• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Literasi kesehatan merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan derajat kemampuan seseorang dalam memperoleh, menilai, memahami informasi dan pelayanan kesehatan untuk membuat keputusan kesehatan yang sesuai.1 National Assessment of Adult Literacy mendefinisikan literasi kesehatan sebagai kemampuan individu dalam menggunakan informasi kesehatan yang nantinya akan digunakan di tengah masyarakat untuk mencapai tujuan, serta mengembangkan pengetahuan dan potensinya.2 Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa literasi kesehatan merupakan salah satu faktor penting pada individu dalam memutuskan pengobatan yang sesuai dengan kondisinya.

Literasi kesehatan yang rendah juga dapat menyebabkan kemampuan manajemen diri yang buruk sehingga berdampak pada ketidakpatuhan akan pengobatan, health outcome yang buruk, dan biaya pengobatan yang lebih besar. Tidak hanya itu, terbatasnya literasi kesehatan juga dapat menghambat komunikasi antara pasien dengan tenaga kesehatan sehingga mereka lebih sulit untuk menerima informasi–informasi yang diberikan. Dari hal tersebut, dapat dikatakan bahwa literasi kesehatan memiliki andil yang cukup besar dalam bidang kesehatan sehingga literasi kesehatan ini menjadi tanggung jawab bersama baik individu itu sendiri. Tingkat literasi kesehatan pada masyarakat

(2)

juga penting diketahui untuk melihat sejauh mana pengetahuan masyarakat akan kesehatan.3

Literasi yang rendah berhubungan dengan tekanan darah yang tidak terkontrol pada pasien hipertensi. Tekanan darah yang tidak terkontrol ini dapat menyebabkan berbagai masalah seperti stroke dan lain–lain. Petugas kesehatan perlu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mau membaca informasi kesehatan yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan self efficacy sehingga perilakunya pun akan sesuai dengan yang diharapkan.3

Hipertensi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah di atas normal, dengan nilai istolik > 140 mmHg dan sistolik >

90 mmHg. Hipertensi sering disebut sebagai silent killer (pembunuh gelap), karena merupakan penyakit yang mematikan, kadang tanpa disertai gejala- gejalanya terlebih dahulu. Faktor resiko, seperti faktor jenis kelamin, usia, dan genetik adalah yang tidak dapat diganti atau dikontrol . Sedangkan faktor yang dapat diganti atau dikontrol adalah gaya hidup sehat yang meliputi pola makan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol, asupan garam yang berlebihan, kebiasaan-kebiasaan merokok, minum alkohol, tidak mau olahraga, kele bihan berat badan dan stres.4

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 menujukan bahwa di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi. Angka kejadian hipertensi meningkat menjadi 29,2%. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang termasuk Indonesia.5

(3)

Menurut National Basic Health Survey (2016) bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia pada usia 35-44 tahun adalah 9,1 %, usia 45-54 tahun sebanyak 15,0 %, usia 55-64 tahun 15,9 %, usia 65-74 tahun 20,4 % dan usia lebih dari 75 tahun adalah 39,6 %.6 Profil data kesehatan Indonesia tahun 2014 menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2015, dengan proporsi kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia.7 Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2016, dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa prevelansi hipertensi menduduki peringkat tertinggi keempat dengan proporsi 5,8% setelah persendian, jantung dan gangguan mental.8

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Bandung pada tahun 2014 pola penyakit penderita rawat jalan di Puskesmas berdasarkan hasil surveilens penyakit tidak menular, hipertensi merupakan penyakit yang menempati urutan pertama dengan jumlah 45,097 kasus atau 14,89% pada golongan umur 45-64 tahun dan pada umur 65 tahun keatas dengan jumlah 25,255 kasus atau 20,25%.9

Penyakit yang paling banyak dijumpai pada usia lanjut adalah penyakit jantung koroner, penyakit jantung pulmonik, dan hipertensi. Hipertensi merupakan faktor resiko penting bagi penyakit kardiovaskuler. Sekarang telah diakui bahwa hipertensi pada lansia memegang peranan penting sebagai faktor resiko baik untuk jantung maupun otak yang berakibat pada munculnya stroke dan penyakit jantung koroner. Salah satu penyakit degeneratif yang sering

(4)

terjadi adalah hipertensi.10 Hipertensi masih menjadi masalah karena masih banyak pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.11

Penyebab hipertensi beragam diantaranya adalah: stress, kegemukan, merokok, sensitifitas terhadap angiotensin, hiperkolesteroemia, penyakit ginjal, kurang olah raga, genetik. Bahaya hipertensi dapat memicu rusaknya berbagai organ tubuh diantaranya: ginjal, otak, jantung, mata, menyebabkan resistensi pembuluh darah dan stroke. Perilaku keluarga yang salah dalam pemenuhan diet hipertensi dapat menyebabkan ancaman komplikasi hipertensi yang berakibat memburuknya kesehatan.13

Salah satu cara untuk menanggulangi masalah kesehatan adalah dengan pencegahan terjadinya hipertensi bagi masyarakat secara umum dan pencegahan kekambuhan pada penderita hipertensi pada khususnya.

Pencegahan hipertensi perlu dilakukan oleh semua penderita hipertensi agar tidak terjadi peningkatan tekanan darah yang lebih parah, pencegahanya seperti melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan stress. Tetapi tidak semua penderita hipertensi dapat melakukan pencegahan terhadap penyakitnya. Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan penderita hipertensi tentang pencegahan kekambuhan penyakitnya tidaklah sama. Ketidakpatuhan dapat menyebabkan tujuan terapi dari pasien tidak tercapai dan terjadi peningkatan biaya kesehatan.14

(5)

Kepatuhan dapat digunakan sebagai parameter tingkat pengetahuan pasien melakukan instruksi dari tenaga medis yang berupa pengetahuan tentang resep, meminum obat secara teratur dan tepat dan merubah gaya hidup. Tujuan pengobatan pada penderita hipertensi adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, akan tetapi banyak yang berhenti berobat ketika tubuhnya sedikit membaik, sehingga diperlukan kepatuhan pasien yang menjalani pengobatan hipertensi agar didapatkan kualitas hidup pasien yang lebih baik. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam berobat antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat penghasilan, kemudahan menuju fasilitas kesehatan dan tersedianya asuransi kesehatan yang meringankan pasien dalam membayar biaya pengobatan.15

Klien yang patuh terhadap pengobatan memiliki prognosis yang jauh lebih baik dari pada klien yang tidak patuh terhadap pengobatan. Beberapa obat yang digunakan untuk menangani hipertensi antara lain: diuretik, antagonis kalsium, beta blocker, ace inhibitor, angiotensin-2 receptor blocker (arb), penghambat renin. Klien yang tidak patuh terhadap pengobatan akan memperburuk kondisi kesehatannya. Hal ini sangat berbahaya karena dapat lebih meningkatkan tekanan darah sebelumnya dan dapat meningkatkan resiko komplikasi akibat hipertensi bahkan menyebabkan kematian.

Keberhasilan suatu pengobatan akan mempengaruhi kepatuhan penderita hipertensi itu sendiri. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat

(6)

merugikan dan pada akhirnya akan berakibat fatal serta dapat memperlama masa sakit atau meningkatkan keparahan penyakt.16

Ketidakpatuhan pada pasien hipertensi dengan tidak minum obat antihipertensi dapat menyebabkan komplikasi pada penyakit hipertensi sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ meliputi otak, karena hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke kemudian kerusakan pada jantung, hipertensi meningkatkan beban kerja jantung yang akan menyebabkan pembesaran jantung sehingga meningkatkan risiko gagal jantung dan serangan jantung.17

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jan Warren- Findlow, PhD dkk (2014) tentang Assessing Health Literacy of Hypertensive Patients in a Primary Care Setting Using a Self- administered Questionnaire mengatakan bahwa sampel orang dewasa dengan hipertensi ini, hanya 28,4% yang memenuhi kriteria literatur kesehatan. Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa orang kulit hitam di Midwest memiliki peluang 77% berkurang (OR = 0,23, 95% CI = 0,13-0,42) dari penilaian dalam rentang kepatuhan yang memadai setelah disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan pendidikan.18

Penelitian yang dilakukan oleh Farrukh Shahzad dkk (2018) tentang A Cross-Sectional Assessment of Health Literacy among Hypertensive Community of Quetta City, Pakistan Bahwa interpretasi dari asosiasi yang signifika antara status pendidikan mengungkapkan korelasi positif (τ = 0,300 dan 0,436 masing-masing domain 2 dan 5) dimana responden dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki informasi yang cukup untuk mengelola

(7)

kesehatan mereka dan memiliki penilaian yang lebih baik dalam menilai informasi terkait kesehatan.19

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 13 April 2019 di Puskesmas Garuda didapatkan sebanyak 103 orang mengalami hipertensi >

60 tahun. Literasi kesehatan sudah diterapkan di Puskesmas Garuda yaitu melalui program promkes untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan tetapi Budaya literasi di lansia masih sangat kurang. Literasi kesehatan yang rendah akan berdampak buruk pada kondisi kesehatan seseorang. Selanjutnya saya melakukan wawancara yang dilakukan pada 9 orang lansia yang mengalami hipertensi didapatkan 4 warga mengatakan patuh minum obat agar cepat sembuh dan 5 lainnya tidak patuh minum obat dengan alasan lupa untuk minum obat dan bosan untuk minum obat. Pasien yang menderita hipertensi sering mengontrol tekanan darahnya ke Puskesmas. Mereka yang tidak patuh minum obat mengatakan ketika lupa minum obat tekanan darah mereka naik atau mengalami pusing. Sedangkan pasien yang patuh minum obat meyakini bahwa mematuhi minum obat akan mengurangi kekambuhan tekanan darah yang dideritanya. Sebagian pasien juga mengatakan lelah minum obat dan bosan.

Berdasarkan latar belakang diatas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Hubungan literasi kesehatan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat di kalangan di Puskesmas Garuda Kota Bandung Tahun 2019”.

(8)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti dapat merumuskan bagaimana hubungan literasi kesehatan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat di kalangan lansia di Puskesmas Garuda Kota Bandung Tahun 2019.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan literasi kesehatan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat di kalangan lansia di Puskesmas Garuda Kota Bandung Tahun 2019

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisa gambaran literasi kesehatan tentang hipertensi di kalangan lansia di Puskesmas Garuda Kota Bandung Tahun 2019

b. Untuk menganalisa gambaran kepatuhan minum obat di kalangan lansia di Puskesmas Garuda Kota Bandung Tahun 2019

c. Untuk menganalisa Hubungan literasi kesehatan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat di kalangan lansia di Puskesmas Garuda Kota BandungTahun 2019.

(9)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi lanjut usia dan keluarga lanjut usia untuk merubah dimensi hubungan sosial, agar kualitas hidup lanjut usia menjadi lebih baik.

2. Manfaat Praktis a. Bagi lansia

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan tambahan mengenai literasi kesehatan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat di kalangan lansia hipertensi

b. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran dan informasi bagi puskesmas tentang literasi kesehatan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat di kalangan lansia hipertensi serta dapat dijadikan sebagai suatu program yang bisa ditindak lanjuti untuk mengurangi angka kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskesmas tersebut.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk peneliti selanjutnya dan menjadi referensi yang dapat membantu dalam melaksanakan penelitian berikutnya terkait literasi kesehatan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat di kalangan lansia hipertensi.

(10)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memberi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Ruang Lingkup Lokasi Penelitian Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Garuda Kota Badung Tahun 2019.

2. Ruang Lingkup Waktu Penelitian.

Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Mei 2019 3. Ruang Lingkup Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian korelasi 4. Ruang Lingkup Materi

Materi yang di bahas dalam penelitian ini adalah materi hipertensi, kepatuhan dan lansia.

Referensi

Dokumen terkait

BAB I PENDAHULUAN Pada bab I akan dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka penelitian yang akan

1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan serta sistematika penulisan dalam pembuatan sistem penyeimbang pada