Parameter fisika merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat kualitas air yang berkaitan dengan fisika seperti suhu, laju aliran, kejernihan dan ketinggian air. Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh musim, garis lintang, ketinggian di atas permukaan laut, waktu, sirkulasi udara, tutupan awan, serta arus dan kedalaman badan air. Peningkatan suhu menyebabkan; 1) mengurangi kelarutan gas-gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya, 2) meningkatkan laju metabolisme dan respirasi organisme perairan, 3) meningkatkan viskositas, reaksi kimia, proses penguapan dan volatilisasi, 4 ) meningkatkan konsumsi oksigen organisme perairan, tetapi pada saat yang sama terjadi penurunan kadar oksigen. Total padatan terlarut (TDS) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan garam anorganik dan sejumlah kecil bahan organik yang ada dalam larutan dalam air.
Membuang limbah dengan kadar BOD tinggi dapat menyebabkan masalah kualitas air, seperti penurunan kadar oksigen terlarut yang tinggi dan kematian ikan di badan air penerima (Penn, Pauer, & Mihelcic, 2009). Pada air limbah domestik, sebagian besar nitrogen organik berbentuk protein atau produk hasil degradasi (penurunan nilai). Penilaian terhadap hasil seluruh nitrogen organik memberikan indeks jumlah nitrogen organik dalam air (Soemarwoto, 1986).
Nitrit tidak dapat ditemukan pada air limbah baru kecuali dalam jumlah kecil, namun pada air limbah lama (dari produksi air limbah), nitrit dapat berada dalam konsentrasi yang lebih besar. Nitrogen nitrit jarang terdapat dalam konsentrasi lebih dari 1 mg/liter dalam air limbah dan limbah, namun jika terjadi kesalahan dalam proses pengolahan limbah, nitrit cenderung meningkat karena oksidasi amonia yang tidak sempurna atau karena perubahan NO3 menjadi NO2. Salah satu parameter kualitas air minum adalah parameter biologis yang berkaitan dengan keberadaan populasi mikroorganisme air di udara, sehingga berdampak pada kualitas udara.
Metode kedua yang direkomendasikan oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 adalah indeks pencemaran (IP), yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran dari parameter kualitas air yang diukur.
Beban Pencemaran
Beban Pencemaran Maksimum
Beban Pencemaran Aktual
Proyeksi Penduduk
Metode Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk dengan metode geometrik menggunakan asumsi jumlah penduduk akan bertambah secara geometri dengan menggunakan perhitungan bunga majemuk. Metode kuadrat terkecil merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk menentukan persamaan tren data. Σ 𝑋𝑌 = Jumlah kumulatif kali dikalikan dengan data historis Σ 𝑋2 = rata-rata jumlah periode waktu dikuadratkan Σ 𝑌 = Rata-rata jumlah sebaran penduduk n = jumlah periode waktu (tahun).
Analisis ini termasuk dalam analisis regresi linier, sehingga terdapat dua jenis perhitungan regresi, yaitu perhitungan korelasi tanpa analisis regresi dan lainnya dengan melakukan analisis regresi (Wirawan & Wirawan, 2016). Jika Anda membandingkan dua kelompok data atau lebih, parameter yang akan digunakan untuk menunjukkan sebaran data di seluruh pusat data adalah perhitungan nilai Coefisien Variance (CV). Koefisien varians dapat memberikan informasi yang cukup baik untuk membandingkan kelompok data yang satu dengan kelompok data yang lain, meskipun satuannya berbeda (Wirawan & Wirawan, 2016).
82 Tahun 2001, pengendalian pencemaran air adalah upaya untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran air, serta memulihkan kualitas air untuk menjamin kualitas air memenuhi baku mutu air. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Bab V Pasal 1 menyatakan bahwa pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilakukan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing.
Faktor-faktor dalam upaya pengendalian
Metode Pengendalian Air Limbah
Bahan-bahan pencemar dalam air limbah tidak dapat mengganggu kemurnian aliran pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, perairan pasang surut, atau perairan pantai, sehingga harus dikeluarkan dari sumber asal air limbah tersebut atau diolah terlebih dahulu secara memadai. Pembuangan bahan pencemar atau setelah diolah dapat dibuang ke tempat penampungan air apabila dalam keadaan tidak berbahaya, sehingga perlu dilakukan pengendalian pencemaran limbah. Pengolahan biologis, yang mengandalkan mikroorganisme yang ditemukan dalam air limbah dan lingkungan alam.
Sistem Pengelolaan Limbah Domestik
Penanganan air limbah rumah tangga yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga lainnya tidak sesuai dengan prinsip pengelolaan air limbah yang baik. Air limbah domestik terdiri dari dua jenis, yang pertama adalah black water, yaitu air limbah yang berasal dari toilet dan biasanya ditampung di septic tank, dan grey waste water, yaitu sisa aktivitas rumah tangga, seperti air limbah dari kamar mandi atau tenggelam. lain. Biasanya air limbah jenis ini langsung dibuang ke selokan (drainase) di sekitar rumah tanpa pengelolaan awal (Umar, Baiquni, & Ritohardoyo, 2011).
Penerapan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) Penerapan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik berikut ini.
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) Penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah domestik yang selanjutnya
SPALD-Setempat
- Komponen SPALD-S
- Perencanaan Komponen SPALD-S
SPALD Lokal yang selanjutnya disebut SPALD-S adalah suatu sistem pengelolaan yang dilakukan dengan mengolah limbah domestik pada sumbernya, kemudian lumpur hasil pengolahan tersebut diangkut oleh subsistem pengangkutan ke subsistem pengolahan lumpur tinja. Komponen SPALD-S terdiri dari subsistem pengolahan lokal, subsistem pengangkutan dan subsistem pengolahan lumpur tinja. Alat pengangkut lumpur tinja berupa kendaraan pengangkut yang mempunyai tangki baja yang harus dilengkapi dengan : .. a) alat penghisap lumpur tinja berupa pompa vakum dan peralatan selang; dan b) tanda pengenal khusus, contoh warna yang mencolok, tulisan tertentu.
Subsistem penanganan lumpur tinja memproses lumpur tinja yang masuk ke IPLT. Subsistem Pengolahan Lumpur Tinja terdiri atas pengolahan fisik, pengolahan biologi dan/atau pengolahan kimia. Perhitungan produksi air limbah domestik dapat dilakukan berdasarkan penggunaan air minum (PDAM) atau air tanah sumur.
Perencanaan tangki septik dilakukan berdasarkan SNI 2398:2017 tentang tata cara perencanaan tangki septik dengan pengolahan lanjutan (lubang resapan, bidang resapan, saringan aliran atas, kolam sanitasi). Septic tank terdiri dari dua jenis, yaitu septic tank sistem campuran yang dibuat untuk pengolahan feses yang dicampur dengan limbah rumah tangga dan septic tank sistem terpisah yang khusus untuk feses dan urine. Tangki AG merupakan singkatan dari Agus Gunarso, seorang ekonom yang merancang proses pengolahan air limbah domestik, dimana tangki tersebut mampu menurunkan kadar COD, BOD dan TSS serta juga dapat meningkatkan kualitas air sungai.
Tangki ini berkapasitas 200 keluarga sehingga mampu menampung lebih banyak lumpur tinja limbah rumah tangga dibandingkan septic tank biasa. Penentuan wilayah atau wilayah pelayanan dilakukan dengan merencanakan sasaran pelayanan dengan melihat potensi wilayah atau wilayah pelayanan yang menjadi pelanggan potensial untuk penyedotan septic tank. Tujuan dari inventarisasi septic tank adalah untuk mencatat kepemilikan septic tank dan kondisi septic tank yang ada.
Penentuan sarana pengangkutan lumpur tinja, tergantung wilayah atau wilayah pelayanannya, berupa truk pengangkut lumpur tinja dan sepeda motor roda tiga yang mengangkut lumpur tinja. Subsistem ini berupa pengolahan lumpur tinja atau IPLT yang berfungsi mengolah senyawa organik pada sampah sebelum dibuang ke lingkungan agar memenuhi baku mutu. Selain itu, hasil pengolahan lumpur tinja dapat dimanfaatkan untuk keperluan tertentu, misalnya diubah menjadi sumber energi terbarukan, misalnya biogas.
SPALD-Terpusat
- Komponen SPALD-T
- Perencanaan Komponen SPALD-T
Komponen SPALD-T terdiri dari 3 (tiga) subsistem yaitu subsistem pelayanan, subsistem pengumpulan dan subsistem proses terpusat. Subsistem pelayanan adalah prasarana dan sarana untuk mengalirkan air limbah domestik dari sumbernya melalui pipa ke subsistem penampung. Subsistem pelayanan meliputi pipa feses, pipa non feses, perangkap minyak dan lemak dari dapur, pipa parsel dan bak inspeksi, serta lubang inspeksi.
Subsistem pengumpul merupakan prasarana dan sarana penyaluran air limbah domestik melalui pipa dari subsistem pelayanan ke subsistem pengolahan terpusat. Subsistem pengolahan terpusat merupakan prasarana dan sarana pengolahan air limbah domestik yang mengalir dari sumbernya melalui subsistem pelayanan dan subsistem pengumpulan. Prasarana dan sarana subsistem pengolahan terpusat dalam bentuk IPALD meliputi IPALD perkotaan untuk cakupan layanan pada skala perkotaan dan/atau IPALD residensial untuk cakupan layanan pada skala perumahan atau skala wilayah tertentu.
Perencanaan teknis terperinci untuk subsistem layanan. Sistem pelayanannya berupa sambungan rumah yang terdiri dari pipa feses, pipa non feses, bak penampung lemak, pipa pengemas dan bak kendali. Pengumpulan air limbah domestik pada dasarnya dilakukan secara gravitasi, namun bila kondisi tidak memungkinkan dapat digunakan pompa. Subsistem pengumpulan air limbah dipompa keluar secara berkala dengan menggunakan pipa atau saluran yang terpisah dari saluran pembuangan.
Subsistem pengolahan terpusat adalah prasarana dan sarana pengolahan air limbah domestik yang dialirkan dari sumbernya melalui subsistem Pelayanan dan subsistem Pengumpulan. Kriteria penentuan lokasi instalasi pengolahan terdiri dari kriteria teknis dan kriteria non teknis (Kriteria Teknis KemenPUPR. Selain itu dari segi ketinggian, sebaiknya sumber sampah (dalam hal ini perumahan) berada di lokasi yang sama. tempat yang berada pada ketinggian lebih tinggi dari lokasi instalasi pengolahan untuk memudahkan drainase secara gravitasi.
Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena jika lokasi IPAL berada di daerah rawan banjir maka akan mengganggu operasional IPAL itu sendiri dan juga memerlukan perawatan yang lebih. Setiap daerah harus mempunyai prasarana dan sarana sanitasi, dalam hal ini pengolahan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Agar luas wilayah suatu kota lebih efisien, sebaiknya penempatan IPAL dilakukan pada wilayah pengembangan wilayah yang persentasenya kecil, misalnya pada wilayah lahan pertanian (Samsuhadi, 2012).
Pertimbangan Penentuan Jenis SPALD
Jika kepadatan penduduk lebih dari 100 jiwa per ha, maka teknologi pembuangan limbah menggunakan lubang ganda, lubang kembar bersama, lubang tunggal atau septic tank. Kondisi air tanah yang dangkal tidak cocok untuk diterapkan pada sistem pembuangan limbah lokal (Aini, 2019). Untuk tinggi muka air tanah kurang dari 2 (dua) meter atau apabila air tanah tercemar digunakan SPALD-T.
Permeabilitas tanah sangat mempengaruhi penentuan jenis SPALD khususnya pada penerapan Subsistem Pengolahan Lokal (cublux atau septic tank dengan bidang penyerap). Untuk mengetahui besarnya permeabilitas tanah dapat diperkirakan dengan memperhatikan jenis tanah dan laju infiltrasi tanah atau berdasarkan uji penetrasi tanah. Permeabilitas efektif adalah 5 x 10-4 m/detik dengan pasir halus pada pasir mengandung lempung (PerMenPUPR No. 4 Tahun 2017).
Kapasitas pembiayaan dapat mempengaruhi pemilihan jenis SPLD, terutama kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pengoperasian dan pemeliharaan SPALD-T. Biaya operasional dan pemeliharaan alat pengolahan air limbah tidak selalu ditanggung oleh pemerintah daerah, oleh karena itu diperlukan pemberdayaan.