• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merebaknya virus baru di akhir tahun 2019 cukup menggaduhkan dunia dan membuat masyarakat resah, virus ini dikenal dengan virus corona (COVID-19). COVID-19 merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Virus ini termasuk kedalam jenis virus baru yang sebelumnya belum pernah diidentifikasi pada manusia. Selain itu, virus corona merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).(1) Jumlah kasus COVID-19 meningkat dengan cepat dan menyebar antar negara. Sampai dengan tanggal 23 April 2022, dilaporkan total kasus terkonfirmasi di Indonesia sebanyak 6.043.768 dengan kasus sembuh 5.868.251 dan kasus meninggal 156,067.(2) Data COVID-19 di Jawa Barat sampai tanggal 24 April 2022 terkonfirmasi 1.105.030 dengan kasus sembuh 1.083.841 dan kasus meninggal 15.751.(3) Data COVID-19 terkonfirmasi di Kabupaten Garut per tanggal 20 April 2022 sebanyak 30.859 kasus, sedangkan data terkonfirmasi di Kadungora sebanyak 1.247 kasus.(4)

Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi, penularan COVID-19 terjadi dari orang yang bergejala ke orang lain yang berada dalam jarak dekat melalui droplet (percikan cairan saat batuk dan bersin). Selain secara langsung, penularan COVID-19 juga dapat terjadi melalui permukaan maupun benda yang terkontaminasi droplet orang terinfeksi. Sehingga, penularan COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dan kontak tidak langsung (permukaan/benda).(1)

Dengan adanya peningkatan wabah COVID-19 yang terjadi sangat pesat membuat fasilitas kesehatan Rumah Sakit menjadi terbatas. Hal ini

(2)

menyebabkan kapasitas tempat tidur yang melebihi batas, minimnya alat yang tersedia dan tabung oksigen yang terbatas.(5) Untuk mengatasi hal tersebut, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.01/MENKES/18/2022 tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus COVID-19 Varian Omicron (B.1.1.529). SE yang ditetapkan pada tanggal 17 Januari 2022 tersebut memuat ketentuan mengenai isolasi bagi pasien COVID-19 termasuk konfirmasi kasus Omicron.(6)

Pemerintah menghimbau masyarakat agar orang yang bergejala ringan maupun yang tidak bergejala dapat melakukan isolasi mandiri di rumah dan terlebih dahulu menghubungi Puskesmas setempat guna mendapatkan informasi dan arahan tentang isolasi mandiri. Hal ini dikarenakan rumah sakit mengutamakan merawat pasien yang memiliki gejala sedang hingga berat dan memerlukan tindakan medis dengan penyakit penyerta, sehingga memerlukan pengawasan sesuai dengan peralatan yang tersedia.(5) Isolasi merupakan salah satu cara untuk mengurangi risiko penularan COVID-19 dengan menjaga agar individu yang sakit tidak menyebarkan virus ke orang lain.(1)

Orang yang melakukan isolasi mandiri membutuhkan pengawasan dan komunikasi dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan informasi terkait hal-hal yang harus dilakukan saat isolasi mandiri. Informasi tersebut bisa diperoleh dari Pemerintah Pusat melalui link https://isoman.kemkes.go.id/

yang didalamnya terdapat akses untuk konsultasi dengan dokter, jika pasien termasuk kedalam kategori layak isoman maka akan diberikan resep digital untuk mendapatkan obat secara gratis. Selain itu, terdapat pula link yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu https://pikobar.jabarprov.go.id/isoman yang berisikan panduan dan informasi terkini seputar isolasi mandiri juga konsultasi dengan dokter dan pemenuhan kebutuhan isolasi mandiri seperti vitamin, obat maupun tabung oksigen.

Tujuan adanya link isolasi mandiri yang dapat diakses secara online yaitu agar semua pasien COVID-19 konfirmasi positif mendapatkan layanan medis tepat waktu tanpa perlu antri di Rumah Sakit.

(3)

Penyerapan informasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik individu (usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, kepemilikan HP dan jaringan internet) juga proses komunikasi (akses informasi, sumber informasi, jaringan komunikasi, media pesan dan jenis pesan). Informasi diterima melalui proses komunikasi yaitu komunikasi langsung dan tidak langsung. Komunikasi ialah pengiriman serta penerimaan pesan atau informasi antara dua orang atau lebih menggunakan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud bisa dipahami. Seorang komunikator harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang sesuai sehingga seorang komunikan dapat menangkap pesan dengan cepat dan tepat.(7) Komunikasi langsung merupakan proses komunikasi yang dilakukan secara langsung tanpa adanya pihak ketiga maupun media dan tidak dibatasi jarak, contohnya seperti tatap muka.

Sedangkan komunikasi tidak langsung ialah proses komunikasi yang dilakukan melalui pihak ketiga seperti media.(8) Dalam hal ini, peran petugas kesehatan dibutuhkan untuk melakukan komunikasi dengan pasien kasus COVID-19 yang sedang isolasi mandiri di rumah. Komunikasi yang dikemukakan oleh Pemerintah mencoba menjelaskan bahwa adanya keterbatasan petugas sehingga diperlukan komunikasi secara tidak langsung agar masyarakat bisa mendapat akses cepat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dian Hayati, Misnaniarti dan Haerawati Idris, penyebab masalah pada kasus COVID-19 yaitu kurangnya sosialisasi yang dilakukan terkait pedoman pencegahan maupun pelacakan kontak dan isolasi mandiri penderita COVID-19 sehingga upaya yang dilakukan dengan penyuluhan terkait COVID-19, pelacakan kontak dan isolasi mandiri.(9)

Berdasarkan uraian diatas fokus penelitian ini adalah ingin mengetahui differensiasi (perbedaan) penerimaan informasi pada kasus COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri menurut karakteristik individu di wilayah Puskesmas Kadungora. Hal ini penting sebagai bahan evaluasi program komunikasi informasi kasus COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri,

(4)

maupun sebagai bahan kajian lanjutan tentang literasi kesehatan masyarakat khususnya tentang COVID-19.

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yaitu banyaknya kasus COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri. Individu yang melakukan isolasi mandiri wajib dipantau karena jika tidak dipantau dapat terjadinya perubahan gejala ringan menjadi gejala berat hingga kematian. Selain itu, perlu diperhatikan komunikasi antar petugas kesehatan dengan pasien isoman apakah berjalan dengan baik atau sebaliknya. Hal ini menjadi masalah yang cukup penting karena jika pasien isoman tidak mengetahui informasi apapun terkait pelaksanaan isolasi mandiri di rumah, kemungkinan besar dapat terjadinya penularan virus kepada anggota keluarga lain di rumah.

Berdasarkan pokok masalah tersebut, maka perumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Bagaimana Diferensiasi Komunikasi Informasi dan Perilaku pada Kasus COVID-19 yang melakukan Isolasi Mandiri menurut Karakterisik Individu di Wilayah Puskesmas Kadungora”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui diferensiasi informasi (akses informasi, sumber informasi, jaringan komunikasi, pesan yang diterima) dan perilaku pada kasus COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri menurut karakteristik individu.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, kepemilikan handphone, ketersediaan jaringan internet) kasus COVID- 19 yang melakukan isolasi mandiri.

b. Mengetahui komunikasi informasi (akses informasi, sumber informasi, jaringan komunikasi, jenis pesan, media pesan) pada kasus COVID-19

(5)

c. Mengetahui perilaku pencegahan penularan COVID-19 dan pengobatan yang dilakukan kasus COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri.

d. Mengetahui perbedaan komunikasi (akses informasi, sumber informasi, jaringan informasi, pesan yang diterima) dan perilaku (pencegahan penularan COVID-19 dan pengobatan) menurut karakteristik kasus COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri (usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, kepemilikan handphone, ketersediaan jaringan internet).

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Dapat mengetahui bagaimana sistem informasi yang diberikan oleh pihak Puskesmas kepada pasien COVID-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri.

2. Bagi Puskesmas

Dengan adanya penelitian ini, dapat dijadikan bahan evaluasi oleh Puskesmas terkait komunikasi antara petugas Puskesmas dengan pasien isolasi mandiri kasus COVID-19.

3. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Dharma Husada Bandung

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber bacaan maupun referensi pendukung dalam menambah pengetahuan pada bidang Kesehatan Masyarakat khususnya terkait komunikasi informasi pada kasus COVID- 19 yang melakukan isolasi mandiri.

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kadungora Kabupaten Garut.

2. Lingkup Materi

(6)

Penelitian ini membahas mengenai Diferensiasi Komunikasi Informasi dan Perilaku pada Kasus COVID-19 yang Melakukan Isolasi Mandiri menurut Karakteristik Individu di wilayah Puskesmas Kadungora.

3. Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu bulan Mei – Juni 2022.

Referensi

Dokumen terkait

xiv Institut Teknologi Nasional DAFTAR TABEL Tabel 1 Data set Gambar Training .... 26 Tabel 2 Data set Gambar Training Augmentasi