• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

Jika keadaannya sebaliknya, maka perkawinan beda agama tidak dapat dilakukan menurut aliran ini (Al Baqarah[2]:221). Sebaliknya, aliran lain menyatakan bahwa dalam Islam, bagaimanapun keadaannya, perkawinan beda agama tidak boleh dilakukan (Al Baqarah[2]: 221). Mengapa pendidikan agama Hindu pada keluarga yang berlatar belakang perkawinan beda agama menjadi permasalahan di kota denpasar?

Bagaimana proses pendidikan agama Hindu bagi keluarga dengan latar belakang perkawinan beda agama yang bermasalah di Kota Denpasar. Bagaimana upaya pendidikan agama Hindu pada keluarga dengan latar belakang perkawinan beda agama yang bermasalah di Kota Denpasar. Untuk mengetahui permasalahan pendidikan agama Hindu pada keluarga berlatar belakang pernikahan beda agama di Kota Denpasar.

Menggali proses pendidikan agama Hindu pada keluarga dengan latar belakang pernikahan beda agama yang bermasalah di Kota Denpasar.

Kajian Pustaka

Bahkan mendapat respon positif dari masyarakat, mengingat jika akan dilaksanakan pernikahan yang beragama Hindu maka calon pengantin non-Hindu wajib melaksanakan upacara Sudhi Wadani. Susanti (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Perkembangan Umat Hindu Pasca Sudhi Wadani di Desa Sangketan Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan” menyimpulkan bahwa (1) Umat Hindu Pasca Sudhi Wadani di Desa Sangketan mempelajari agama Hindu dengan motif yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan Susanti turut menunjukkan bahwa pendidikan agama Hindu informal dan non-formal penting untuk diberikan kepada orang kepercayaan pasca Sudhi Wadani.

Penelitian ini mempunyai persamaan yaitu sama-sama membahas tentang pendidikan agama Hindu setelah pindah agama (disudhi wadani), hanya saja pusat permasalahannya saja yang berbeda. Penelitian Susanti (2016) mengungkap motivasi yang mendorong umat Hindu Sudha Wadana mempelajari agama Hindu, termasuk komponen pendukung dalam meningkatkan pemahaman terhadap agama Hindu Sudha Wadana. Sedangkan penelitian ini akan membahas lebih mendalam permasalahan dan proses pendidikan agama Hindu pada keluarga yang berlatar belakang lintas agama.

Buku ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama membahas tentang perpindahan agama yang terjadi pada agama Hindu.

Deskripsi Konsep

Masyarakat Hindu di Bali masih beruntung mempunyai lembaga adat (Desa Pakraman) yang menjadi benteng utama dalam meminimalisir aktivitas evangelis, sehingga Bali tetap menunjukkan ketangguhannya dalam menjunjung tinggi cita-cita agama Hindu. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian, pada buku Aryadharma membahas tentang perpindahan agama dari agama hindu ke agama lain, dalam penelitian ini fokus pada perpindahan agama lain ke agama hindu. Buku ini dapat menjadi rujukan dalam penelitian ini mengenai kegiatan penginjilan yang agresif sehingga dapat diambil langkah-langkah yang tepat untuk melakukan pembinaan jika terjadi pemulihan ke agama Hindu.

Mahadevan (dalam Madrasuta, 2011:3) menjelaskan bahwa nama asli agama Hindu adalah Sanatana dharma dan Vaidika dharma. Dari pengertian agama dan agama hindu di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan tentang pengertian agama hindu. Agama Hindu adalah keyakinan atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang bersifat kekal dan bersumber dari ajaran Weda.

Agama Hindu merupakan agama yang usianya sudah sangat tua, sama dengan umur kehidupan di muka bumi ini. Dengan memeluk agama Hindu, para pengikutnya tunduk dan bersedia mengikuti aturan-aturan yang ada dalam Weda. Dengan menerapkan ajaran Weda, seseorang akan merasa dilindungi oleh kekuatan luar biasa yang akan memunculkan sikap optimis terhadap segala sesuatu. Pendidikan agama Hindu sesuai dengan pengertian agama Hindu dan pengertian pendidikan di atas, yaitu proses pembentukan keterampilan seseorang, yang dilakukan oleh pihak tertentu atau orang lain, sehingga kemudian memperoleh keterampilan mendasar baik secara intelektual maupun emosional yang kemudian dapat diterapkan. dalam kegiatannya memahami dan menerapkan ajaran agama Hindu yang berlandaskan ajaran Weda. Tujuan pendidikan agama Hindu menurut Persatuan Tafsir Aspek Keagamaan Hindu ada dua, yaitu.

Menanamkan ajaran agama Hindu menjadi keyakinan dan landasan seluruh aktivitas masyarakat sepanjang hidupnya. Ajaran agama Hindu menjadi pedoman tumbuhnya tatanan masyarakat Hindu agar selaras dengan dasar Pancasila Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menyelaraskan dan menyeimbangkan pelaksanaan sebagian ajaran agama Hindu dalam masyarakat antara Tattwa, Susila dan Yadnya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka pendidikan agama Hindu akan mampu mengembangkan tattva, moralitas dan ritual masyarakat. Dengan memahami ketiga kerangka dasar agama Hindu maka umat Hindu akan lebih mudah menjalani kehidupannya, selain itu dengan adanya pendidikan agama Hindu maka umat Hindu juga akan semakin mencintai tanah air dan bangsanya.

Landasan Teori

Pernikahan beda agama mengakibatkan salah satu calon pengantin memiliki latar belakang agama yang berbeda dengan keluarga besarnya. Yang dimaksud dengan perkawinan beda agama dalam penelitian ini adalah suatu ikatan sosial atau perjanjian hukum antar individu yang menjalin hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam budaya lokal yang meresmikan hubungan interpersonal yang biasanya bersifat intim dan seksual dimana salah satu pasangannya beragama lain. latar belakang. Sedangkan menurut Martin Heidegger menjelaskan bahwa fenomenologi menuntut kita untuk bergerak dari sekedar dunia makhluk ke arah tertentu untuk menangkap apa yang ada di balik kehidupan makhluk tersebut, atau yang disebut dengan fenomenologi eksistensial.

Teori fenomenologi ini digunakan untuk membedah rumusan masalah yang pertama tentang mengapa pendidikan agama Hindu pada keluarga yang berlatar belakang lintas agama mempunyai permasalahan. Galilah informasi dan pertanyakan bagaimana ia menjalani dunianya dan bagaimana ia memuaskan rasa penasarannya setelah kawin campur. Dengan mengetahui hal tersebut diharapkan dapat menjawab penyebab permasalahan pendidikan Hindu pada keluarga yang berlatar belakang beda agama.

Teori konstruktivisme diartikan sebagai pembelajaran generatif, yaitu tindakan menciptakan makna dari apa yang telah dipelajari. Lagi pula, karena pengalaman inilah struktur kognitif anak membentuk skema tentang hewan berkaki empat dan hewan berkaki. Asimilasi dipandang sebagai proses kognitif yang menempatkan dan memilah peristiwa atau rangsangan baru ke dalam skema yang sudah ada.

Ketika dihadapkan pada rangsangan atau pengalaman baru, seseorang tidak dapat mengasimilasi pengalaman baru tersebut dengan skema yang telah dimilikinya. Pengalaman baru mungkin tidak sesuai dengan skema yang ada sama sekali. Sedangkan disekuilibrium adalah keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara proses asimilasi dan akomodasi, keseimbangan dapat menyebabkan seseorang mengintegrasikan pengalaman eksternal dengan struktur internalnya.

Struktur kognitif yang sudah ada pada dirinya akan dipadukan dengan informasi atau pengetahuan baru tentang agama Hindu. Teori konstruktivis ini digunakan untuk mendekonstruksi rumusan masalah yang pertama mengenai bagaimana proses pendidikan agama Hindu dalam keluarga beda agama bermasalah. Stimulus dalam hal ini adalah lingkungan keluarga yang ada dalam perkawinan dan latar belakang.

Rumusan masalah mengenai upaya pendidikan agama Hindu pada keluarga yang berbeda latar belakang agama akan dibedah menggunakan teori behavioris.

Model Penelitian

Tujuan desain penelitian dengan demikian adalah untuk memberikan penjelasan menyeluruh mengenai proses yang akan dilakukan, baik pada saat pengumpulan maupun analisis dan penyajian, termasuk pada saat penelitian belum dilaksanakan, yang disebut dengan tahap eksplorasi. Desain penelitian dibagi menjadi tiga model, yaitu: a) desain penelitian deskriptif verifikatif, b) desain penelitian deskriptif kualitatif, c) desain penelitian grounded theory. Model kedua yang dilakukan pada ilmu-ilmu sosial dan humaniora bersifat induktif dan dominan menggunakan paradigma fenomenologis.

Model ketiga sebenarnya hampir sama dengan model kedua, namun pada model ini teori sebenarnya dibangun berdasarkan data lapangan (Ratna dan Bungin, 2012: 67). Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, diawali dengan proses pengembangan proposal penelitian dengan terlebih dahulu melakukan survei umum. Dimana peneliti mendeskripsikan dan menginterpretasikan pola nilai, perilaku, keyakinan dan pembelajaran bahasa yang dimiliki bersama dari kelompok yang berbeda berdasarkan data dan informasi penelitian, guna mendapatkan gambaran menyeluruh tentang proses yang terjadi di lapangan.

Lokasi Penelitian

Jenis dan Sumber Data .1 Jenis Data

Sumber Data

Berdasarkan sumber pengumpulan datanya, data dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

Data Primer

Penjelasan dasar Subagyo menekankan bahwa data primer adalah data yang harus diolah oleh peneliti sebelum disajikan dalam temuan penelitian. Berdasarkan pengertian diatas maka data primer dalam penelitian ini adalah data hasil observasi peneliti dan data hasil wawancara dengan informan.

Data Sekunder

Teknik Pengumpulan Data .1 Observasi

  • Wawancara
  • Studi Dokumen

Observasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang sering digunakan untuk mengamati tingkah laku individu atau proses suatu kegiatan yang dapat diamati. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini menggunakan metode observasi bebas (non-partisipasi) karena peneliti sebenarnya hanya sebagai pengamat dan tidak terlibat dalam kegiatan yang diamati. Sedangkan pada lingkungan penelitian, penelitian ini menggunakan lingkungan alam (tidak terstruktur) karena peneliti mengamati kondisi lokasi sebenarnya di lokasi lapangan yang alami.

Sementara itu, Danim menjelaskan wawancara merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Jadwal terstruktur adalah wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman wawancara tertentu, dengan terstruktur. Metode penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan prosedur purposive sampling untuk menentukan informan dengan unsur seperti target responden.

Fokus informan dalam penelitian ini tidak hanya keluarga inti saja, namun juga diikutsertakan anggota keluarga atau kerabat lainnya. Pertama, mereka yang memiliki atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi sehingga sesuatu tersebut tidak hanya diketahui tetapi dihayati. Kelima, mereka awalnya kurang familiar dengan peneliti, sehingga lebih seru jika dijadikan semacam guru atau narasumber.

Penelitian ini menggunakan kriteria informatif sesuai dengan teori di atas, yang kemudian berkaitan dengan permasalahan pendidikan agama Hindu pada keluarga silangan. Hadi dan Haryono menjelaskan, teknik pengumpulan data dokumenter adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan adalah surat, dokumen pemerintah yang berkaitan dengan pencatatan perkawinan, data yang tersimpan di flashdisk, data dari website, dll.

Penggunaan metode perpustakaan ini bukan karena peneliti tidak harus turun ke lapangan agar penelitian dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif cepat (Ratna, 2010: 197). Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan untuk memperoleh kajian dari buku-buku yang berkaitan dengan masalah pendidikan agama Hindu pada keluarga yang berlatar belakang pernikahan beda agama.

Instrumen Penelitian

Secara teoritis, penggunaan metode bibliografi dalam penelitian tidak didasarkan pada kepentingan pribadi seperti ikatan tertentu dengan lokasi, keterbatasan dan ketersediaan dana. Data yang diperoleh dari literatur digunakan untuk memperoleh bahan yang berkaitan dengan desain penelitian yang telah ditetapkan. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen kunci yang dibantu dengan panduan observasi, panduan wawancara dan alat elektronik seperti perekam suara dan kamera.

Teknik Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait