1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
World Health Organization (WHO) dikemukakan bahwa terdapat empat juta kematian neonatus setiap tahunnya. Sepertiga dari penyebab kematian tersebut disebabkan oleh infeksi berat dan seperempatnya atau sekitar satu jutanya karena sepsis neonatorum. Status kesehatan bayi merupakan salah satu indikator yang sensitif untuk menilai kesehatan masyarakat di suatu negara. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015 menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2015 adalah 32 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah menurunkan AKB menjadi 17 per 1000 kelahiran hidup.
(Kementrian Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia 2015. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. 2015).
Provinsi Jawa Barat tahun 2015 terdapat 4019 bayi meninggal meningkat 82 orang dibanding tahun 2014 yang tercatat 3.937 kematian bayi.Proporsi Kematian Bayi pada tahun 2015 sebesar 4,09/1000 kelahiran hidup, menurun 0,10 poin dibanding tahun 2014 sebesar 4,19/1000 kelahiran hidup. Dari kematian bayi sebesar 4,29/1.000 kelahiran hidup, terdapat angka kematian 3,37/1.000 kelahiran hidup berasal dari bayi berumur 0-28 hari (Neonatal) atau 82,42% kematian bayi berasal dari bayi usia 0-28 hari, dengan demikian disarankan dalam penangan AKB lebih difokuskan pada Bayi Baru lahir.
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Profil kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2015).
Sepsis neonatorum sebagai salah satu bentuk penyakit infeksi pada neonatus masih merupakan masalah utama yang belum dapat terpecahkan sampai saat ini. Sepsis neonatorum adalah Systemic Inflammation Respons Syndrome (SIRS) yang disertai dengan infeksi yang telah terbukti (proven infection) atau tersangka (suspected infection) yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Sepsis neonatorum awitan dini sering dikaitkan dengan adanya infeksi bakteri yang didapat dari ibu. Infeksi dapat melalui jalur 2 plasenta atau secara vertikal dari servik yang menyebabkan kolonisasi pada saluran genitourinaria ibu. Lebih dari 80% sepsis neonatorum awitan dini disebabkan oleh bakteri Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif (Chapagain dkk., 2015).
Kejadian sepsis dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor ibu (kelahiran kurang bulan, persalinan dengan tindakan, demam pada ibu), faktor lingkungan, serta yang paling penting faktor dari neonatus sendiri, seperti jenis kelamin, status kembar, prosedur invasif, bayi kurang bulan dan berat badan lahir. Faktor risiko terjadinya sepsis adalah bayi dengan jenis kelamin laki-laki, karena aktivitas pada bayi laki-laki lebih tinggi dibandingkan bayi perempuan sehingga bayi laki-laki memerlukan oksigen yang lebih banyak, karena jika oksigen kurang di dalam tubuh maka bakteri anaerob akan mudah berkembang (Lee dkk., 2015).
dan gejala sepsis neonatorum tidak berbeda dengan penyakit noninfeksi lainnya, seperti sindrom gangguan napas, perdarahan intrakranial dan lainnya.
Keterlambatan menegakkan diagnosis akan berpotensi mengancam kelangsungan hidup bayi. Diagnosis pasti sepsis neonatorum awitan dini ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan biakan darah (Lee dkk., 2015).
Hasil biakan darah positif dapat berhubungan dengan faktor risiko sepsis neonatorum maupun parameter klinis sepsis neonatorum. Faktor risiko seperti ketuban pecah dini lebih dari 18 jam dan ketuban hijau berbau memiliki hubungan yang kuat terhadap hasil biakan darah positif pada SNAD. Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akan berperan dalam infeksi janin. Kejadian kontaminasi kuman pada bayi yang belum lahir akan meningkat apabila ketuban telah pecah lebih dari 18 jam. Hal tersebut akan meningkatkan risiko sebesar lima sampai sepuluh kali lipat (Lee dkk, 2015).
Status kembar juga merupakan salah satu faktor risiko, karena bayi kembar kemungkinan besar akan lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan prematuritas, sehingga akan berisiko mengalami sepsis karena organ tubuhnya belum sempurna dan sistem imunnya kurang yang menyebabkan mudah terkena infeksi. Faktor lain yang paling banyak adalah berat badan lahir bayi, bayi yang lahir dengan BBLR atau Berat Badan Lahir Lebih (BBLL) memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami masalah.
Pada bayi BBLR terutama dengan prematuritas pematangan organ tubuhnya (hati, paru, enzim, pencernaan, otak, daya pertahanan tubuh terhadap infeksi) belum sempurna, maka bayi BBLR sering mengalami komplikasi yang berakhir
dengan kematian. Bayi yang lahir dengan berat badan normal akan mengalami penurunan berat badan pada minggu pertama setelah lahir, namun akan mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan bayi. Pada BBLR menurunnya berat badan bayi dapat terjadi setiap saat, karena biasanya akan ada masalah pada pemberian Air Susu Ibu (ASI), kurang atau tidak mampunyai reflek menghisap ASI juga menjadi risiko mudahnya terkena infeksi, hal ini disebabkan kurangnya nutrisi dan immunoglobulin yang didapat bayi dari ASI.
Data di RSUD Kota Bandung Ruang Sakura tercatat, sepsis merupakan penyakit yang paling sedikit jumlahnya, meskipun jumlahnya sedikit dibandingkan dengan neonatus tanpa komplikasi.
B. Perumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada by L ( 2 bulan ) dengan gangguan sistem hematologi akibat sepsis di ruang sakura RSUD kota Bandung ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada By L usia 2 bulan dengan gangguan sistem hematologi akibat sepsis di Ruang Sakura Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengkajian pada By L usia 2 bulan dengan gangguan sistem hematologi akibat sepsis
gangguan sistem hematologi akibat sepsis
c. Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada By L usia 2 bulan dengan gangguan sistem hematologi akibat sepsis
d. Mengidentifikasi implementasi keperawatan pada By L usia 2 bulan dengan gangguan sistem hematologi akibat sepsis
e. Mengidentifikasi evaluasi pada By L usia 2 bulan dengan gangguan sistem hematologi akibat sepsis
D. Manfaat Penyusunan Tugas Akhir 1. Manfaat Teoritis
Memberi kemudahan untuk mengidentifikasi suatu masalah dengan asuhan keperawatan pada bayi dengan sepsis, seperti jenis penyakit sepsis pada bayi BBLR dan untuk mencari faktor yang berhubungan dengan kejadian sepsis neonatorum awitan dini pada bayi prematur.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit
Manfaat penyusunan ini untuk Rumah Sakit yaitu dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan bagi pasien khususnya dengan gangguan sistem hematologi akibat sepsis dan melakukan pencegahan yang tepat terhadap pasien dengan penyakit sepsis.
b. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai refensi untuk mengembangkan ilmu tentang asuhan keperawatan dengan gangguan sistem hematologi akibat sepsis.
c. Bagi Mahasiswa
1) Hasil penyusunan diharapkan dapat meningkatkan asuhan keperawatan sepsis pada bayi premature.
2) Mengetahui lebih jauh tentang sepsis