• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB II Prior Research (Kajian Terdahulu) - Unisba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB II Prior Research (Kajian Terdahulu) - Unisba"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Persamaan dengan penelitian yang diteliti adalah mengkaji hubungan antara intensitas, isi pesan dan sikap khalayak setelah mengalami paparan media massa dan penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Para dakwah dan mitra undangan mampu mengakses media dan mendapat peluang serta kesempatan untuk menggunakan media tersebut. Media massa digunakan untuk menyampaikan pesan ma'ruf nahi munker agar umat Islam menjadi umat yang lebih baik dan beruntung20.

Keunggulannya adalah media massa menciptakan simultanitas, artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikator dalam jumlah yang relatif banyak. Jadi, penyebaran informasi media massa sangat relatif dalam mengubah sikap, perilaku, dan pendapat komunikator dalam jumlah besar23. Pada subjudul ini, para sarjana membahas media massa dan media sosial dalam disiplin ilmu komunikasi massa.

Media massa merupakan salah satu alat dalam proses komunikasi massa, karena media mampu menjangkau khalayak yang lebih luas dan relatif lebih besar, bersifat heterogen, anonim, pesan-pesannya bersifat abstrak dan tersebar. Media massa dalam kajian komunikasi massa sering dipahami sebagai perangkat terorganisir untuk berkomunikasi secara terbuka dan dalam situasi yang jauh dengan khalayak luas dalam waktu yang relatif singkat25. Media massa merupakan media komunikasi dan informasi massa yang dapat diakses oleh masyarakat secara massal26.

Informasi yang disampaikan di media massa pada umumnya dianggap sangat kredibel oleh masyarakat, sehingga apa yang diungkapkan dianggap sebagai kebenaran di masyarakat. Oleh karena itu, media massa dapat digunakan untuk mengarahkan pesan atau keinginan (termasuk pendapat dan kritik) berbagai pihak, pemerintah, masyarakat dan termasuk organisasi28. Mengenai sistem komunikasi sosial dan sistem media massa misalnya, menurut akidah Islam juga ada yang disebut dengan kebebasan berkomunikasi atau kebebasan media massa yang bertanggung jawab.

Definisi paling sederhana dari komunikasi massa yang dikemukakan oleh Bittner dalam Rakhmat adalah bahwa komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa kepada sejumlah besar orang (mass communications adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa kepada sejumlah besar orang). Jadi, meskipun komunikasi tersebut disampaikan kepada khalayak banyak, misalnya pertemuan besar di lapangan luas yang dihadiri ribuan, bahkan puluhan ribu orang, maka bukanlah komunikasi massa jika tidak menggunakan media massa. Media massa terbagi dalam enam kategori, yaitu media jejaring sosial, jurnal online (blog), jurnal online sederhana atau mikroblog (micro-blogging), media berbagi, bookmark sosial, media konten bersama atau Wiki.

Media massa elektronik (televisi dan radio) dan multimedia (internet) berkembang pesat, sehingga kita tidak mengalami keterbatasan dalam mengkomunikasikan informasi, menyimpan dan mencari informasi untuk digunakan di kemudian hari. Dalam komunikasi dakwah gaya massa, media yang digunakan komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan adalah melalui media massa. Suatu media disebut “media massa” apabila memenuhi dua kriteria, yaitu (a) menjangkau masyarakat luas dan (b) menggunakan perangkat teknologi yang menjadi perantara antara sumber informasi dan penerima.

Dakwah Islam pada dasarnya bersifat amr ma'ruf dan nahi munker yang diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan dan disalurkan melalui berbagai media komunikasi, termasuk media massa.

Teori yang Dipergunakan

Jika tidak mengarah ke sana, dakwah hanya akan melenceng di tempatnya, dan tidak berhubungan dengan realitas kehidupan. Teori ini berasumsi bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi ajaib kepada audiens yang tidak berdaya (pasif). Mereka aktif mencari apa yang mereka inginkan dari media massa, mereka memaknainya sesuai dengan kehidupan mereka46.

Gebner membagikan gagasan ini kepada rekan-rekannya di Annenberg School of Communication di University of Pennsylvania pada tahun 1969 dalam sebuah artikel berjudul Teori budidaya muncul dalam situasi dimana terjadi perdebatan antara sekelompok ilmuwan komunikasi yang percaya akan pengaruh media massa yang sangat kuat, dan kelompok yang percaya akan pengaruh media massa yang terbatas. Menurut Signorielli dan Morgan (dalam Griffin, 2004), analisis budidaya merupakan tahap lanjutan dari paradigma penelitian tentang efek media yang sebelumnya dilakukan oleh George Gebner, yaitu “indikator budaya” yang menyelidiki proses kelembagaan dalam produksi konten media, gambar ( tayangan) konten media dan hubungan antara terpaan pesan media dengan keyakinan dan perilaku khalayak.

Media kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai-nilai tersebut di antara anggota masyarakat, kemudian mengikat mereka bersama-sama. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah teori ini cenderung lebih banyak berbicara tentang pengaruh media massa pada level komunitas atau masyarakat secara keseluruhan, dan bukan pada level individu. Untuk menunjukkan bahwa media massa dapat mempengaruhi pandangan penggunanya terhadap realitas sosial, peneliti dalam teori ini mengandalkan dua jenis yang disederhanakan: pertama, analisis konten yang mengidentifikasi atau menentukan tema-tema utama yang disajikan oleh media massa.

Kedua, analisis khalayak (penelitian khalayak) yang mencoba melihat dampak topik-topik tersebut terhadap pengguna media. Hovland dan rekan-rekannya (Fishbein & Ajzen, 1975; Brehm & Kassin, 1990) menyelidiki faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi persuasif. Dalam penelitiannya di Yale University, ia mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang digunakan komunikator untuk menyampaikan rangsangan guna mengubah perilaku orang lain.

Titik tolak penelitian Hovland dan kawan-kawan adalah asumsi bahwa pengaruh suatu komunikasi tertentu berupa perubahan sikap akan bergantung pada sejauh mana komunikasi itu diperhatikan, dipahami, dan diterima. Dengan melepaskan informasi melalui keadaan pikiran sadar, informasi mengalir dari memori jangka panjang ke pembangkit respons selama percakapan.

Konsep Sikap

Sikap merupakan sesuatu yang menentukan hakikat, hakikat, baik tindakan sekarang maupun yang akan datang. Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap suatu hal, anda dapat memperhatikan perilakunya karena perilaku merupakan salah satu indikator dari sikap seseorang. Oleh karena itu, jawaban yang diberikan responden dalam metode ini dijadikan sebagai indikator sikapnya.

Salah satu ciri dari skala sikap adalah isi pernyataannya, yang dapat berupa pernyataan langsung yang mempunyai tujuan pengukuran yang jelas, namun dapat juga berupa pernyataan tidak langsung yang terkesan tidak jelas bagi responden mengenai tujuan pengukuran. pengukuran. Dalam metode pengukuran terselubung (hidden Measures), objek pengamatannya bukan lagi perilaku yang tampak berdasarkan atau dilakukan secara sadar oleh seseorang, melainkan respons fisiologis yang terjadi di luar kendali orang tersebut. Apa yang dialami dan dialami seseorang juga akan membentuk dan mempengaruhi apresiasinya terhadap rangsangan sosial.

Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tanpa adanya pengalaman terhadap suatu objek psikologis seseorang cenderung membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya atas perilaku dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti sesuatu yang istimewa bagi kita (significant other) akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap terbentuknya sikap kita terhadap sesuatu. Secara umum, individu cenderung menganut pandangan yang konformis atau sejalan dengan pandangan orang yang mereka anggap penting.

Kebudayaan telah mewarnai sikap-sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan juga memberikan pola-pola pengalaman bagi individu-individu yang sudah mapan dan berkuasa, sehingga dapat mengurangi dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap-sikap individu. Selain menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga menyampaikan pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat memandu pendapat seseorang. Lembaga pendidikan dan keagamaan sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh terhadap pembentukan sikap, karena meletakkan dasar bagi pemahaman dan konsep moral individu.

Menurut temuan psikologi agama, latar belakang psikologis yang diperoleh atas dasar faktor internal atau akibat pengaruh lingkungan, mencirikan pola tingkah laku dan sikap seseorang dalam bertindak. Dalam bukunya The Varieties of Religious Experience, William James memperkirakan secara umum sikap dan perilaku beragama dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu: 1) tipe orang sakit jiwa dan 2) tipe orang sehat jiwa. Dalam mengamalkan ajaran agama, mereka cenderung pasrah dengan nasib yang diterimanya.

Mereka cenderung lebih bermuhasabah diri dan terlibat dalam masalah peribadi mereka dalam mengamalkan ajaran agama. Segala kesusahan dan penderitaan sentiasa berkait dengan kesilapan peribadi dan dosa yang telah dilakukan.

Gambar

Gambar C.1 Langkah perubahan sikap Menurut model Hovland, Janis  Informasi  dalam  jangka  pendek  dapat  ditransformasikan  dalam  bentuk  kode  dalam  memori  jangka  panjang

Referensi

Dokumen terkait

RESULT AND DISCUSSION Based on Bruner’s theory above we make the scenario of learning for the material in order to calculate the area of triangle as the following this can be