• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. LATAR BELAKANG

Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat hingga saat ini, karena masih menjadi salah satu penyumbang utama angka morbiditas dan mortalitas anak diberbagai negara. Diare menjadi penyebab kedua kematian anak dibawah lima tahun, sekitar 760.000 anak meninggal setiap tahunnya dikarenakan terjadinya dehidrasi atau kehilangan cairan dalam jumlah yang besar. Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah penderita dan kematian yang besar, terutama diare akut yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan makanan1

Secara global, terdapat sekitar dua milyar kasus penyakit diare di seluruh dunia setiap tahun dan 1.900.000 anak dibawah lima tahun meninggal setiap tahunnya. Jumlah ini adalah 18% dari semua kematian anak dibawah lima tahun dan berarti bahwa lebih dari 5000 anak dibawah lima tahun meninggal setiap hari akibat penyakit diare, 78% terjadi di kawasan Afrika Tenggara1

Penyakit diare juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang disertai dengan kematian. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia 2016 terjadi KLB diare tiap tahun dari tahun 2013 sampai 2016 dengan disertai peningkatan CFR (Case Fatality Rate). Pada tahun 2013, CFR diare adalah 1,08% meningkat menjadi 1,14% pada

(2)

tahun 2014. Peningkatan CFR saat KLB di Indonesia terus terjadi hingga 2,47% pada tahun 2015 dan 3,04% pada tahun 2016. Angka CFR ini belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu<1%. Data rekapitulasi KLB diare di Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016. Terlihat angka kejadian diare mengalami penurunan sampai dengan tahun 2013 yaitu 633 kasus hingga pada tahun 2014 meningkat menjadi 2.549 kasus, sedangkan angka kematian (CFR) saat KLB diare diharapkan <1%.

Terlihat bahwa CFR saat KLB masih cukup tinggi (<1%) kecuali tahun 2011 CFR pada saat KLB sebesar 0,40%, sedangkan tahun 2016 CFR diare saat KLB meningkat menjadi 3,04%.2

Faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab diare pada balita di Indonesia yaitu sanitasi yang meliputi penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, ketersediaan jamban, dan pengelolaan sampah karena berkaitan dengan penyebaran penyakit diare, lalu faktor perilaku ibu yaitu tidak memberikan ASI secara penuh untuk 6 bulan pertama (ASI Eksklusif) karena pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) akan mempercepat bayi kontak dengan kuman serta pembuatan dan pemberian makanan.

Selain itu faktor perilaku tidak mencuci tangan pakai sabun sesudah buang air besar (BAB) atau sebelum memberi ASI/makanan karena merupakan perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare.3

(3)

Sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor - faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari keluarga dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pengetahuan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan. Oleh karena itu faktor edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare.

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cibeunying kebanyakan ibu rumah tangga jadi sebagian besar ibu tidak menggunakan susu formula namun memberikan ASI secara langsung, namun masih kurangnya penyediaan air bersih akan mempengaruhi perilaku cuci tangan baik cara dan waktu cuci tangan, juga pengolahan makanan juga akan terpengaruhi.

Selain faktor di atas, ada juga faktor langsung yang dapat menyebabkan diare yaitu infeksi bakteri, virus dan parasit, malabsorpsi, alergi dan keracunan makanan. faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang sulit untuk diteliti sehingga faktor yang diteliti yaitu sanitasi air bersih, ASI eksklusif, pengolahan dan penyimpanan makanan.

Berdasarkan data bulan Maret 2019 di Puskesmas Cibeunying kabupaten Bandung, penderita diare dari dua sumber yaitu tatanan sarana kesehatan dan kader desa. Data penyakit ada 110 orang yang diambil dari data di 4 wilayah yaitu Cibeunying, Ciburial, Padasuka dan Mekar Saluyu yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Cibeunying. Di desa

(4)

Cibeunying terdapat 36 orang, di desa Ciburial 30 orang, desa padasuka terdapat 26 orang sedangkan di desa Mekar Saluyu 18 orang.

Selain itu data sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Cibeunying pada tahun 2019 cakupan kepemilikan sarana air bersih masih rendah hanya mencapai 4,26%, data di Desa Cibeunying jumlah kepemilikan sarana air bersih hanya mencapai 2,41% yaitu 50 rumah tangga dengan sarana air bersih ledeng dan 100 rumah tangga dengan sarana air bersih Sumur gali (SGL) dari 6213 rumah tangga, di Desa Padasuka mencapai 4,44% yaitu 60 rumah tangga dengan sarana air bersih ledeng dan 120 rumah tangga dengan air bersih SGL (Sumur gali) dari 4053 rumah tangga, di Desa Ciburial mencapai 5,06% yaitu 180 rumah tangga dengan sarana air bersih mata air dari 3560 rumah tangga, sedangkan di Desa Mekarsaluyu mencapai 12,51% yaitu 120 rumah tangga dengan sarana air bersih mata air dari 959 rumah tangga. Namun begitu masih banyak upaya yang sedang dilakukan masyarakat untuk memperluas cakupan air bersih di wilayah kerja Puskesmas Cibeunying Kabupaten Bandung.

Dampak yang akan terjadi akibat diare adalah kehilangan cairan (dehidrasi). Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare, selain itu akan terjadi gangguan keseimbangan asam-basa karena kehiangan Na-bikarbonat bersama tinja Adanya ketosis kelaparan, metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh lalu akan terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksida

(5)

jaringan sehingga produksi metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadi pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler. Diare juga akan menyebabkan hipoglikemia, gangguan gizi dan gangguan sirkulasi berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah hebat, dapat mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun (soporokmateus) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal dunia28

Uraian di atas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit diare di Puskesmas Cibeunying tahun 2019. Untuk memberi masukan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit diare di Jawa Barat terutama Kabupaten Bandung juga sebagai dasar dan menjadi acuan dalam perencanaan tindak lanjut program diare di Puskesmas Cibeunying Tahun 2019. Disini peneliti hanya akan meneliti beberapa faktor yaitu sanitasi air bersih dengan perilaku ibu dalam riwayat ASI, pemberian dan pengolahan makanan karena faktor – faktor tersebut merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare.

(6)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yaitu

“Apakah Ada Hubungan Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Cibeunying Kabupaten Bandung tahun 2019?”

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui hubungan sanitasi air bersih dan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif, penyimpanan dan pengolahan makanan dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Cibeunying Kabupaten Bandung Tahun 2019

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui gambaran sanitasi air bersih dan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif, penyimpanan dan pengolahan makanan dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Cibeunying tahun 2019.

b. Untuk mengetahui hubungan sanitasi air bersih dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Cibeunying tahun 2019.

c. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Cibeunying tahun 2019.

d. Untuk mengetahui hubungan penyimpanan dan pengolahan makanan dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Cibeunying tahun 2019.

(7)

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak yang berkepentingan, diantaranya :

1. Bagi Puskesmas Cibeunying

Hasil penelitian menjadi bahan masukan bagi institusi pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas Cibeunying dalam hal peningkatan pelayanan kesehatan dengan informasi tentang bagaimana hubungan sanitasi dengan balita yang mengalami diare sehingga dapat dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan dan penanggulangan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cibeunying.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian menjadi informasi tentang penyediaan air bersih, pemberian ASI, pemberian dan pembuatan makanan yang berhubungan dengan angka kejadian penyakit diare pada balita di wilayah Puskesmas Cibeunying Kabupaten Bandung.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini memperluas wawasan keilmuan mengenai hubungan sanitasi air bersih dan perilaku ibu dengan angka kejadian diare pada balita di Puskesmas Cibeunying Kabupaten Bandung tahun 2019 dan dapat mengaplikasikan ilmu serta keterampilan di lapangan dalam menemukan kebenaran dengan cara memecahkan masalah secara sistematis dan logis.

(8)

4. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil Peneliti dapat menjadi referensi bagi perkembangan ilmu pendidikan terutama bagi peneliti lain yang berkaitan dengan kajian hubungan sanitasi pada balita yang mengalami diare.

E. RUANG LINGKUP 1. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian dilaksanakan berdasarkan waktu yang sudah ditentukan pada bulan Juli 2019.

2. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cibeunying Kabupaten Bandung

3. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah hubungan sanitasi air bersih dan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif, penyimpanan dan pengolahan makanan dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Cibeunying Kabupaten Bandung

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK Latar Belakang: Air Susu Ibu ASI eksklusif adalah kondisi saat bayi hanya menerima ASI dari ibunya atau ibu asuhnya selama 6 bulan pertama dan tidak ada makanan padat atau

Diah Imaningrum,