• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) ialah penyakit tidak menular dan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi penyebab kematian di dunia. DM merupakan penyakit kronis kompleks yang membutuhkan perawatan medis berkelanjutan dan berbagai strategi pencegahan seperti pengendalian glukosa darah dan manajemen diri pasien DM untuk mengurangi risiko multifaktorial (American Diabetes Association, 2020). Hiperglikemia kronis atau gula darah yang tinggi pada pasien DM menyebabkan beberapa komplikasi, diantaranya penyakit jantung koroner, stroke, retinopati, nefropati atau gagal ginjal dan salah satu komplikasi DM tersering adalah neuropati diabetik. Neuropati diabetik adalah kerusakan saraf yang dapat bersifat fokal atau difus, yang terjadi akibat paparan dari hiperglikemia kronis (Kuate-Tegueu, Temfack, Ngankou, Doumbe, Djientcheu, 2015).

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) Atlas (2020), kasus epidemi diabetes cenderung mengalami peningkatan dan diperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang di dunia menderita DM pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevelensi sebesar 9,3%. Kasus DM di Indonesia berada di peringkat ke-7 dari 10 negara dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu 10,7 juta (Infodatin Diabetes melitus, 2020). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi DM di Negara Indonesia

(2)

mengalami peningkatan sebesar 1,6%, yaitu dari angka 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Hampir semua provinsi menunjukkan peningkatan pada tahun 2013 hingga 2018. Terdapat empat provinsi dengan prevalensi tertinggi pada tahun 2013 hingga 2018, yaitu Yogyakarta (3,1%), DKI Jakarta (3,4%), Sulawesi Utara (2%), dan Kalimantan Timur (3,1%).

Untuk gambaran prevalensi DM di provinsi Jawa barat tahun 2018 sebesar 1,7% (Kemenkes RI, 2019).

Neuropati diabetik sebagai komplikasi dari DM paling umum dan sering terjadi pada pasien DM tipe 2 (Tanhardjo dkk., 2016). Data epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi neuropati diabetik sebesar 30%

pada pasien diabetes rawat inap dan 20% pada pasien rawat jalan. Prevalensi neuropati diabetik yang lebih tinggi ditemukan di negara-negara Timur Tengah seperti Mesir (61.3%), Yordania (57.5%), dan Lebanon (53.9%) (Janahi dkk., 2015).Sedangkan di Indonesia menurut pusat data dan informasi Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI), menunjukan prevalensi pasienDM dengan komplikasi neuropati sebesar lebih dari 50% dari penderita DM. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil Riskesdas Tahun 2013 yang menunjukkan bahwa komplikasi DM terbanyak adalah neuropati diabetik dan dialami sekitar 54%

pasien yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Neuropati Diabetik dapat memberikan dampak pada terjadinya penurunan kualitas hidup pasien DM akibat adanya kerusakan serabut saraf yang mengatur keseimbangan, yang juga dapat menimbulkan beberapa gejala, yaitu mati rasa atau ketidakpekaan terhadap sensasi getaran atau sentuhan,

(3)

ketidakpekaan terhadap suhu, parestesia, nyeri dan atau kram tajam, hilangnya reflek pergelangan kaki, gangguan motorik yang menyebabkan atrofi otot kaki, kaki rentan mengalami deformitas akibat kerusakan tulang rawan, dan juga mengakibatkan gangguan aliran darah. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan keseimbangan dan koordinasi gaya berjalan seseorang yang dapat meningkatkan lima kali lipat risiko jatuh dan cedera yang serius yang dapat terinfeksi dan menyebabkan amputasi. (Timar dkk., 2016;

Ahmad dkk., 2017).

Adanya penurunan kemampuan keseimbangan pada pasien neuropati diabetik relavan dengan hasil penelitian Timar dkk., (2016), yang menyebutkan terdapat hubungan yang signifikan antara neuropati diabetik dengan penurunan skor Berg Balance Scale (BBS) yaitu intrumen untuk menilai adanya gangguan keseimbangan fungsionaldengan p value < 0,001 dan nilai r korelasi sebesar – 0,475 yang menunjukan korelasi negatif dengan kekuatan korelasi sedang.

Selain itu, adapun penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ibnu Sina (2019) yang menyebutkan bahwa adanya hubungan diabetik neuropati dengan keseimbangan fungsional pada penderita neuropati diabetikum. Adapun nilai p value sebesar < 0,001 dan nilai r korelasi yang diperoleh untuk skor Diabetic Neuropathy Examination (DNE) terhadap BBS sebesar -0,606 menunjukan arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi kuat.

Kedua hasil penelitian di atas diperkuat dengan adanya jurnal internasional dengan judul “Effect of progressive balance training on berg balance scale in diabetic peripheral neuropathy patients” (Ejaz dkk.,2019)

(4)

bahwa keseimbangan fungsional pada pasien neuropati diabetik juga menunjukkan semakin tinggi skor neuropati maka skor keseimbangan fungsional akan menurun maka perlunya bantuan latihan keseimbangan.

Kemajuan dalam praktis klinis mengatasi neuropati diabetik ialah dengan cara nonfarmakologis berupa latihan keseimbangan untuk meningkatkan kontrol glikemik dan mempertahankan atau memulihkan fungsi saraf perifer (Hernández-Secorún dkk., 2021). Serta adapun latihan resistansi (menahan beban) meliputi chest press, lat pulldown wide grip, barbell curl, triceps press berbaring, ekstensi kaki, ikal kaki berbaring, sit-up, dan push-up menggunakan peralatan binaraga yang juga dikaitkan untuk peningkatkan sensivitas insulin dan kekuatan otot (Van Dijk dkk., 2015).

Namun masih banyak yang belum memahami dan menyadari dengan baik mengenai dampak aktifitas fisik atau latihan terhadap keamanan dan keselamatan pasien neuropati untuk menghindari resiko jatuh selama latihan, dan menyebabkan cedera. Hasil penelitian (Knauf dkk., 2014), latihan resistansi ini dapat meningkatkan rasa nyeri pada pasien neuropati selama latihan.

Meskipun pelatihan resistansi adalah bentuk latihan yang telah terbukti baik dan di rekomendasi oleh American Diabetes Association dan Perkumpulan Endrokrinologi Indonesia (PERKENI) untuk pasien DM, namun penggunaannya dalam uji klinis sebagai satu-satunya alat intervensi dengan individu dengan neuropati cukup jarang. Latihan yang dianjurkan pada pasien neuropati diabetik bersifat non-weight-bearing atau latihan tanpa beban dengan

(5)

intensitas rendah hingga sedang untuk meminimalkan risiko saat latihan, terlebih pada pasien neuropati yang sudah parah (Kurniawan & Wuryaningsih, 2016; American Diabetes Association, 2016; Hernández-Secorún dkk., 2021).

Latihan keseimbangan merupakan salah satu upaya untuk pencegahan risiko jatuh pada individu dengan meningkatkan keseimbangan statis dan kontrol postural. Ini menekanan fungsi sistem sensorimotor sebagai satu unit yang bekerja untuk meningkatkan input sensorik dan pola rektrum yang tepat dari berbagai otot dalam menjaga stabilisasi sendi dan mengatur gerakan melalui sistem saraf pusat (SSP) (Qin dkk., 2021).

Jenis latihan keseimbangan yaitu berupa aerobik intensitas sedang, yoga dan tai-chi. Ketiga jenis latihan keseimbangan tersebut memiliki manfaat untuk meningkatkan keseimbangan fungsional yang diamati skala keseimbangan Berg pada individu dengan neuropati dan juga meningkatkan kontrol postural, serta perbaikan kontrol glukosa (Holmes & Hastings, 2021).

Namun, penggunaannya dalam uji klinis masih cukup jarang dan bukti mengenai manfaat latihan yang lebih ringan, seperti yoga dan tai chi, dalam meningkatkan keseimbangan dan mengendalikan neuropati diabetik masih kurang (Kurniawan & Wuryaningsih, 2016). Serupa dengan hasil penelitian Kanjirathinghal., dkk (2021) meskipun pelatihan yoga dan latihan aerobik menunjukkan efektivitas dalam meningkatkan keseimbangan dan kinerja kekuatan, intervensi latihan aerobik disimpulkan sedikit lebih baik untuk perbaikan pasien neuropati.

(6)

Aerobik merupakan jenis modalitas latihan keseimbangan yang paling banyak dipelajari dan telah menunjukan bukti nyata mengenai manfaat terapeutik untuk pasien neuropati diabetik dengan dapat menginduksi pembalikan gangguan oksigen saraf perifer dan memulai adaptasi metabolik dalam tubuh, yang mencegah komplikasi vaskular makro dan mikro (Snehil dkk., 2019).

Latihan keseimbangan aerobik selain bermanfaat terhadap peningkatan kebugaran fisik, juga dapat menghasilkan berbagai manfaat kesehatan tambahan, terbukti manfaatnya terhadap peningkatan kerja insulin, peningkatan fungsi pembuluh darah, memperbaiki disfungsi mikrovaskular, dan serat otot yang dapat berguna dalam pengelolaan neuropati pada pasien DM (Dixit dkk., 2014; Leardini dkk., 2017; Hernández-Secorún dkk., 2021).

Latihan keseimbangan aerobik juga memiliki efek anti-glikasi yang mengakibatkan penurunan rata-rata kadar HbA, yang dimana peningkatan HbA dikaitkan dengan resiko amputasi pada pasien DM tipe 2 (Holmes & Hastings, 2021).

Berbagai jenis latihan keseimbangan aerobik seperti berjalan, berjogging, berlari, treadmill, berenang, dan juga senam kaki merupak latihan yang sifatnya aerobik low impact, yaitu gerakan ringan dengan intesitas sedang (70-80%) (Sigal dkk., 2018; Johnson & Takemoto, 2019), telah menunjukkan kemampuan untuk meningkatkan fungsi sensorimotor, daya tahan kardiorespirasi, mengurangi kelelahan, mengurangi gangguan nyeri dan meningkatkan aktivitas fisik serta dapat mencegah dan meminimalkan resiko

(7)

jatuh, dan cedera saat latihan (Kurniawan & Wuryaningsih, 2016; Darsi., 2018).

Berbagai penelitian lain telah melaporkan peningkatan fungsi saraf perifer dan kualitas hidup individu yang menjalani latihan aerobik. Dalam hasil penelitian Kiani dkk., (2018), latihan aerobik menunjukan peningkatan yang nyata dalam berbagai variabel studi konduksi saraf setelah memberikan latihan aerobik pada pasien neuropati diabetik sehingga mempengaruhi peningkatkan keseimbangan yang diamati dari skala keseimbangan berg (BBS) dan mengurangi komplikasi yang terjadi sebagai akibat dari polineuropati diabetik.

Serupa dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dixit dkk. (2014) dengan judul “Effect of aerobic exercise on peripheral nerve functions of population with diabetic peripheral neuropathy in type 2 diabetes”

menyebutkan latihan aerobik dapat meningkatkan kecepatan konsuksi saraf di kedua peroneal distal dan membantu mengendalikan perkembangan neuropati.

Kedua hasil penelitian di atas diperkuat dengan penelitian terbaru oleh Gholami (2020), dimana aerobik sebagai latihan keseimbangan dapat mengurangi gejala neuropatik, meningkatkan saraf perifer dan meningkatkan kecepatan konduksi saraf, yang dapat menguntungkan dalam komponen vaskular sehingga dapat memperkuat koordinasi pasien neuropati diabetik dalam berjalan. Begitu juga dari hasil penelitian Seyedizadeh (2020), bahwa latihan keseimbangan aerobik dapat meningkatkan kekuatan tubuh dan keseimbangan dinamis meningkat.

(8)

Berdasarkan pada beberapa hasil penelitian yang relevan, maka dapat disimpulkan bahwa derajat neuropati pada pasien DM mempengaruhi perubahan fungsi pada sistem saraf yang mengatur keseimbangan dan berpengaruh juga pada besarnya perubahan gangguan keseimbangan fungsional pada pasien DM, yang dapat berdampak pada tingginya risiko jatuh pada pasien. Oleh karena itu, berdasarkan paparan tersebut maka peneliti tertarik untuk menggali mengenai “Pengaruh latihan keseimbangan : Aerobik terhadap fungsi keseimbangan pada pasien neuropati diabetik”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan pada penelitian ini ialah

“Adakah Pengaruh latihan keseimbangan : Aerobik terhadap fungsi keseimbangan pada pasien neuropati diabetik.”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi adakah Pengaruh latihan keseimbangan : aeobik terhadap fungsi keseimbangan pada pasien neuropati diabetik.

2. Tujuan Khusus

a. Mencari persamaan penelitian dengan menggunakan literature review berkaitan Pengaruh latihan keseimbangan : Aerobik terhadap fungsi keseimbangan pada pasien neuropati diabetik

(9)

b. Mencari perbandingan penelitian dengan menggunakan literature review berkaitan Pengaruh latihan keseimbangan : Aerobik terhadap fungsi keseimbangan pada pasien neuropati diabetik

c. Mencari kelebihan penelitian dengan menggunakan literature review berkaitan Pengaruh latihan keseimbangan : Aerobik terhadap fungsi keseimbangan pada pasien neuropati diabetik

d. Melihat sebelum dan sesudah berkaitan Pengaruh latihan

keseimbangan : Aerobik terhadap fungsi keseimbangan pada pasien neuropati diabetik dengan menggunakan literature review

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan wawasan tentang pengaruh latihan keseimbangan aerobik terhadap fungsi keseimbangan pada pasien neuropati diabetik.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan perawat sebagai acuan untuk mengetahui adanya gangguan kesimbangan, risiko jatuh, dan cedera pada pasien neuropati diabetikum akibat hiperglikemia kronis yang tidak terkontrol. Dan pengaruh latihan keseimbangan aerobik untuk

(10)

menjaga keseimbangan dan koordinasi berjalan pasien neuropati diabetik.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi ini dapat menjadi bahan tambahan kepustakaan dan dapat dijadikan materi dalam pengajaran. Selain itu, hasil studi ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya mengenai neuropati diabetik.

c. Pelayanan Kesehatan

Hasil studi ini dapat digunakan oleh pelayanan kesehatan sebagai data aktual mengenai jumlah pasien neuropati diabetikum dengan keseimbangan fungsional. Dan diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan dan asuhan keperawatan.

d. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi data penunjang bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh latihan keseimbangan aerobik terhadap fungsi keseimbangan pada pasien neuropati diabetik.

E. Ruang Lingkup 1. Materi

Ruang lingkup dalam literature review ini adalah semua jurnal dan buku sebagai sumber data yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu pengaruh latihan keseimbangan : aerobik terhadap fungsi keseimbangan

(11)

pada pasien neuropati diabetik. Semua sumber referensi diperoleh dari google schoolar, pubmed, ebsco host, clinikalkey nursing dan proquest.

Materi pembahasan yaitu Keperawatan Gawat Darurat atau Kritis.

2. Waktu

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2022.

Referensi

Dokumen terkait

Bila dibandingkan hasil uji t antara latihan aerobik intensitas ringan (59% HR MAX ) dengan latihan aerobik intensitas sedang (79% HR MAX ) maka di dapatkan

2 A SYNOPSIS OF THE REGULATORY INSTRUMENTS DETERMINING THE DISPUTE RESOLUTION FRAMEWORK The legislation determining the structure of the dispute resolution framework includes: 1