• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN - siakad.stikesdhb.ac.id

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN - siakad.stikesdhb.ac.id"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) sering disebut dengan premature repture of the membrane (PROM) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan.

Pecahnya ketuban sebelum persalinan atau pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada kehamilan preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan anak meningkat. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi.1

Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS atau Respiratory Disterss Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi akan meningkat prematuritas, asfiksia, dan hipoksia, prolapse (keluarnya tali pusat), resiko kecacatan, dan hypoplasia paru janin pada aterm. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal ini disebabkan oleh prematuritas akibat dari ketuban pecah dini.1

Hal ini juga berdampak bagi kesehatan masyarakat (khususnya dalam bidang promosi kesehatan) KPD berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% sebagai proses pencegahan (tindakan preventif) dan penurunan angka kejadian mortalitas dan mordibitas perinatal yang diakibatkan oleh komplikasi kejadian ketuban pecah dini ini. Selain itu ketuban pecah dini berkaitan dengan komplikasi persalinan, meliputi kelahiran kurang bulan, sindrom gawat napas, kompresi tali pusat, khorioamnionitis, abruption plasenta, sampai kematian janin yang meningkatkan mortalitas dan

(2)

morbiditas perinatal. Semakin lama KPD, semakin besar kemungkinan komplikasi yang terjadi.1

Insiden KPD di Indonesia berkisar 4,5%-6% dari seluruh kehamilan, sedangkan di luar negeri insiden KPD antara 6%-12%. Kebanyakan studi di India mendokumentasikan insiden 7-12% untuk PROM yang 60-70% terjadi pada jangka waktu lama. Insiden kejadian Ketuban Pecah Dini di beberapa Rumah Sakit di Indonesia cukup bervariasi yakni diantaranya: di RS Sardjito sebesar 5,3%, RS Hasan Sadikin sebesar 5,05%, RS Cipto Mangunkusumo sebesar 11,22%, RS Pringadi sebesar 2,27% dan RS Kariadi yaitu sebesar 5,10%.1 Data di Jawa barat penyebab kematian ibu yaitu karena perdarahan sebanyak 248 orang (31%), hipertensi dalam kehamilan 229 orang (29,3%), partus lama 5 orang (0,64%), abortus 1 orang (0,12%) dan penyebab lain – lain sebanyak 254 orang (32,5%) termasuk penyebabnya adalah infeksi akibat ketuban pecah dini.

Salah satu komplikasi pada kehamilan adalah ketuban pecah dini, berdasarkan data di RSU Dr Slamet Garut. Terdapat jumlah persalinan sebanyak 3503 orang yang melahirkan di tahun 2021. Dan pada kasus ketuban pecah dini di ruang bersalin pada tahun 2021 mencapai sebanyak 205 orang melahirkan yang mengalami KPD sebesar ( 5,9%).

Karakteristik ibu bersalin dengan ketuban pecah dini meliputi paritas, usia ibu. Paritas adalah banyaknya anak yang dimiliki oleh ibu dari anak pertama sampai anak terakhir. Paritas meliputi primipara yaitu ibu yang melahirkan pertama kali, multipara yaitu ibu yang telah melahirkan beberapa kali, dan grandemultipara yaitu ibu yang melahirkan lebih dari 5 kali. Pada paritas resiko KPD banyak terjadi pada multipara dan grande multi para disebabkan motilitas uterus berlebih, kelenturan leher rahim yang berkurang sehingga dapat terjadi pembukaan dini pada serviks dan memicu terjadinya ketuban pecah dini.

Sedangkan, Usia ibu dimana yang kurang dari 20 tahun merupakan usia menunda kehamilan, dimana organ-organ reproduksinya belum berfungsi secara maksimal, jalan lahir belum bisa menyanggah bagian yang ada didalamnya secara sempurna. Sedangkan ibu dengan usia ≥ 35 tahun tergolong usia yang

(3)

terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan berisiko tinggi mengalami ketuban pecah dini Organ reproduksi yang belum maksimal mengakibatkan kurang terbentuknya jaringan ikat dan vaskularisasi yang belum sempurna sehingga membentuk selaput ketuban yang tipis dan tidak kuat yang dapat memicu terjadinya ketuban pecah dini.2

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian serupa tentang analisis ketuban pecah dini di RSU dr. Slamet Garut. Dan ini penting untuk dilakukan, sehingga dapat menghindarkan ibu dan bayi dari berbagai komplikasi yaitu kelahiran prematur, kematian janin, sindrom distres nafas, perdarahan intraventrikuler, yang dapat meningkatkan risiko kematian dan kesakitan selama kehamilan, persalinan dan nifas. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis membuat laporan tugas akhir menggunakan data sekunder rekam medis RSU dr. Slamet Garut yang dilakukan oleh peneliti pada komplikasi persalinan Ketuban Pecah Dini.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka memberikan dasar bagi penulis untuk merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Analisis kasus ketuban pecah dini di RSU dr. Slamet Garut?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Identifikasi Analisis kasus ketuban pecah dini di RSU dr. Slamet Garut dengan menggunakan manajemen asuhan kebidanan sesuai dengan kompetensi atau wewenang bidan.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan kebidanan, penulis diharapkan mampu :

a. Untuk Mengetahui Kasus Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Usia Kehamilan

b. Untuk Mengetahui Kasus Ketuban Pecah Dini Berdasarkan paritas

(4)

c. Untuk Mengetahui Kasus Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Usia Ibu

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan, pengalaman serta bahan kajian dalam Analisis Kasus Ketuban Pecah Dini di RSU dr. Slamet Garut.

2. Manfaat Praktis

Sebagai acuan untuk memberikan pelayanan pada ibu hamil, ibu bersalin, nifas, bayi baru lahir dan neonatus agar tetap aman meskipun dengan riwayat dengan Ketuban Pecah Dini.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Laporan Tugas Akhir ini Membahas tentang Analisis Kasus Ketuban Pecah Dini di RSU dr. Slamet Garut.

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana gambaran usia, paritas, tinggi badan, jumlah pemeriksaan kehamilan, kejadian ketuban pecah dini, riwayat obstetri ibu, riwayat penyakit hipertensi, riwayat penyakit

Kesimpulan : ASI merupakan faktor protektif terjadinya hiperbilirubinemia pada neonatus sedangkan ketuban pecah dini (KPD), infeksi pada ibu , dan air ketuban keruh tidak memiliki

kehamilan dan persalinan antara lain ketuban pecah dini yang memudahkan terjadinya infeksi pada bayi, perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan sebelum 3

Abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Salah satu penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan berupa

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dengan kasus post operasi sectio caesarea dengan indikasi Ketuban Pecah

Bila melihat dari penyebab kematian ibu dan bayi, maka tercatat bahwa penyebab utama maternal adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, abortus dan kematian pada

Apabila ibu yang melahirkan dengan kala II memanjang dan ketuban pecah dini tidak diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, maka akan menimbulkan komplikasi kepada ibu dan

Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan timbulnya infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Prosedur cuci tangan