CASE REPORT : PRE-PUBERTAS PERIODONTITIS
Oleh ;
Drg. Desak Nyoman Ari Susanti,M.Kes
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
ABSTRAK iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Pengertian 1
1.2 Etiologi 2
1.3 Epidemologi 3
1.4 Gambaran Klinis dan Histopatologis 3
1.5 Gejala Klinis 4
1.6 Diferensial Diagnosis 5
1.7 Perbedaan prepubertas periodontitis dengan juvenile periodontitis 6 1.8 Manifestasi Sistemik prepubertal periodontitis 6
1.9 Manajemen 8
BAB II LAPORAN KASUS 9
BAB III PEMBAHASAN KASUS 11
BAB IV KAITAN DENGAN TEORI 13
BAB V PENUTUP 14
5.1 Simpulan 13
5.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 15
ABSTRAK
Periodontosis ditandai dengan kehilangan tulang alveolar secara cepat yang dapat melibatkan jaringan periodontal pada lebih dari satu gigi pada gigi-geligi permanen dimana kerusakan yang diakibatkan tidak sebanding dengan iritasi lokal yang ditimbulkan. Periodontitis pada remaja dikenal dengan nama juvenile periodontitis atau true periodontosis (juvenile periodontitis) sedangkan pre- pubertal periodontitis (PP) yang merupakan periodontosis yang terjadi pada gigi- geligi sulung pada anak-anak yang terjadi segera setelah erupsi gigi primer.
penyakit ini terjadi sekitar atau bahkan sebelum usia 4 tahun. Manifestasi yang dapat diakibatkan pada jaringan gingiva yaitu peradangan kecil dan sebagian kecil plak mikroba. Seorang anak perempuan berumur 4,5 tahun dibawa ke praktek dokter gigi, orang tua pasien khawatir karena eksfoliasi gigi yang terlalu dini.
Keadaan umum pasien baik, tidak ada riwayat terhadap infeksi-infeksi yang bersifat rekuren. Kedua orang tua pasien tidak memiliki riwayat patologis periodontal. Pasien tidak mendapatkan perawatan atas kondisi ini sebelumnya, gigi desidui pasien sudah erupsi secara normal tetapi ditemukan adanya mobilitas awal dan eksfoliasi pada gigi. Pada pemeriksaan,gingiva tampak normal ,terlihat adanya kehilangan pada gigi 51,52,61,71,72,81,82 dan mengalami mobilitas kelas II dalam relasinya dengan gigi 62. Pencabutan atau ekstraksi gigi dilakukan pada gigi 62, sementara gigi yang lain perlu dibersihkan, dilakukan rootplaningdan irigasi subgingiva dengan 0,2% chlorhexidine. Sedangkan untuk pemeliharaan kondisi, diberikan obat topical yaitu metronidzol dengan jangka pemberian selama 2 minggu selain itu pasien juga dianjurkan untuk control kedokter secara berkala setiap 3 bulan sekali. Pre pubertas periodontitis dapat menyebabkan destruksi tulang alveolar lebih cepat apabila berlanjut pada periodontitis kronis di usia remaja dan melibatkan gigi permanen.
Kata kunci; prepubertas periodontitis, gigi sulung, kehilangan gigi prematur
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Pre-pubertal Periodontitis
Periodontitis merupakan suatu penyakit pada jaringan periodontal yang dapat terjadi pada semua jenis kalangan usia termasuk remaja yang secara fisik dinyatakan dalam kondisi yang sehat. Periodontosis ditandai dengan kehilangan tulang alveolar secara cepat yang dapat melibatkan jaringan periodontal pada lebih dari satu gigi pada gigi-geligi permanen dimana kerusakan yang diakibatkan tidak sebanding dengan iritasi lokal yang ditimbulkan. Pada remaja yang menderita periodontitis memiliki laju tingkat kerusakan jaringan 3-4 kali lebih cepat bila dibandingkan dengan penderita periodontitis dikalangan dewasa. Periodontitis dapat mengenai jaringan pada satu atau beberapa gigi yang pada umumnya terjadi pada gigi molar permanen dan insisivus, selain itu periodontitis dapat juga mengenai di seluruh jaringan periodontal pada gigi-geligi permanen. Masyarakat kini sudah mulai memperbincangkan mengenai juvenile periodontosis. Baer menetapkan kriteria spesifik diagnosa untuk membedakan true periodontosis (juvenile periodontitis) dan pre-pubertal periodontitis (PP) yang merupakan periodontosis yang terjadi pada gigi-geligi sulung pada anak-anak yang terjadi segera setelah erupsi gigi primer. (Shetty, 2015)
Onset pre-pubertal periodontitis berlangsung segera setelah erupsi gigi primer. Prevalensi mengenai pre-pubertal periodontitis tidak diketahui
tetapi kejadiannya cukup jarang terjadi dan apabila terjadi umumnya akibat adanya faktor genetik. Pre-pubertal periodontitis dapat kemudian berprogresi menuju periodontitis yang lebih akut pada geligi permanen.
Pre-pubertal periodontitis secara luas dapat diklasifikasikan dalam bentuk umum (generalisata) dan lokal (lokalisata) yang dibedakan berdasarkan gambaran klinis, kerusakan neutrofil, monosit dan didasarkan dari segi mikrobiologi. Pre-pubertal periodontitis lokalisata biasanya tidak menyerang semua gigi-geligi primer. Onset dari penyakit ini terjadi sekitar atau bahkan sebelum usia 4 tahun. Manifestasi yang dapat diakibatkan pada jaringan gingiva yaitu peradangan kecil dan sebagian kecil plak mikroba.
Kerusakan fungsional tampak pada neutrofil atau monosit, tetapi tidak pada keduanya. Karakter khusus dari pre-pubertal periodontitis ini disertai warna merah api, inflamasi akut yang melibatkan marginal dan attached gingival disekitar gigi, proliferasi gingiva, dan formasi cleft. Resesi serangan terjadi pada saat erupsi gigi atau segera setelah erupsi gigi. neutrofil dan monosit akan abnormal pada bentuk penyakit ini , dan jumlah sel darah putih perifer ditinggikan secara nyata. (Shetty, 2015)
Pada 1986. American Academy of Periodontology (AAP) mendefinisikan PP sebagai, “periodontitis yang onsetnya segera setelah erupsinya gigi susu.“Pada tahun berikutnya, AAP mempublikasikan sebuah makalah posisi dan mendefinisikan penyakit ini berdasarkan publikasi Page et al.dengan kriteria tambahan bahwa pasien dengan penyakit berikut tidak termasuk dari definisi PP: Neutropenia, agranulositosis, aplastic anemia atau
diskrasia darah tradisional lainnya, dan sindrom Papillon-LeFevre (Shetty, 2015)
1.2 Etiologi Pre-pubertal Periodontitis
Penyebab yang mendasari terjadinya pre-pubertal periodontitis masih belum diketahui secara jelas. Hal ini dapat dikaitkan dengan penyakit sistemik, namun pada anak-anak normal tanpa keterkaitan penyakit sistemik juga dapat terkena penyakit tersebut. (Shetty, 2015)
Terdapat dua kategori etiologi dari aggressive periodontitis yaitu plak bakteri dan sistem imun host yang lemah atau fungsi kemotaktik dan fagosit PMN terganggu. Aggregatibacter actinomycetemcomitans atau Actinobacillus actinomycetemcomitans, Prevotella intermedia, Treponema denticola dan Porphyromonas gingivalis merupakan mikroflora patologis utama terhadap penyakit tersebut. (Shetty, 2015)
1.3 Epidemologi Pre-pubertal Periodontitis
Prevalensi prepubertal periodontitis yang terjadi di Afrika dan Amerika cukup tinggi. Studi mengenai kasus peridontitis pre-pubertal pada kalangan anak-anak dan remaja di Amerika Serikat dan Afrika terdiri atas 0,14% merupakan kasus localized pre-pubertal periodontitis dan 0,59% merupakan generalized prepubertal periodontitis dengan perbandingan kehilangan perlekatan insidental yang terjadi pada Amerika dan Afrika sekitar 4,63% berbanding 0,91%.
1.4 Gambaran Klinis dan Histolopatologis Pre-pubertal Periodontitis
1.4.1 Gambaran klinis
Gambaran Klinis seperti merah, marginal gingiva menebal, zona vertikal merah kebiru-biruan dari margin gingiva sampai mukosa alveolar, perdarahan gingiva atau supurasi, pergeseran gigi, dan diastem formasi dan gejala seperti sakit secara lokal atau sakit yang dalam “pada tulang” gejala periodontal poket. Metode menemukan poket periodontal dan menentukan luasnya adalah berhati-hati memeriksa margin gingiva sekitar permukaan gigi. Adapun beberapa gambaran klinisnya adalah sebagai berikut :
- Warna gingiva merah kebiruan ,lunak, licin, mengkilat ,ada cekungan saat ditekan
- Gingiva merah muda dan kaku - Perdarahan pada probing - Eluplorasi bagian dalam poket sakit - Terdapat pus pada penekanan
1.4.2. Gambaran Histopatologis
- Stagnasi sirkulasi
- Rusaknya serabut gingiva
- Atropi epitel & edema - Edema & degenerasi - Fibrotik bagian luar poket
- Peningkatan vaskuler, penipisan epitel - Ulserasi bagian dim poket
- Inflamasi supuratif bagian dalam poket
1.5. Gejala klinis Pre-pubertal Periodontitis
Periodontitis merupakan suatu kondisi inflamasi yang tidak hanya melibatkan gingiva melainkan sudah melibatkan jaringan periodontal lainnya seperti ligamen periodontal, tulang alveolar, dan sementum.
American Academy of Periodontologyl Glossary of Periodontal Terms (1992) mengklasifikasikan pre-pubertal periodontitis yang termasuk dalam early onset periodontitis menjadi 2 kategori yaitu localized pre- pubertal periodontitis dan generalized pre-pubertal periodontitis .
Localized pre-pubertal periodontitis (LPP) ditandai dengan hilangnya perlekatan dan hilangnya tulang alveolar secara lokal dan terjadi secara cepat pada gigi sulung. Pada daerah yang mengalami LPP akan tampak inflamasi ringan pada gingivanya dan pada saat dilakukan probing akan tampak plak meskipun dalam jumlah yang sedikit. Onset dari LPP ini belum diketahui secara pasti, namun pada umumnya LPP muncul pada anak-anak sekitar usia 4 tahun. LPP umumnya menyerang gigi molar sulung dan gigi insisivus sulung. Localized pre-pubertal periodontitis terkait dengan faktor herediter dan pada anak-anak yang mengalami
localized pre-pubertal periodontitis terjadi abnormalitas pada mekanisme pertahanan host yang dapat berupa kelainan pada mekanisme leukocyte chemotaksis (Weddell 1994).
Generalized pre-pubertal periodontitis ditandai dengan adanya inflamasi gingiva yang parah dan disertai kehilangan perlekatan yang menyeluruh, kegoyangan gigi dan hilangnya tulang alveolar yang cepat sehingga menyebabkan eksfoliasi gigi secara premature. Pada awalnya generalized pre-pubertal periodontitis ditandai dengan inflamasi ringan pada gingiva dengan ditemukannya sedikit plak namun pada kondisi yang sudah kronis akan muncul clefting dan resesi berat dengan inflamasi akut.
Generalized pre-pubertal periodontitis terjadi pada saat atau segera setelah erupsi gigi sulung (Pinkham, 2005).
1.6. Differential Diagnosis
Periodontitis merupakan suatu penyakit pada jarigan periodontal yang dapat terjadi pada semua jenis kalangan usia temasuk remaja bahkan pada usia anak-anak. Pre-pubertal periodontitis adalah periodontitis yang onsetnya berlangsung segera setalah erupsinya gigi primer tepatnya sebelum usia 11 tahun atau sebelum memasuki masa remaja (Shetty, 2015) Selain pre-pubertal periodontitis, juvenile periodontitis juga memiliki onset yang berlangsung pada usia anak-anak namun bisa juga pada usiadewasa muda. Juvenile periodontitis merupakan penyakit periodontal yang yang yang dapat terjadi dengan cepat pada masa anak- anak dan dapat menyebabkan kehilangan gigi primer dengan cepat sama
halnya dengan pre-pubertal periodontitis yang dapat menyebabkan gigi primer tanggal dengan cepat (Shetty, 2015)
Juvenile periodontitis dapat diklasifikasikan menjadi lokalisata juvenile periodontitis dan generalisata juvenile periodontitis. Adapun gejala klinis dari juvenile periodontitis adalah sebagai berikut :
Dapat terjadi pada usia 10-11 tahun namun dapa juga terjadi pada usia 12-26 tahun
Lebih sering terjadi pada wanita dbandingkan laki-laki
Gusi berdarah saat menyikat gigi
Gigi primer goyang lebih cepat
Adanya resesi gusi
Ada pengaruh oleh terjadinya karies
Dijumpai plak dan kalkulus dalam jumlah yang sedikit
1.7. Perbedaan Pre-pubertal Periodontitis dengan Juvenile Periodontitis 1.7.1 Pre-pubertal Periodontitis:
Periodontitis prapubertas (pre-pubertal periodontitis ) yaitu, tipe periodontitis yang melibatkan gigi susu dan gigi permanen anak – anak pada waktu atau tidak lama setelah erupsi.
-Bentuk periodontitis yang melibatkan anak-anak usia prapubertas .
-Lesi bermula setelah gigi desidui erupsi.
-Pada klasifikasi AAP World Workshop 1999 termasuk periodontitis agresif. (Daliemunthe, 1995).
1.7.2 Juvenile Periodontitis:
Periodontitis juvenil (juvenile periodontitis) yaitu, bentuk dari periodontitis pada anak – anak, yamg dimulai dari usia pubertas (12 tahun) sampai remaja usia remaja (26 tahun) yang sehat tanpa penyakit sistemik, dengan tanda – tanda adanya destruksi tulang alveolar yang berlangsung cepat dengan inflamasi gingiva pada molar pertama atau pada insisivus. Prevalensi penyakit lebih banyak pada wanita dibandingkan pria, wanita : pria ; 3:1. Bentuk periodontitis yang dijumpai pada anak-anak dan remaja, yang ditandai dengan destruksi tulang alveolar yang cepat, terutama pada M1 dan atau I sedangkan inflamasi gingiva ringan. Pada klasifikasi AAP World Workshop 1999 termasuk periodontitis agresif. (Fedi, 2005)
1.8. Manifestasi Sistemik Pre-pubertal Periodontitis
Pre-pubertal periodontitis tidak terjadi pada anak-anak, namun apabila hal itu terjadi dapat memiliki manifestasi lainnya berupa penyakit sistemik seperti hipophospatasia.
Hipophospatasia merupakan kelainan bawaan yang mempengaruhi perkembangan tulang dan gigi. Kondisi ini mengganggu proses mineralisasi ,
dimana mineral seperti kalsium dan fosfor disimpan untuk perkembangan tulang dan gigi. Mineralisasi sangat penting bagi pembentukan gigi, terutama pada fungsi gigi dalam proses mengunyah dan menggiling makanan. Bentuk- bentuk hipophospatasia yang muncul di masa kecil ataupun dewasa biasanya tidak separah pada masa bayi . Salah satu tanda awal pada anak-anak adalah gigi desidui yang tanggal lebih dini. Sedangkan pada orang dewasa yaitu kehilangan gigi permanen lebih dini (Bos T, 2005).
Hipophospatasia memiliki banyak tipe, namun yang memiliki pengaruhnya terhadap gigi pada anak-anak yaitu infantile hypophosphatasia, childhood hypophosphatasia dan odontohypophosphatasia.
Infantile hypophosphatasia biasanya terjadi pada saat kelahiran. Kasus ini memiliki tanda klinis yang terlihat pada masa kelahiran hingga umur 6 bulan. Pada kondisi ini gigi desidui tanggal lebih dini. Sedangkan pada Childhood hypophosphatasia biasanya terjadi pada usia diatas 5 tahun.
Kondisi ini menampilkan variabilitas yang luas dalam presentasi klinisnya salah satunya gigi desidui yang lebih dini tanggal, biasanya diawali dengan gigi seri.
Bentuk paling ringan dari hipophospatasia adalah odontohypophosphatasia. Dimana kondisi ini hanya mempengaruhi gigi.
Orang dengan gangguan ini biasanya mengalami perkembangan gigi abnormal dan kehilangan gigi lebih dini,terutama gigi seri, selain itu terdapat karies yang parah. Namun pada kondisi ini tidak adanya kelainan tulang (Wass, 2011)
1.9. Manajemen Pre-pubertal Periodontitis
Preus dan Gjermo telah mengusulkan protokol pengobatan yang tidak hanya penghapusan faktor iritasi lokal saja tetapi juga dari ekstraksi gigi, baik primer atau permanen yang terlibat dalam patologi. Hal ini dilakukan sebelum penampilan gigi permanen yang tersisa dan di kombinasikan dengan pemberian antibiotik.
Protokol ini juga dilibatkan dalam kasus ini. Pengobatan termasuk ekstraksi gigi yang dipengaruhi oleh kondisi patologis. Gigi lain yang telah di scaling, root planed dan subgingival dengan 0,2 % chlorhexidine. Untuk pemeliharaan kondisi, aplikasi topikal dari metronidazol di klorheksidin dasar diresepkan untuk jangka waktu 2 minggu. Biasa tindak lanjut jadwal di selang waktu 3 bulan itu direkam. Diulang pengobatan dengan bahan kimia lokal untuk jangka pendek tidak dilakukan dengan spektrum yang luas terapi antibiotik sistemik. Rencana perawatan ini tidak hanya memberikan dorongan moral dan manfaat psikologis untuk orang tua tetapi juga untuk pasien sehingga memberikan sikap positif gigi pada anak. (Shetty,2015)
BAB 2
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan berumur 4,5 tahun dibawa ke praktek dokter gigi, orang tua pasien khawatir karena eksfoliasi gigi yang terlalu dini. Keadaan umum pasien baik, tidak ada riwayat terhadap infeksi-infeksi yang bersifat rekuren. Kedua orang tua pasien tidak memiliki riwayat patologis periodontal,dan keduanya dalam keadaan sehat. Pasien tidak mendapatkan perawatan atas kondisi ini sebelumnya. Berdasarkan cerita sang ibu,gigi desidui pasien sudah erupsi secara normal tetapi ditemukan adanya mobilitas awal dan eksfoliasi pada gigi.
Pada pemeriksaan,gingiva tampak normal ,terlihat adanya kehilangan pada gigi 51,52,61,71,72,81,82 dan mengalami mobilitas kelas II dalam relasinya dengan gigi 62 (Gambar 1).
Gambar 1. Kehilangan gigi 51,52,61,71,72,81,82 pada kasus prepubertal periodontitis
Gambar 2. Ekstraksi gigi 62
Gambar3. Rehabilitasi fungsi dan estetik dengan protesa lepasan
BAB III
PEMBAHASAN
Kerusakan jaringan periodontal dan kehilangan gigi primer yang cepat jarang terjadi pada usia anak-anak dan usia remaja. Akan tetapi saat ini hal tersebut bukan tidak mngkin bias terjadi karena penyakit jaringan periodontal juga dapat terjadi pada anak-anak dan remaja. Hal ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok berdasarkan onset usia yaitu kelainan yang terjadi pada masa pre- pubertas sekitar usia kurang dari 11 tahun, meskipun pada beberapa anak mengalami masa pre-pubertas setelah usia 11 tahun. Kelompok selanjutnya yaitu terjadi pada masa pubertas sekitar usia 11-19 tahun atau dikenal juga dengan periodontitis juvenile, meskipun periodontitis juvenile dapt terjadi ada usia anak- anak. Sedangkan yang mengacu pada kelompok pertama yaitu pre-pubertas periodontitis. Pada dasarnya pre-pubertas periodontitis merupakan periodontitis yang dapat terjadi pada gigi desidui yang meliputi inflamasi gingival,kehilangan gigi desidui yang cepat serta pengeroposan tulang. Lokalisata pre-pubertas periodontitis hanya melibatkan beberapa gigi saja. Pre-pubertas periodontitis dapat terjadi sekitar bahkan sebelum usia 4 tahun serta memilik manifestasi pada jaringan gingival berupa peradangan minor dan mikroorganisma plak dalam jumlah yang sedikit. Akan tetapi pre-pubertas periodontitis dapat menyebabkan destruksi tulang alveolar lebih cepat apabila berlanjut pada periodontitis kronis di usia remaja dan melibatkan gigi permanen.
Berdasarkan bukti penelitian menunjukkan bahwa pre-pubertas periodontitis terjadi secara genetic. Apabila seorang pasien tidak memiliki riwayat
infeksi rekuren, mengalami kehilangan desidui dengan cepat dapat diturunkan kepada generasinya.
Menurut Baer, apabila pre-pubertas periodontitis terjadi pada anak-anak, hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya penyakit sistemik lain pada anak tersebut seprti agranulositosis atau hipophospatia yang mngkin tidak dapat dideteksi. Penelitian lain juga menyatakan bahwa penyakit ini tidak menimbulkan lesi pada kulit, adanya resiko kekambuhan dan kadang-kadang menimbulkan infeksi kronis yang dapat mengancam jiwa.
Tinanoff et al., Preus dan Gjermo telah mengusulkan sebuah penatalaksanaan pengobatan yang terdiri dari tidak hanya penghapusan faktor iritasi, tetapi juga perlu melakukan ekstraksi gigi, baik gigi desidui maupun gigi permanen yang tersisa dan juga perlu pemberian antibiotik.
Tata cara pengobatan ini juga perlu dilakukan untuk penatalaksanaan kasus ini. Pencabutan atau ekstraksi gigi perlu dilakukan pada gigi yang mengalami mobilitas akibat pre-pubertas periodontitis, sementara gigi yang lain perlu dibersihkan, dilakukan penanaman akar dan irigasi subgingiva dengan 0,2%
chlorhexidine. Sedangkan untuk pemeliharaan kondisi, perlu diberikan obat topical yaitu metronidzol dengan jangka pemberian selama 2 minggu selain itu pasien juga dianjurkan untuk control kedokter secara berkala setiap 3 bulan sekali.
Dari kasus diatas dapat diketahui bahwa diagnosis pre-pubertal periodontitis dapat ditegakkan berdasarkan
- Pengertian periodontitis merupakan suatu penyakit pada jaringan periodontal yang dapat terjadi pada semua jenis kalangan usia termasuk remaja yang secara fisik dinyatakan dalam kondisi yang sehat, seperti yang disampaikan pada kasus.
- Periodontitis prapubertas (pre-pubertal periodontitis ) yaitu, tipe periodontitis yang melibatkan gigi susu dan gigi permanen anak – anak pada waktu atau tidak lama setelah erupsi.
- Berdasarkan bukti penelitian menunjukan bahwa pre-pubertal periodontitis tidak memiliki riwayat infeksi rekuren, mengalami kehilangan gigi desidui dengan cepat dan dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya.
- Penyebab yang mendasari terjadinya pre-pubertal periodontitis masih belum diketahui secara jelas. Hal ini dapat dikaitkan dengan penyakit sistemik, namun pada anak-anak normal tanpa keterkaitan penyakit sistemik juga dapat terkena penyakit tersebut.
- Pada saat dilakukan probing, localized periodontitis prepubertal menunjukkan adanya inflamasi ringan pada gingiva dan tampak sedikit plak, sedangkan pada generalized prepubertal periodontitis menunjukkan adanya resesi berat dengan inflamasi akut, kegoyangan gigi, hilangnya tulang alveolar secara cepat dan clefting.
- Periodontitis prepubertal umumnya menyerang gigi molar sulung dan gigi
BAB IV PENUTUP 5.1 Simpulan
Periodontitis Prapubertas merupakan penyakit yang mempengaruhi pertumbuhan gigi primer/ gigi sulung. Eliminasi mikroflora dengan scaling, dan root planing subgingival dengan 0,2 % chlorhexidine , dan metronidazole topical dapat membantu dalam proses penyembuhan.
Pencabutan gigi primer/sulung yang terlibat, dapat mencegah kerusakan jaringan periodontal yang lebih lanjut sehingga gigi dapat dipertahankan.
5.2 Saran
Edukasi mengenai penyakit gigi dan mulut sangat penting untuk diberikan pada masyarakat terutama orang tua agar dapat mengetahui lebih dini kelainan rongga mulut yang dialami anak terutama balita. Ketidak tahuan sering kali membuat terapi yang diberikan menjadi terlambat sehingga membutuhkan penanganan yang lebih lanjut. Pencegahan akan lebih baik dilakukan dengan melakukan kontrol ke dokter gigi agar penyakit seperti prepubertas periodontitis ini dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Carranza F, Newman M. 2014. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th edition. USA. Elseviersounder
Daliemunthe, S. H. 1995. Pengantar Periodonsia. Universitas Sumatera Utara Press. Sumatera Utara
Fedi, P. F., Vernino, A. R., Gray, J. L. 2005. Silabus Periodonti. Edisi 4.
Cetakan 1. GEC. Jakarta.
McDonal RE, Avery DR, Weddel JA. (1994). Gingivitis and Periodontal Disease In : Dentistry for The Child and Adolescent 6th ed. St Louis: Mosby.
pp. 458-9
Newman, Michael G.,dkk. 2002. Carranza’s Clinical Periodontology .9h ed. St. Louis Missouri : Saunders Elsevier.
Pinkham JR. (2005). Periodontal Problem in Children and Adolescent In:
Pediatric Dentistry Infancy Through Adolescent 4ed :414-22