STIKes Dharma Husada Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung zat etanol dan zat psikoaktif yang bila dikonsumsi akan mengakibatkan kehilangan kesadaran. Alkohol tidak hanya digunakan dalam dunia medis saja akan tetapi masyarakat juga sering menggunakan minuman keras (Aan, 2011). Di Indonesia, minuman beralkohol sudah banyak merambah dari masyarakat menengah ke atas sampai golongan masyarakat berekonomi ke bawah.
Tidak dipungkiri akses untuk memperoleh minuman beralkohol sangat mudah. Menurut Laporan Status Global mengenai Alkohol dan Kesehatan 2011 keluaran WHO, tak kurang dari 320.000 orang antara usia 15-29 tahun meninggal setiap tahun karena berbagai penyebab terkait alkohol. Jumlah ini mencapai 9% dari seluruh kematian dalam kelompok usia tersebut (Dinata, 2013).
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), pada tahun 2017 angka prevalensi penyalahgunaan minuman beralkohol dalam satu tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan dari 32% menjadi 54% dari total populasi yang ada. Menurut survei tingkat kejadian minuman keras tertinggi pada tahun 2015 ada di kota, namun pada survei tahun 2017 presentase hampir sama besar antara kota dan kabupaten. Apabila dilihat dari angka
STIKes Dharma Husada Bandung
prevalensi pada tahun 2015, masyarakat di kota lebih banyak mengonsumsi alkohol, akan tetapi pada tahun 2017 terjadi pola yang sebaliknya (Jahya, 2012).
Peraturan mengenai minuman beralkohol saat ini telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, mulai dari tingkat undang-undang sampai pada tingkat peraturan daerah. Di tingkat Undang-undang atau peraturan pemerintah, pengaturan minuman beralkohol yaitu Peraturan Presiden (perpres) Nomor 74 tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol (Mahmuzar, 2010). Program pemerintah dalam mengatasi penjualan minuman beralkohol antara lain Kementrian Perdagangan menerbitkan Permendag No. 6/2015 tentang pengendalian dan pengawasan terhadap peredaran, pengadaan dan penjualan minuman beralkohol, dalam aturan tersebut minimarket dan pengecer lainnya harus menarik produk minuman beralkohol dari peredaran. Selain itu, pemerintah juga menaikan tarif cukai minuman beralkohol.
Minuman beralkohol dapat mengakibatkan berbagai kerusakan baik biologis, Psikologis dan sosial. Dampak biologis meliputi kerusakan otak, penyakit jantung, kanker, masalah paru dan lain sebagainya. Alkohol bisa menyebabkan penyakit jantung karena mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah sehingga jantung akan bekerja lebih keras dari biasanya, sehingga akan merusak jantung. Hasilnya sering kali berupa Cardiomyopathy yaitu kondisi dimana otot jantung melemah. Jantung yang
STIKes Dharma Husada Bandung
rusak tidak dapat memompa dengan efisien, serta rentan terhadap penggumpalan darah dan ritme yang ganjil (aritmia) terutama saat minum banyak alkohol Muttaqin (2009). Dampak psikologi mengkonsumsi minum-minuman keras diantaranya dengan hilangnya kesadaran diri sehingga sulit mengendalikan pikiran, perasaan dan tindakan. Timbulnya perilaku agresif, destruktif, apatis, rasa takut, dan tidak bertanggung jawab, serta emosi yang tidak stabil, dan intelektual yang semain hari semakin berkurang. Selain itu, alkohol juga menimbulkan dampak sosial yaitu kurang menghargai orang lain bahkan tidak hormat terhadap orang lain, serta kehilangan kemampuan untuk membedakan hal yang baik dan buruk (Sofyan, 2014). Remaja merupakan pengonsumsi alkohol terbanyak karena masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa (Sarwono, 2011)
Remaja merupakan salah satu populasi terbesar didunia. Masa remaja adalah masa transisi dimana seseorang belum dikatakan dewasa namun bukan anak-anak (Stuart, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Yudrik, 2011).
STIKes Dharma Husada Bandung
Data dari Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia, jumlah penduduk remaja di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tahun 2006, remaja Indonesia berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 dari jumlah penduduk. Tahun 2008, jumlah remaja di Indonesia diperkiraan sudah mencapai 62 juta jiwa. Dari data riset kesehatan dasar (RisKesdas) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam (Suhardi 2011), pada tahun 2007 jumlah remaja pengonsumsi minuman beralkohol masih dalam angka 4,9 %. Tahun 2014, jumlah melonjak hingga angka 23%
dari total jumlah remaja saat ini. Penelitian yang dilakukan oleh (Yamani, 2009) mengemukakan bahwa sebagian besar korban penyalahgunaan narkotika dan minuman beralkohol adalah remaja, yang terbagi dalam golongan umur 14-16 tahun (47,7%); golongan umur 17-20 tahun (51,3%);
golongan umur 21-24 tahun (31%).
Menurut Erickson 1963 (dalam Jahja, 2012), masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Masa remaja awal dimana remaja masih terheran- heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Masa remaja pertengahan dimana remaja sangat membutuhkan kawan-kawan, mereka senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Masa remaja akhir yaitu masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai dengan pencapaian hal-hal tertentu, misalnya minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
STIKes Dharma Husada Bandung
Karakteristik remaja menurut Hall (Sarwono, 2011), masa remaja merupakan “strum and drank” (topan dan badai), masa penuh emosi dan ada kalanya emosi meledak-ledak karena adanya pertentangan nilai-nilai. Emosi yang menggebu-gebu ini ada kalanya menyulitkan bagi remaja maupun orang-orang dewasa di sekitarnya. Namun, emosi yang menggebu-gebu ini juga bermanfaat bagi remaja dalam upayanya menemukan identitas diri.
Reaksi orang-orang sekitarnya akan menjadi pengalaman belajar bagi remaja untuk menentukan tindakan yang kelak akan dilakukannya.
Remaja bisa mengonsumsi minuman-minuman beralkohol ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat, kelompok bermain, dan faktor lingkungan. Faktor keluarga yaitu orang tua sangat berperan penting dalam menanamkan dasar kepribadian anak. Faktor sekolah yang merupakan lingkungan pendidikan yang secara garis besar masih bersifat formal. Anak remaja yang masih duduk dibangku SMP maupun SMU pada umumnya mereka menghabiskan waktu mereka selama 7 jam disekolah setiap hari. faktor masyarakat yang merupakan lingkungan yang terluas bagi remaja sekaligus paling banyak menawarkan pilihan. Ketika dalam lingkungan inilah remaja dihadapkan dengan berbagai bentuk kenyataan yang ada dalam kehidupan masyarakat yang berbeda-beda, apalagi perkembangan moral kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelompok bermain merupakan dua media sosialisasi yang sangat berkaitan, karena seorang individu akan memiliki kelompok bermain atau pergaulan dalam lingkungan tempat tinggal
STIKes Dharma Husada Bandung
tersebut. Media masa dapat juga disebut sebagai sosialisasi yang dapat mempengaruhi kepribadian dan perilaku seorang individu. Pesan-pesan yang disampaikan lewat media masa seperti televisi mampu mempengaruhi kepribadian bagi orang yang melihatnya (Sofyan, 2014).
Berdasarkan beberapa faktor penyebab kenakalan remaja dan konsumsi minuman beralkohol yang paling besar pengaruhnya adalah faktor keluarga atau pola asuh orang tua karena anak pada umumnya berhubungan dekat dengan orang tua dan lingkungan keluarga, karena dari anak pertama lahir orang tua yang mengasuh dan mendidik anak sehingga orang tua dijadikan sebagai model atau contoh bagi meraka. Peran orang tua dan lingkungan sangat penting dan besar pengaruhnya untuk membentuk karakter anak. Karena keluarga adalah lingkungan yang paling dekat dengan mereka. Apabila pola asuh orang tua terhadap anaknya di rumah ditetapkan dengan baik, maka dilingkungan sekolah atau masyarakat anak akan berperilaku dengan baik pula, begitupun sebaliknya jika pola asuh yang diberikan orang tua kurang baik maka akan berdampak kurang baik pada anak (Agus, 2009).
Pola asuh diartikan sebagai kedisiplinan. Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan kepada anak perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Adapun tujuan kedisiplinan adalah memberitahukan kepada anak sesuatu yang baik dan buruk serta mendorongnya untuk berperilaku dengan standar yang berlaku dalam lingkungan di sekitarnya. Perilaku orang tua terhadap anak sesuai dengan tipe pola asuh yang dianut antara
STIKes Dharma Husada Bandung
lain, pola asuh otoriter adalah pola asuh dimana individu menggunakan peraturan yang ketat dan menuntut agar peraturan itu dipenuhi. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang memberikan kebebasan pada individu tanpa mengambil keputusan. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan yang realistis (Hurlock, 2000). Hal ini didukung oleh penelitian (Maria, 2017) faktor yang mempengaruhi remaja dalam mengkonsumsi alkohol salah satunya yaitu kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, dan komunikasi orang tua dengan anak. Dampak alkohol bagi remaja yaitu dapat mengakibatkan gangguan fisik seperti hepatitis dan gangguan jiwa seperti gangguan daya ingat. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pola asuh orang tua kategori cukup sebanyak 16 orang (53,3%) dan kategori sedang 14 orang (46,7%).
Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua, antara lain faktor sosial ekonomi, faktor tingkat pendidikan, jumlah anak, dan nilai-nilai yang dianut orang tua. Berdasarkan keterangan diatas banyak faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua, sehingga suatu bentuk pola asuh sangat tergantung pada bagaimana keluarga pada bagaimana keluarga menata pola dalam mengasuh anak yang nantinya akan berpengaruh kepada perilaku anak kedepannya.
Data badan statistik Kabupaten Belitung Timur jumlah penduduk di Belitung Timur sebanyak 121.971. Jumlah laki-laki 63.503 dan jumlah
STIKes Dharma Husada Bandung
perempuan 58.468. Dari data penertiban yang dilakukan Satuan Pamong Praja di kabupaten Belitung Timur pada tahun 2017 jumlah kenakalan remaja masih sangat banyak yaitu berjumlah 121 orang dalam 7 kasus, data yang paling banyak yaitu minuman beralkohol dengan jumlah 38 orang atau 3,1 % dari kenakalan remaja yang ada di Kabupaten Belitung Timur dan dengan data terbanyak yaitu di desa Simpang pesak dibandingkan desa Dendang yang hanya 6 orang. Penduduk Desa Desa Simpang Pesak sendiri berjumlah 8133, jumlah laki-laki 4225 dan jumlah perempuan 3908.
Jumlah remaja dengan rentang usia 15-19 tahun, remaja laki-laki 170 dan remaja perempuan 166 dengan total keseluruhan adalah 336.
Menurut pengakuan sekretaris Desa Simpang Pesak ibu Eva Armi, pada tanggal 12 Januari 2019 di Desa Simpang Pesak orang yang mengonsumsi minuman beralkohol adalah remaja, dewasa dan orang tua.
Orang dewasa menjadikan minuman beralkohol sebagai jamu, mereka beranggapan minuman beralkohol sebagai penguat stamina. Paling banyak pengonsumsi minuman beralkohol di Desa Simpang Pesak adalah di kalangan remaja. Menurut pengakuan sekretaris Desa Simpang Pesak, lebih dari 30 remaja di Desa Simpang Pesak yang mengonsumsi minuman beralkohol dan pernah ada 2 remaja meninggal karena kecelakaan motor akibat mengonsumsi minum-minuman beralkohol di Desa Simpang Pesak.
Penyebab utama seseorang minum-minuman beralkohol di Desa Simpang Pesak adalah mudahnya mendapatkan minuman beralkohol, selain itu juga pendidikan yang salah di keluarga, seperti terlalu memanjakan anak,
STIKes Dharma Husada Bandung
penolakan terhadap ekstensi anak, dan orang tua yang juga mengonsumsi minuman beralkohol menjadi penyebab terjadinya seseorang mencoba untuk meminum minuman beralkohol. Menurut Linmas Desa Simpang Pesak bapak Yayan seorang anak menjadi pemabuk karena kurangnya pengawasan orang tua dan orang tua yang mengonsumsi minuman beralkohol sehingga anak-anaknya juga ikut mencoba, serta komunikasi antara anak dan orang tua yang kurang. Peneliti juga melakukan wawancara kepada 10 remaja di Desa simpang Pesak, hampir semua jawaban mereka sama yaitu mereka minum-minuman beralkohol karena ayah mereka juga sering meminumnya, sehingga mereka sudah terbiasa dari kecil dengan keadaan keperti itu dan mereka akhirnya juga ikut mencoba sehingga ketagihan.
Berdasarkan dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai pola asuh orang tua, dalam hal ini orang tua yang mempunyai anak minum-minuman beralkohol. Alasan penulis ingin mengambil judul tersebut karena penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh pola asuh orang tua dengan perilaku minum-minuman beralkohol pada remaja di Desa Simpang pesak. Belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai “ pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku minum-minuman beralkohol pada remaja di desa Simpang Pesak”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Apakah ada Hubungan Pola Asuh
STIKes Dharma Husada Bandung
Orang Tua dengan Perilaku Minum-Minuman Beralkohol di Desa Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku minum- minuman beralkohol pada remaja di Desa Simpang Pesak.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pola asuh orang tua di Desa Simpang Pesak, Kabupaten Belitung Timur terkait dengan perilaku minum keras.
b. Mengidentifikasi perilaku minum minuman keras pada remaja di Desa Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur
c. Mengidentifikasi hubungan pola asuh dengan perilaku penyalahgunaan minuman beralkohol pada remaja di Desa Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi remaja
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang pentingnya pola asuh orang tua untuk perilaku remaja khususnya dalam hal minum minuman keras.
STIKes Dharma Husada Bandung
2. Bagi keluarga
Sebagai bahan masukan dalam memperbaiki pemberian pola asuh yang adekuat pada remaja agar tidak terjerumus dalam perilaku minum minuman keras.
3. Bagi Masyarakat
Mengetahui pola asuh yang tepat dan efektif dalam mencegah perilaku penyalahgunaan minum-minuman keras.
4. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan supaya pihak puskesmas dapat memberikan lebih banyak informasi atau Pendidikan kesehatan untuk masyarakat
E. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari:
1. Ruang lingkup waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2019.
2. Ruang lingkup tempat
Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur
3. Ruang lingkup materi
Ruang lingkup materi penelitian ini adalah keperawatan keluarga dan keperawatan Jiwa mengenai pola asuh orang tua dan perilaku minum- minuman keras pada remaja.
STIKes Dharma Husada Bandung