• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Bab I Pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Bab I Pendahuluan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Perekonomian Desa menyatakan bahwa “Perekonomian desa diatur berdasarkan asas. Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apa yang menjadi tanggung jawab pemerintah desa? untuk anggaran pendapatan dan belanja desa Suka Maju Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014. Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggung jawab desa pemerintah desa untuk anggaran pendapatan dan belanja Desa Suka Maju Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014.

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat menjadi bahan pedoman bagi instansi pemerintah desa untuk melakukan perbaikan, dan menjadi bahan referensi bagi instansi pemerintah desa mengenai akuntabilitas APBDesa sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. . Desa mempunyai kewenangan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang meliputi kewenangan dalam wilayah penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul. dan adat istiadat desa. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 “Pemerintahan kota adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Berangkat dari keinginan untuk menempatkan desa pada posisi mandiri, UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa), yang rinciannya adalah: Kedudukan desa dalam rumusan Pasal 5 UU No. 6 Tahun 2014 merupakan bagian dari kompromi mengenai pembahasan mengenai alinea ketujuh Pasal 18 dan alinea kedua Pasal 18 B UUD 1945. Setelah terbitnya UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, hal. Ini memberi Anda posisi yang jelas. Undang-undang ini menjadi harapan baru khususnya bagi desa dalam mewujudkan pertumbuhan desa dan kemandirian desa di seluruh Indonesia, serta menjadi acuan yang jelas dalam mewujudkannya.

Desa sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan untuk kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan/atau hak tradisional yang diakui. dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksankan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta

Meningkatkan kesejahteraan masyarakatdesa;

Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakatdesa;

Menataati dan menegakkan peraturan perundang –undangan;

Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilangender;

Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari

Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan diDesa;

Menyelenggarakan administrasi pemerintah desa yangbaik;

Mengelola keuangan dan asetdesa;

Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangandesa;

Menyelesaikan perselisihan masyarakat diDesa;

Mengembangkan perekonomian masyarakatdesa;

Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakatdesa;

Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarkatan diDesa;

Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup; dan

Keuangan Desa

  • DanaDesa
  • Alokasi DanaDesa

Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit sebesar 10% (sepuluh per seratus) untuk kota dan sebagian dari retribusi Kabupaten/Kota diperuntukkan bagi kota; bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan; Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d disalurkan melalui dewan desa.

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa, disalurkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pengembangan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat. Dana desa juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer masyarakat berupa pangan, sandang, dan papan. Besaran dana desa ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari dan di luar dana yang ditransfer ke daerah secara bertahap. Tahap pertama, menteri mengalokasikan dana desa kepada kabupaten/kota sesuai dengan jumlah desa berdasarkan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, dan angka kemiskinan dalam bobot tertentu. Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan indeks biaya konstruksi sebagai indikator yang mencerminkan tingkat kesulitan geografis.

Tahap kedua, berdasarkan besaran dana desa, setiap kabupaten/kota mengalokasikan dana desa ke masing-masing desa. Format permohonan penyaluran Dana Desa adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Dalam rangka mewujudkan pengelolaan dana desa yang tertib, transparan, bertanggung jawab, dan berkualitas, pemerintah pusat dan kabupaten/kota diberi kewenangan untuk memberikan sanksi berupa penundaan penyaluran dana desa apabila terdapat laporan penggunaan dana desa. dana desa. dana desa tidak/baru diserahkan.

Selain itu, pemerintah pusat dan kabupaten/kota juga dapat memberikan sanksi berupa pembatasan dana desa apabila penggunaan dana desa tidak sesuai dengan prioritas penggunaan dana desa, pedoman umum, pedoman teknis kegiatan, atau terdapat pengalihan uang dalam bentuk deposito lebih dari dua bulan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014, “Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota setelah dikurangi dengan dana alokasi khusus.” Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa “alokasi dana desa paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah, setelah dikurangi dana alokasi khusus”.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 menyatakan, “Bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10%, penyalurannya setiap desa proporsional yaitu alokasi dana desa.” Penyaluran Alokasi Dana Desa (ADD) juga memperhitungkan kebutuhan pendapatan tetap kepala desa dan perangkat desa, jumlah penduduk desa, tingkat kemiskinan desa, luas wilayah desa dan tingkat kesulitan geografis. . tahapan desa diatur dalam peraturan bupati/walikota dengan berpedoman pada peraturan menteri. Alokasi Dasar yang dihitung berdasarkan alokasi dasar kabupaten/kota dibagi dengan jumlah desa sebagaimana ditetapkan dalam lampiran Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2017 tentang Rincian APBN tahun anggaran 2018.

Pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai bantuan atau dana dorongan merupakan salah satu upaya dalam program pemerintah desa yang didukung oleh keswadayaan masyarakat, partisipasi gotong royong dalam pelaksanaan kegiatan. Pada hakikatnya program alokasi dana desa bertujuan untuk mempercepat pembangunan desa dengan mengalokasikan dana yang dikelola langsung oleh pemerintah desa dan masyarakatnya.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa(APBDesa)

Penerimaan pembiayaan mencakup

Pengeluaran pembiayaan terdiri dari

Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan Dan BelanjaDesa

Menurut Nordiawan, akuntabilitas berarti “mengambil tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelapor untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara berkala.”11 (V.Wiratna Sujarweni, 2015:28). Selain menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa, kepala desa juga menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada bupati/walikota pada setiap akhir tahun anggaran. “Laporan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pemerintah desa kepada bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain pada setiap akhir tahun anggaran.”

Pengurus desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBD kepada bupati/walikota pada setiap akhir tahun anggaran. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan kepada masyarakat secara tertulis dan menggunakan media informasi yang tersedia bagi masyarakat. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBD Desa disampaikan kepada bupati/walikota melalui Camat atau sebutan lain.

Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran yang bersangkutan. Pemerintah desa (walikota desa dan perangkat desa) merupakan pihak yang memfasilitasi kegiatan musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, tokoh dan masyarakat. Bupati, camat, Pendamping Desa (PLD) atau Pendamping Desa (PD) atau pihak yang diberi wewenang oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dan Tertinggal.

Pada waktu yang tepat, sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa. Laporan pertanggungjawaban ini pada hakikatnya adalah laporan pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa), yang disampaikan oleh kepala desa kepada bupati/walikota setelah berakhirnya tahun anggaran pada tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan dan paling lambat akhir bulan Januari tahun berikutnya. Tanggung jawab ini harus dialihkan kepada pemerintah terkait dan juga kepada masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pertanggungjawaban langsung kepada masyarakat dapat dimediasi melalui musyawarah desa sebagai wadah pembahasan hal-hal strategis yang dihadiri oleh Badan Pertimbangan Desa (BPD) dan unsur masyarakat lainnya. Selain itu, laporan pertanggungjawaban juga dapat disebarluaskan melalui berbagai sarana komunikasi dan informasi, seperti papan informasi desa, website resmi pemerintah kabupaten bahkan desa, sehingga masyarakat mengetahui berbagai hal terkait kebijakan dan pelaksanaan APBDes.

METODE

PENELITIA

  • DesainPenelitian
  • Objek dan LokasiPenelitian
    • ObjekPenelitian
    • LokasiPenelitian
  • SumberData
  • Metode PengumpulanData
  • Teknik AnalisisData

Tujuan penelitian ini adalah Laporan Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dan dokumen pendukungnya di Desa Suka Maju Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Menurut Anwar Sanusi, “Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti.” 14. Data yang diperoleh berupa pertanggungjawaban pengelolaan APBD desa, pertanggungjawaban pengelolaan dana desa, dan pertanggungjawaban pengelolaan APBD desa. pengelolaan alokasi dana desa pada tahun anggaran 2019.

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap responden (wawancara) tetapi juga dapat digunakan untuk mencatat fenomena-fenomena yang terjadi.Ada dua jenis observasi yaitu observasi langsung dan tidak langsung. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara tatap muka dan langsung dengan tanya jawab antara pengumpulan data dengan penelitian terhadap sumber atau sumber data. Peneliti memfokuskan pada wawancara agar diperoleh informasi yang benar dan akurat mengenai tanggung jawab pemerintah desa terhadap anggaran pendapatan dan belanja desa di desa Sukë Maju.

Dalam penelitian ini dokumentasinya terfokus pada Dinas Pemerintahan Desa Suka Maju sebagai lokasi penelitian. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan adalah laporan pertanggungjawaban pendapatan dan pengeluaran Desa Suka Maju dan dokumen terkait. Analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut dijadikan sebagai sumber data yang mendukung data tersebut. Teknik analisis data adalah proses pencarian dan pengumpulan data secara sistematis yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori-kategori, mendeskripsikannya ke dalam satuan-satuan, mensintesiskannya, menyusunnya menjadi pola-pola, dan memilih apa yang penting dan apa yang akan dijadikan data. dipelajari. dan menarik kesimpulan agar mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.16. Pengumpulan data, dimana peneliti mencatat data yang diperoleh berdasarkan hasil dokumentasi dan observasi di lapangan.

Pada tahap awal ini, data yang dikumpulkan berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan anggaran pendapatan dan. Pemilihan dan peringkasan data dilakukan apabila data yang diperoleh dari sumber terlalu banyak dan tidak semuanya relevan dengan rumusan masalah. Reduksi data dilakukan untuk menghasilkan data yang lebih tepat dan jelas, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengumpulan data lebih lanjut dan pencarian kembali apabila diperlukan oleh peneliti.

Data disajikan dalam bentuk uraian singkat untuk memudahkan peneliti memahami kondisi yang terjadi dan menentukan tahap selanjutnya yang akan dilakukan. Data yang dapat disajikan peneliti dalam penelitian ini berupa Laporan Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Suka Maju. Kemudian dilakukan analisis (pembahasan) dengan membandingkan dokumen-dokumen terkait akuntansi pendapatan dan pengeluaran desa Suka Maju, kecamatan Sibolangit, kabupaten Deli Serdang.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

SISTEMATIKA PENULISAN Pembahasan dalam laporan tugas akhir ini akan dijelaskan dalam sistematika sebagai berikut : BAB I-PENDAHULUAN Bab ini merupakan bagian pertama dari laporan