pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t-test sampel independen, dimana data yang di uji yaitu hasil posttest kedua kelas.
Berdasarkan hasil perhitungan data diperoleh p = 0,036 dan = 0,05 Karena p (0,036 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima. Jadi terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang mendapat model pembelajaran Think-Pair-Share dengan yang mendapat model pembelajaran Numbered-Head-Together. Dalam artian bahwa penggunaan model pembelajaran Numbered-Head-Together lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran Think-Pair-Share terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika kelas X IPA SMA Negeri 1 Sinjai Utara.