• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Antioksidan Total pada Cairan Sulkus Gingiva Pasien Periodontitis Kronis di Instalasi Periodonsia FKG USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Status Antioksidan Total pada Cairan Sulkus Gingiva Pasien Periodontitis Kronis di Instalasi Periodonsia FKG USU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit periodontal adalah inflamasi yang dapat merusak jaringan melalui interaksi antara bakteri dengan pejamu. Terdapat peran senyawa oksigen reaktif (SOR) dalam bakteri dan pejamu sebagai perantara kerusakan jaringan. Pada beberapa tahun terakhir telah meningkat perkembangan dalam penelitian medis dan gigi tentang radikal bebas, SOR dan antioksidan.12

Dalam bab ini akan dibahas tentang penyakit periodontal yang salah satunya adalah periodontitis kronis yang dalam patogenesisnya dapat meningkatkan SOR sehingga terjadi stres oksidatif. Stres oksidatif yang terdapat dalam proses inflamasi akan menurunkan antioksidan.

2.1 Jaringan Periodontal

Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Setiap jaringan memiliki peran yang penting dalam memelihara kesehatan dan fungsi dari periodontal. Keadaan jaringan periodontal ini sangat bervariasi, tergantung atau dipengaruhi oleh morfologi gigi, fungsi maupun usia.14

2.1.1 Gambaran Gingiva Normal

Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi linggir alveolar. Gingiva juga merupakan bagian dari struktur pendukung gigi, periodonsium dan membentuk hubungan dengan gigi. Gingiva berfungsi melindungi jaringan di bawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.7

(2)

terkandung.1,7 Ukuran gingiva berdasarkan jumlah total dari sebagian besar elemen seluler dan intraseluler dan pasokan pembuluh darah. Perubahan dalam ukuran gingiva merupakan tanda dari penyakit gingiva.1

Kontur dan bentuk gingiva bervariasi, tergantung pada bentuk gigi dan keselarasan dalam lengkung rahang.1 Permukaan gingiva mirip dengan tekstur kulit jeruk yang disebut stippling.1,7 Gingiva cekat memiliki tekstur stippling dan pada

margin gingiva tidak. Bagian tengah dari gingiva interdental mempunyai tekstur

stippling sedangkan bagian margin gingiva lebih halus. Pola dan perluasan stippling

bervariasi antar individu dan antar sisi pada satu individu. Stippling tidak jelas pada permukaan oral dan pada permukaan wajah tidak terdapat di beberapa individu.1

Gambar 1. Gambaran gingiva dan papila interdental dalam keadaan normal1

2.1.2 Penyakit Jaringan Periodontal

(3)

Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yang bila tidak dirawat bisa berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan pendukung periodontal.3 Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, tanda dan gejalanya adalah nyeri lokal atau menyeluruh, halitosis, perdarahan gingiva ketika menyikat gigi, gingiva bengkak dan terbentuknya poket gingiva.6

Periodontitis adalah peradangan pada ligamen periodontal dan jaringan penyangga gigi yang dapat menyebabkan kehilangan tulang dan ligamen periodontal yang disebabkan oleh bakteri, debris makanan dan deposit kalkulus.6

Perubahan warna pada gingiva bervariasi dengan intensitas peradangan. Awalnya ada peningkatan eritema. Dalam peradangan akut yang parah warna merah secara bertahap menjadi kusam, abu-abu keputihan. Berkurang atau hilangnya

stippling adalah tanda dari penyakit gingiva. Pada inflamasi yang kronis permukaan gingiva lebih halus dan berkilat.1

Gambar 2. Gingiva dalam keadaan inflamasi1

2.2 Periodontitis Kronis

(4)

menderita periodontitis kronis dan pada negara berkembang prevalensinya lebih tinggi. 18

Periodontitis kronis dihubungkan dengan akumulasi plak dan kalkulus dan biasanya tingkat perjalanan penyakit lambat sampai sedang, tetapi periode destruksi lebih cepat diamati. Peningkatan dari perjalanan penyakit dapat disebabkan oleh faktor lokal, sistemik, atau faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi interaksi antara pejamu dengan bakteri.16 Klasifikasi periodontitis kronis terbagi atas tiga yaitu: periodontitis kronis ringan dengan kehilangan perlekatan 1-2 mm, periodontitis kronis sedang kehilangan perlekatan 3-4 mm dan periodontitis kronis berat kehilangan perlekatan ≥ 5 mm.18

Senyawa oksigen reaktif (SOR) menjadi salah satu patogenesis dari periodontitis yang juga memiliki peran penting dalam metabolisme normal. Senyawa oksigen reaktif (SOR) bersifat sangat merusak dan beracun secara alami.8 Aktivitas PMN akan memproduksi SOR dalam jumlah yang besar dan menyebabkan kerusakan dari jaringan periodontal.19

2.2.1 Gambaran Klinis Periodontitis Kronis

Karakteristik gambaran klinis pada periodontitis kronis terdiri dari akumulasi plak supragingiva dan subgingiva, inflamasi gingiva, terbentuknya poket, kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang.16

Gambaran klinis pada periodontitis kronis adalah:7 1. Inflamasi Gingiva dan Perdarahan

(5)

2.Poket Periodontal

Pengukuran kedalaman poket merupakan bagian penting dari diagnosis periodontal, tetapi harus tetap diinterpretasikan bersama-sama dengan inflamasi gingiva dan pembengkakan, serta tanda-tanda radiografi dari kerusakan tulang alveolar. Apabila tidak terjadi pembengkakan pada gingiva, poket sedalam lebih dari 2 mm menunjukkan adanya migrasi ke apikal dari epitelium, tetapi pembengkakan tersebut sering terjadi pada usia muda sehingga ditemukan poket sedalam 3-4 mm yang merupakan poket gingiva atau poket palsu. Poket sedalam 4 mm menunjukkan adanya periodontitis kronis tahap awal.7

3. Resesi Gingiva

Resesi gingiva merupakan pergeseran margin gingiva ke apikal yang dapat menyebabkan terbukanya akar gigi. Resesi gingiva seringkali disertai dengan kerusakan jaringan periodontal dan periodontitis kronis.7

4. Kehilangan perlekatan

Gambaran klinis yang menjadi ciri khas periodontitis adalah kehilangan perlekatan. Dalam beberapa kasus, resesi dari margin gingiva dapat disertai kehilangan perlekatan. Tanda klinis dari inflamasi diantaranya adalah perubahan warna, kontur, konsistensi dan perdarahan ketika probing tidak selalu menjadi indikator dari kehilangan perlekatan.16

5. Mobiliti Gigi

Pada kelainan periodontal kerusakan jaringan selalu disertai dengan inflamasi dan seringkali disertai trauma oklusal. Mobiliti yang disebabkan karena inflamasi dan trauma oklusal umumnya reversibel, seperti berkurangnya mobiliti setelah skeling dan penyesuaian oklusal. Mobiliti yang berhubungan dengan kerusakan jaringan pendukung irreversibel.7

6. Kerusakan tulang Alveolar

(6)

menentukan rencana perawatan, jumlah kerusakan tulang, kecepatan resorpsi dan pola kerusakan tulang perlu ditentukan dengan akurat.7

Gambar 3. Gambaran klinis periodontitis kronis16

2.2.2 Etiologi Periodontitis Kronis

Akumulasi plak pada gigi dan permukaan gingiva dianggap sebagai agen utama dalam etiologi periodontitis kronis. Perlekatan dan kehilangan tulang berhubungan dengan peningkatan proporsi gram negatif dalam plak di subgingiva denga peningkatan tertentu dalam organisme patogen dan virulen.16 Plak gigi adalah deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi yang diantaranya mengandung berbagai spesies.5

Faktor retensi plak sangat penting dalam berkembangnya penyakit periodontitis kronis, karena dapat mempertahankan jasad renik di dalam jaringan periodontal. Faktor lain yang dapat meningkatkan akumulasi plak adalah kesalahan dalam restorasi, karies, lesi furkasi, crowded, kelainan pada gigi dan lain sebagainya.16

(7)

2.3 Stres Oksidatif sebagai Biomarker Penyakit Periodontal

Stres oksidatif menggambarkan suatu ketidakseimbangan antara produksi SOR dengan pertahanan antioksidan. Hal tersebut merupakan faktor utama untuk menjelaskan mekanisme patofisiologi dari keadaan inflamasi, seperti periodontitis.20

Sel pagosit utama adalah polimorphonuklear leukosit (PMN) yang menjadi sumber potensial. Polimorphonuklear leukosit (PMN) dapat menghasilkan SOR dari rangsangan oleh bakteri antigen, PMN menghasilkan dan melepaskan SOR dalam jumlah banyak, oksidatif yang sangat tinggi dapat merusak jaringan gingiva, ligamen periodontal dan tulang alveolar.8

2.3.1 Stres Oksidatif

Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan yang dipicu oleh dua kondisi umum yakni kurangnya antioksidan dan produksi radikal bebas yang berlebihan.21 Ketika SOR atau radikal bebas seperti O₂ dan H₂O₂ dilepaskan dari PMN selama pagositosis dapat menghilangkan patogen periodontal, dapat juga merusak pejamu.13

Produksi SOR dengan segera menyebabkan kerusakan jaringan, penyakit dan kematian sel. Stres oksidatif dapat diukur dari enzim dalam antioksidan seperti superoksida dismutase (SOD), glutathion peroksidase (GPx), katalase dan lain sebagainya, yang kedua antioksidan non-enzymatic seperti vitamin C, Vitamin E, uric acid.22

Berbagai enzim pada sel dan proses metabolik yang terkontrol, akan menjaga tubuh agar kerusakan oksidatif ditingkat sel tetap minimal. Pada saat produksi SOR meningkat, maka kontrol protektif tidak akan mencukupi sehingga memicu kerusakan oksidatif.21

(8)

Stres oksidatif yang berlanjut akan mempengaruhi antioksidan pada jaringan. Perubahan keadaan gingiva dapat menyebabkan kematian sel dan pelepasan SOR dengan pagosit, menurunkan katalase (CAT) dan superoksida dismutase (SOD).2

Aktivasi sinyal inflamasi menyebabkan peningkatan senyawa oksigen reaktif (SOR) dan stres oksidatif, sehingga endotel yang teraktivasi menarik sel proinflamasi makrofag, Menurunnya tingkat stres oksidatif dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan. 10

Senyawa oksigen reaktif (SOR) terdiri dari superoksida anion, hidroksil radikal, nitro oksidan dan hidrogen peroksida dapat diproduksi antara bakteri dan pejamu yang menyebabkan kerusakan jaringan. Pejamu mempunyai kemampuan untuk menghilangkan SOR dan menghambat destruksi jaringan yang disebabkan oleh reaksi inflamasi dengan menghasilkan antioksidan di dalam jaringan.11

2.3.2 Antioksidan

Antioksidan adalah molekul yang mampu menghambat oksidasi dari molekul oksidan. Oksidasi merupakan reaksi kimia yang memindahkan elektron dari satu substansi ke agen oksidan. 22 Antioksidan juga berfungsi untuk mencegah kerusakan sel dari pengaruh radikal bebas.23,24 Banyak studi yang mengatakan bahwa antioksidan dapat mengurangi jumlah radikal bebas pada kerusakan periodontal dan penyakit metabolik.7

Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara mengikat elektron molekul yang berada di sekitarnya. Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat ditunjukkan oleh rendahnya aktivitas enzim antioksidan.24 Antioksidan berupa nutrisi yang berasal dari buah dan sayur dapat menetralisir radikal bebas dengan memberikan atom atau electron sehingga radikal bebas dan antioksidan terdapat dalam jumlah yang stabil.2

(9)

dengan berbagai jenis antioksidan yang akan bekerja melalui beragam mekanisme.25 Antioksidan juga terdapat di kelenjar submandibular dan kelenjar parotid dimana dalam keadaan normal bertindak sebagai anti bakterial.13

Antioksidan meliputi superoksida dismutase (SOD), uric acid, ascorbic acid,

α-tocopherol, glutathione dan albumin. Salah satu yang penting dari antioksidan adalah SOD yang mengkatalisasi superoksida anion untuk bertahan dalam melawan SOR.12

Berkurangnya kapasitas antioksidan merupakan penyebab atau efek dari penyakit periodontal, dan rendahnya konsentrasi antioksidan di cairan sulkus gingiva akan meningkatkan kerusakan pada gingiva dan struktur sekitarnya oleh pergerakan neutrofil.26 Antioksidan akan melindungi kesehatan tubuh dari radikal bebas dan SOR.27 Pada jaringan rendahnya antioksidan dapat meningkatkan kedalaman poket.12 Sculley dkk (2002) mengatakan bahwa pengaruh nutrisi dalam status antioksidan berdampak pada perawatan periodontal.2

2.3.3 Cairan Sulkus Gingiva sebagai Indikator Penilaian Antioksidan Cairan sulkus gingiva digambarkan sebagai transudat atau eksudat. Cairan sulkus gingiva mengandung komponen jaringan ikat, epitelium, sel inflamasi, serum, dan flora mikrobial. Dalam keadaan inflamasi, aliran cairan sulkus gingiva meningkat dan dimulai dari komposisi sampai menyerupai cairan inflamasi.16

Cairan sulkus gingiva telah digunakan untuk mendeteksi atau mendiagnosis penyakit aktif atau untuk memprediksi pasien dengan risiko penyakit periodontal.3,12 Sistem pertahanan antioksidatif dapat melemah dalam cairan sulkus gingiva yang mempercepat akibat dari penyakit periodontal.11 Antioksidan yang terdapat dalam cairan sulkus gingiva pada pasien periodontitis cenderung menurun.12

(10)

dalam cairan sulkus gingiva yang menghasilkan penurunan dari jaringan periodontal khususnya tulang alveolar.8

(11)

KERANGKA TEORI

Periodontitis Kronis

Polimorphonuklear Leukosit (PMN) Aktif

Antioksidan Menurun Senyawa oksigen reaktif

(SOR) Meningkat

Stres Oksidatif Bakteri

O₂ dan H₂O₂

(12)

KERANGKA KONSEP

- Subjek periodontitis kronis

- Subjek dengan periodonsium sehat

Status antioksidan total pada cairan sulkus gingiva

Variabel Terkendali:

a. Metode pengambilan cairan sulkus gingiva

b. Sterilisasi alat dan bahan c. Tidak terjadi bleeding

Gambar

Gambar 1. Gambaran gingiva dan papila interdental dalam keadaan normal1
Gambar 2. Gingiva dalam keadaan inflamasi1
Gambar 3. Gambaran klinis periodontitis kronis16

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis dibandingkan

Fungsi GCF menurut Manson dan Elley (2002) adalah sebagai pembersih sel- sel epitel yang lepas, leukosit, dan bakteri, membantu perlekatan epitel dan gigi dengan

Periodontitis adalah penyakit peradangan jaringan pendukung gigi disebabkan mikroorganisme, sehingga menyebabkan kerusakan progresif dari ligamen periodontal dan tulang

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan status antioksidan total pada saliva pasien periodontitis kronis di Instalasi Periodonsia FKG USU dan subjek dengan

perbedaan status antioksidan total pada saliva pasien periodontitis kronis di Instalasi. Periodonsia FKG USU dan subjek dengan

Adapun komponen utama dari jaringan keras gigi dan tulang alveolar yang berada pada saliva dan cairan krevikular gingiva yaitu kalsium fosfat8. Saat terjadi kalsifikasi

8 Status oksidan total pada serum, saliva, dan cairan sulkus gingiva lebih tinggi pada kelompok periodontitis kronis dibandingkan kelompok. kontrol sehat, dan peningkatan

Periodontitis kronis adalah suatu peradangan kronik yang terjadi pada jaringan periodontium yang disebabkan oleh penumpukan plak pada gigi yang nantinya akan menyebabkan