• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Bab Ii Landasan Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Bab Ii Landasan Teori"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

Kita harus mempunyai sikap pengertian terhadap diri kita sendiri ketika kita mengalami penderitaan, bukannya mengkritik keras atau menghakimi diri kita sendiri dengan buruk. Ketiga, kita perlu menerima perasaan dan tidak terlalu menghakimi, serta tidak mengingkari aspek-aspek yang tidak kita sukai dari diri kita atau kehidupan kita, daripada tidak menerima dan membesar-besarkan permasalahan kita sendiri. Self-kindness merupakan sikap kepedulian dan pengertian terhadap diri sendiri ketika menghadapi penderitaan, kegagalan, dan ketidaksempurnaan tanpa menghakimi diri sendiri (Neff, 2003).

Kebaikan diri membuat individu sadar akan ketidaksempurnaan, kegagalan, dan kesulitan hidup yang tidak dapat dihindari, sehingga individu cenderung bersikap baik pada dirinya sendiri ketika dihadapkan pada pengalaman yang menyakitkan, dibandingkan marah ketika mengalami kegagalan. Secara garis besar, kebaikan diri mengacu pada kecenderungan untuk peduli dan memahami diri sendiri, daripada mengkritik atau menghakimi diri sendiri. Dalam perbandingannya, Neff menjelaskan bahwa self-judgment adalah sikap mempermalukan dan mengkritik diri sendiri secara berlebihan terkait aspek dalam diri dan kegagalan yang dialami. Individu yang memiliki self-judgment akan bersikap bermusuhan, mempermalukan dan mengkritik aspek dalam dirinya (Neff, 2003).

Faktor Eksternal

Di kota di mana agama Buddha memainkan peran kuat dalam kehidupan sehari-hari, seperti Thailand, masyarakatnya lebih memiliki rasa welas asih. Pada dasarnya self-compassion tidak hanya dimunculkan ketika seseorang sedang mengalami suatu permasalahan, namun juga dalam situasi dan kondisi apapun. Salah satu temuan paling konsisten dari penelitian adalah bahwa rasa sayang pada diri sendiri dikaitkan dengan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih rendah.

Orang yang memiliki self-compassion yang tinggi juga menghasilkan keterampilan mengatasi emosi dan kepuasan hidup yang lebih baik, yang merupakan bagian penting dari kehidupan yang bermakna. Hal ini membuktikan bahwa self-compassion dapat membantu individu untuk menemukan kebutuhan psikologis dasar Deci dan Ryan (1995) mengenai kesejahteraan. Individu yang memiliki self-compassion tinggi cenderung bahagia, optimis, memiliki rasa ingin tahu, dan mempunyai pengaruh positif dibandingkan individu yang rendah self-compassion.

Otomatis pikiran-pikiran yang muncul ketika berada dalam situasi negatif akan berkurang ketika individu mempunyai self-compassion yang cukup. Mindfulness yang merupakan salah satu aspek dari self-compassion dapat memandang emosi dan pikiran negatif secara objektif. Begitu pula dengan diri sendiri, self-compassion dapat memperkuat motivasi untuk mencapai kinerja tertinggi (peak performance).

Manfaat lain dari self-compassion yang tinggi adalah orientasi yang lebih tinggi terhadap pengembangan diri (personal growth). Misalnya, self-compassion berkaitan dengan keterhubungan sosial dan kepuasan hidup, serta merupakan elemen penting dalam makna hidup. Dalam studi pertama yang pernah dilakukan oleh Neff, ia menemukan bahwa individu dengan tingkat self-compassion yang rendah cenderung mengatakan bahwa mereka lebih baik terhadap orang lain daripada terhadap diri mereka sendiri, sedangkan mereka yang memiliki tingkat self-compassion yang tinggi mengatakan bahwa mereka sama-sama baik terhadap orang lain. orang lain, orang lain, dan diri mereka sendiri.

Daripada kehabisan energi untuk terus-menerus membantu orang lain, self-compassion memungkinkan individu untuk memenuhi kebutuhan pribadinya sehingga individu memiliki energi lebih untuk membantu orang lain.

Teori Trait Kepribadian

Pendekatan Trait pada Kepribadian

Individu yang asertif biasanya mempunyai kemampuan memimpin, bertanggung jawab terhadap suatu tugas, dan mampu dengan mudah mengungkapkan perasaan atau keinginan. Sedangkan individu yang memiliki tingkat agreement yang rendah adalah individu yang kasar, sinis, tidak kooperatif, mudah dendam, manipulatif, kejam, mudah curiga terhadap orang lain, serakah, antagonis, suka mengkritik, kritis, dan mudah marah. Ciri-ciri keramahan adalah. Ketika individu yang menyenangkan mempercayai orang lain, maka ia juga akan menjadi individu yang dipercaya oleh orang lain, hal ini ditandai dengan kejujuran dan keterusterangan (straightforwardness).

Orang yang berkepribadian baik cenderung tidak mementingkan diri sendiri, yang tercermin dari kebijaksanaan dan keinginannya untuk membantu orang lain (altruisme). Individu dengan tipe kepribadian Conscientiousness menunjukkan sifat rasional dan percaya bahwa dirinya memiliki kompetensi yang tinggi. Individu yang teliti patuh pada tugasnya (conscientiousness), mempunyai kebutuhan yang tinggi akan prestasi (achievement), dan mengupayakan kesempurnaan dalam segala hal yang dilakukannya.

Faktor ini mengenali individu yang mudah mengalami depresi psikologis, mempunyai gagasan yang tidak realistis, keinginan atau dorongan dan reaksi yang berlebihan. Neuroticism menggambarkan seseorang yang mempunyai masalah dengan emosi negatif seperti kekhawatiran dan ketidakpastian, mudah mendapatkan ide-ide yang tidak realistis, respon coping yang maladaptif. Seseorang yang memiliki tingkat neurotisisme rendah cenderung lebih tenang, kurang emosional, tidak mudah marah, lebih tabah, merasa aman, merasa lebih nyaman dan puas terhadap dirinya sendiri.

Individu yang mempunyai nilai atau skor neurotisisme tinggi adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, kemarahan, depresi, mengasihani diri sendiri, emosi, mudah tersinggung, mudah panik, selalu merasa tidak mampu, dan rentan terhadap kesedihan (Pervin, Cervone & John, 2005). . . Namun, secara umum, individu dengan tipe kepribadian neurotik cenderung mendapat skor tinggi pada setiap subfaktor lainnya. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat keterbukaan terhadap pengalaman rendah mempunyai nilai-nilai sederhana, kurang kreatif, konvensional, lebih menyukai rutinitas, kurang rasa ingin tahu, konservatif, tidak artistik, tidak menyukai hal-hal yang memerlukan analisis mendalam (Pervin, Cervone, & John , 2005) Ciri-ciri keterbukaan adalah.

Individu yang berpikiran terbuka mempunyai keinginan untuk mencoba makanan baru, menonton film baru atau bepergian ke negara lain.

Komponen dari Sistem Kepribadian

Hal ini mungkin disebabkan karena mereka cenderung memikirkan berbagai kemungkinan dan mampu berempati terhadap kondisi yang dihadapi orang lain. Mereka cenderung bebas dalam menjunjung nilai-nilai, menyadari bahwa apa yang benar atau salah bagi seseorang mungkin benar jika diterapkan pada orang lain yang menghadapi kondisi berbeda. Arah panah menunjukkan arah pengaruh yang merupakan proses dinamis (gambar diadaptasi dari McCrae & Costa, 1996, dalam McCrae & Costa, 2003).

Harga diri sebenarnya merupakan adaptasi yang bersifat karakteristik, namun harga diri sebagai sesuatu yang penting dan menarik bagi para psikolog mempunyai status khusus yaitu sebagai komponen tersendiri. Hakikat model adalah pembedaan antara kecenderungan dasar dan adaptasi karakteristik, justru pembedaan ini diperlukan untuk menjelaskan kestabilan kepribadian.Kecenderungan dasar adalah kemampuan dan kecenderungan dasar individu, dan adaptasi karakteristik merupakan struktur konkrit yang diperlukan yang berkembang ketika individu berinteraksi dengan lingkungannya. Meskipun Lima Faktor Sifat (FFT) berfokus pada ciri-ciri kepribadian, kecenderungan yang mendasarinya juga mencakup kemampuan kognitif, bakat artistik, orientasi seksual, dan perangkat psikologis secara keseluruhan.

Semua keterampilan yang dipelajari merupakan adaptasi karakteristik, seperti kebiasaan, minat, sikap, keyakinan, aspek psikologis dalam peran dan hubungan. Perbedaan antara kecenderungan dasar dan adaptasi karakteristik bukanlah sesuatu yang biasanya ditekankan dalam psikologi kepribadian, namun tidak kontroversial jika dikatakan bahwa ciri-ciri kepribadian adalah kecenderungan dasar daripada adaptasi karakteristik. Ada komponen lain dalam model FFT, yaitu proses dinamis yang mengatur interaksi komponen-komponennya.

Ada banyak proses seperti persepsi, coping, role-playing, penalaran dan perencanaan jangka panjang, namun FFT hanya menjelaskan sedikit saja mengenai hal tersebut. FFT tidak menjelaskan secara detail bagaimana proses tersebut terjadi sehingga diperlukan pendekatan atau teori lain untuk menjelaskan hal tersebut.

Relawan

Perdebatan antara motivasi egois dan motivasi altruistik mungkin menjadi kurang relevan ketika kita melihat perilaku membantu, seperti menjadi sukarelawan. Orang cenderung menjadi sukarelawan bukan karena satu motif tertentu, tapi mungkin karena beberapa motif lain. Beberapa motif berkaitan dengan empati, seperti melihat sudut pandang dan merasakan empati, sedangkan motif lainnya lebih bersifat pribadi, seperti ingin terlihat lebih baik oleh orang lain, mengurangi emosi negatif, atau menyesuaikan diri dengan norma-norma prososial.

Allen Omoto (2009, dalam Kassin, 2011) telah menemukan bahwa motivasi berorientasi pada orang lain dan motivasi berorientasi pada diri sendiri pada relawan berperan.

Warga Peduli AIDS (WPA)

Setiap individu atau kelompok masyarakat yang peduli terhadap masalah HIV-AIDS akan sepenuhnya dimasukkan dalam sistem organisasi daerah seperti RT, RW, Kelurahan dan Kelurahan. Organisasi Warga Peduli AIDS (WPA) yang digunakan merupakan organisasi yang diatur oleh sistem regional di masing-masing daerah. Untuk memudahkan proses koordinasi dan kerjasama, masing-masing kecamatan dapat menggabungkan WPA dengan sistem dan organisasi yang ada di bawah koordinasi Pokja IV di Kelurahan dan Kelurahan.

Beberapa desa/kelurahan telah mengintegrasikan WPA ke dalam sistem pemerintahan di kecamatan dan kelurahan, seperti “Forum Warga Peduli AIDS” atau “Tim Penanggulangan AIDS Desa”. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai kearifan lokal dalam pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS di daerah masing-masing.

Kerangka Pemikiran

Relawan dapat memainkan perannya sebagai pengasuh yang baik bagi ODHA jika mereka memiliki rasa welas asih terhadap diri sendiri. Self-compassion merupakan kemampuan individu untuk memberikan pengertian dan kebaikan kepada diri sendiri, menghibur diri sendiri, dan peduli ketika mengalami kegagalan, melakukan kesalahan, atau mengalami penderitaan dengan tidak terlalu menilai kekurangan dan kegagalan diri sendiri, dengan melihat suatu kejadian sebagai pengalaman yang dialami. oleh semua orang. , dan tidak menghindari penderitaan, kesalahan atau kegagalan yang dialami (Neff, 2003). Dalam menghadapi situasi sulit yang mereka hadapi, terdapat beragam reaksi dan perilaku dari relawan pendamping ODHA, baik terhadap dirinya sendiri saat menghadapi situasi sulit maupun terhadap pendamping ODHA, dalam hal kepedulian dan perhatian terkait dengan komponen self-compassion.

Dalam merawat dan membantu ODHA, mereka merasa jika ada berbagai kendala dalam melakukan hal tersebut, dijadikan sebagai tantangan menuju jalan kebaikan. Relawan juga berusaha untuk selalu bersabar saat merawat ODHA, meski dalam keadaan lelah (self-kindness). Relawan juga berusaha untuk tidak menghakimi diri sendiri dan tidak melihat kegagalan yang mereka alami secara berlebihan (mindfulness) ketika mereka merasa gagal dalam mendampingi ODHA juga.

Para relawan WPA Kebon Pisang juga menyatakan sangat bersyukur bisa membimbing ODHA. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, relawan dapat dikatakan sebagai caregiver yang baik apabila dalam dirinya terdapat self-compassion. Self-compassion berguna untuk membantu mereka memahami bagaimana mengenali terlebih dahulu penderitaan yang mereka rasakan sehingga mereka juga bisa memahami penderitaan yang mereka rasakan. penderitaan yang dirasakan ODHA Peran para relawan di WPA Kebon Pisang sebagai caregiver bagi ODHA yang mereka bina diwujudkan dalam perilaku yang banyak menunjukkan rasa kasihan pada diri sendiri. Para relawan merasa banyak kelalaian dalam pengawasan terhadap ODHA, namun para relawan menyadari bahwa bukan hanya dirinya sendiri yang gagal, namun juga rekan-rekan relawannya.

Model Lima Faktor adalah taksonomi komprehensif tentang ciri-ciri kepribadian yang bertujuan untuk menunjukkan pola pikiran, perasaan, dan tindakan yang konsisten. Model lima faktor, disebut juga faktor Lima Besar sifat, menunjukkan bahwa individu mempunyai lima sifat yang hanya berbeda derajatnya.

Skema Berpikir

Hipotesis

Gambar

Gambar 2.1.menggambarkan komponen-komponen dari sistem kepribadian berdasarkan Five-Factor Trait

Referensi

Dokumen terkait

Microscopically, however, large num- bers of unsporulated oocysts were observed in the cae- cal contents and a smaller number in the small intestine.. In stained smears made from