• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Disusun Oleh : JAYANTI SANDA 45 16 041 048

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Disusun Oleh : JAYANTI SANDA 45 16 041 048"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh penambahan abu hasil pembakaran daun bambu pada tanah liat terhadap nilai kuat geser langsung dan permeabilitas. Pengujian yang dilakukan adalah kuat geser langsung dan permeabilitas dengan cara mencampurkan tanah liat dengan abu sisa pembakaran daun bambu, dengan komposisi 97,5% tanah liat + 2,5% abu daun bambu, 95% tanah liat + 5% abu daun bambu, 92,5% % Tanah liat + 7,5% abu daun bambu, 90% + 10% tanah liat. Pada uji kuat geser langsung seiring dengan penambahan kadar abu daun bambu nilai kohesi, sudut geser dan kuat geser meningkat, namun setelah penambahan kadar abu daun bambu 7,5% nilai kuat geser, sudut geser dan kohesi menurun.

Pada uji permeabilitas tanah alam tanpa variasi terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kadar abu daun bambu. Oleh karena itu, penyelidikan terhadap sifat dan kekuatan tanah harus dilakukan dalam perencanaan konstruksi. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan tanah guna meningkatkan daya dukung tanah yaitu dengan menstabilkan tanah secara kimiawi.

Proyek kelulusan ini didasarkan pada hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah, Universitas Bosowa. Proyek wisuda ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa.

Gambar                                                                                                 Halaman  2.1 Diagram Fase Tanah……………………………………...…...…………..
Gambar Halaman 2.1 Diagram Fase Tanah……………………………………...…...…………..

DAFTAR TABEL

Rumusan Masalah

Berapa laju penambahan abu sisa pembakaran daun bambu yang optimum untuk mendapatkan nilai kuat geser langsung dan permeabilitas terbaik.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian .1 Tujuan

  • Manfaat
  • Batasan Masalah

Sistematika Penulisan

KAJIAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Pengertian Tanah

  • Kadar Air (Moisture Water Content)
  • Batas-batas Atterberg (Atterberg Limit)

Kata "tanah" mengacu pada bahan apa pun yang tidak memfosil, kecuali batuan dasar, yang terdiri dari butiran mineral yang terikat secara longgar yang bervariasi dalam bentuk dan ukuran, bahan organik, air, dan gas. Klasifikasi tanah adalah ilmu yang berkaitan dengan pengkategorian tanah berdasarkan ciri-ciri yang membedakan setiap jenis tanah. Tujuan dari deskripsi dan klasifikasi tanah adalah untuk memberikan informasi tentang sifat-sifat teknis dari tanah itu sendiri, sehingga dapat diberikan nama dan sebutan yang tepat untuk tanah-tanah tertentu sesuai dengan sifatnya.

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengelompokan secara sistematis jenis-jenis tanah yang mempunyai sifat-sifat yang sama ke dalam kelompok dan subkelompok menurut kegunaannya. Secara umum, klasifikasi tanah didasarkan pada ukuran partikel yang diperoleh melalui analisis saringan (dan/atau uji sedimentasi) dan plastisitas (Dr. Ir. H. Darwis, M.Si., 2018). Klasifikasi tanah oleh AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials) bertujuan untuk memudahkan pemilihan material tanah untuk konstruksi dasar.

Sistem klasifikasi tanah AASHTO awalnya dikembangkan pada tahun 1929 sebagai sistem klasifikasi Administrasi Jalan Umum. Sistem klasifikasi tanah USCS (Unified Soil Classification System) pertama kali diusulkan oleh Casagrande dan kemudian dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation (USBR) dan United State Army Corps of Engineers (USACE).

Tabel 2.1 Ukuran Partikel untuk Berbagai Jenis Tanah
Tabel 2.1 Ukuran Partikel untuk Berbagai Jenis Tanah

Batas Cair (Liquid Limit)

Semakin besar kandungan mineral montmorillonit maka batas cair dan indeks plastisitas semakin besar dan nilai batas susut dan batas plastis semakin kecil (Hardiyatmo, 2006). Batas cair memiliki nilai batas antara 0–1000, tetapi sebagian besar tanah memiliki nilai batas cair kurang dari 100. Batas plastis adalah kadar air tanah pada posisi antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase air konten dimana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai mengalami keretakan saat digulung.

Batas plastis tersebut memiliki nilai batas antara 0-100, namun sebagian besar memiliki nilai batas cair kurang dari 40 (Holtz dan Kovacs, 1981).

Gambar 2.5 Alat Uji Batas Cair
Gambar 2.5 Alat Uji Batas Cair

Batas Susut (Shrinkage Limit)

Indeks Plastisitas (Plasticity Index)

  • Pemadatan Tanah (Compaction)
  • Kuat Geser Langsung
  • Uji Kadar Air
    • Uji Pemadatan Tanah Modified

Pada saat melakukan percobaan akan diperoleh berat kering tanah, selain itu juga akan diperoleh berat sisa tanah dan berat kumulatif. Pemadatan adalah pemadatan tanah jenuh dengan mengurangi volume rongga berisi udara sambil menjaga volume padatan dan kadar air pada dasarnya sama. Hasil uji pemadatan berupa kurva yang menunjukkan hubungan antara kadar air dan berat kering per satuan tanah, seperti pada Gambar 2.4.

Tanah lempung adalah tanah mikroskopis sampai submikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimia penyusun batuan, tanah lempung sangat keras bila kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Warna tanah pada tanah liat tidak dipengaruhi oleh unsur kimia yang terkandung di dalamnya, karena tidak ada perbedaan. Tanah lempung adalah agregat partikel mikroskopis dan submikroskopik yang berasal dari peluruhan kimia penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam kisaran kadar air sedang hingga lebar.

Sifat pemuaian lempung yang dipadatkan akan lebih besar pada lempung yang dipadatkan pada kondisi kering optimum dibandingkan dengan yang dipadatkan pada kelembapan optimum. Unsur-unsur penyusun tanah lempung mempunyai variasi kandungan yang berbeda-beda menurut ukuran butir (grained) dan jenis unsurnya. Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan densitasnya, tetapi tidak bergantung pada tegangan normal yang bekerja pada bidang geser.

Gesekan antar partikel tanah yang ukurannya berbanding lurus dengan tegangan normal pada bidang geser. Tanah dengan struktur yang lemah, sebaliknya, memiliki pori-pori yang besar, sehingga permeabilitasnya tinggi (semakin ke kanan semakin rendah). Uji kepala konstan atau energi tinggi digunakan untuk tanah berbutir kasar dan memiliki koefisien permeabilitas yang tinggi.

Uji kepala jatuh digunakan untuk tanah yang berbutir halus dan memiliki koefisien permeabilitas yang rendah. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa stabilisasi tanah menggunakan abu daun bambu pada tanah liat di Jalan Munjul–Malingping, Desa Pasir Tenjo, Kecamatan Sindang Kabupaten Pandeglang dapat meningkatkan kuat tekan tanah. Secara umum dapat disimpulkan bahwa penambahan abu daun bambu pada tanah lempung dapat meningkatkan nilai kuat tekan bebas tanah pada persentase abu daun bambu 2%, namun tidak mampu menurunkan nilai indeks plastisitas secara signifikan, sehingga perlu dilakukan penambahan bahan tambahan lain yang dapat berperan dalam menurunkan nilai indeks plastisitas sehingga resiko pembengkakan dan penyusutan tanah dapat dikurangi.

Tabel 2.7 Nilai indeks plastisitas dan macam tanah
Tabel 2.7 Nilai indeks plastisitas dan macam tanah

ANALISIS KUAT GESER DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG LUNAK YANG DICAMPUR DENGAN ABU SEKAM

  • Jenis Pengujian Material
  • Notasi dan Jumlah Sampel
  • Notasi Sampel Kuat Geser Langsung
  • Tabel Notasi Sampel Kuat Geser Langsung
  • Tabel Notasi Sampel Permeabilitas
  • Data Penelitian 1. Data Skunder
  • Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan Abu Sisa Pembakaran Daun Bambu
  • Metode Analisis

Judul penelitian ini adalah “Analisis Penggunaan Sisa Abu Pada Pembakaran Daun Bambu Terhadap Nilai Kuat Geser Langsung dan Permeabilitas”. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis semai, uji berat jenis, uji kadar air, uji konsistensi batas. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil pengujian tanah dengan menggunakan campuran abu sisa pembakaran daun bambu untuk setiap kandungan campuran.

Pencampuran dilakukan dengan cara menimbang tanah, abu sisa pembakaran daun bambu sesuai kadar masing-masing pada masing-masing campuran, kemudian mencampurkan kedua bahan tersebut dalam panci besar dengan mengaduk perlahan sambil menambahkan air sedikit demi sedikit sesuai dengan nilai KAO- yang dibutuhkan. Pada analisis data terapan yaitu analisis hasil pengujian di laboratorium sebagai berikut.

Tabel 3.1 Pengujian karakteristik tanah
Tabel 3.1 Pengujian karakteristik tanah

1 BAB IV

  • Karakteristik Dasar Tanah Asli
  • Pembahasan Hasil Pemeriksaan Karateristik Tanah Tanpa Bahan Tambah
    • Berat Jenis (Gs)
    • Pengujian Batas-batas Konsistensi a. Batas Batas Atterberg

Pada Gambar 4.1 diperoleh hasil hubungan antara jumlah ketukan dan kadar air dengan nilai batas cair (LL Gambar 4.1 Kurva aliran penentuan batas cair 2) Batas plastis (PL).

Kurva Aliran Untuk Penentuan Batas Cair

  • AASHTO (American Association Of State Highway And Transportation Officials)
  • USCS (Unified Soil Classification System)
  • Hasil Pengujian Sifat Mekanis Tanah .1. Hasil Pengujian Kuat Geser
    • Pengujian Rembesan / Permeabilitas

Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa hasil uji gradasi yang dilakukan dengan analisis ayakan basah memberikan rendemen tanah sebesar 89,78%. Gambar 4.3 dan 4.4 di atas menunjukkan bahwa hasil uji hidrometer berdasarkan kurva lengkung menunjukkan bahwa sebagian besar ukuran butir tanah adalah fraksi lanau yaitu 67,03%, fraksi liat adalah 22,75%, dan fraksi pasir adalah 10,22%. Sumber : Hasil Uji Laboratorium Universitas Bosowa, 2021 Gambar 4.6 Grafik hubungan antara kohesi dan variasi sumbu daun bambu.

Nilai kohesi tanah asli dibandingkan dengan nilai kohesi tanah variasi + 2,5% mengalami abu daun bambu. Sumber : Hasil Uji Laboratorium Universitas Bosowa, 2021 Gambar 4.7 Grafik hubungan sudut geser dan variasi sumbu daun bambu. Nilai sudut geser tanah asli dibandingkan dengan nilai sudut geser variasi tanah + abu daun bambu 2,5% mengalami peningkatan.

Oleh karena itu, nilai sudut geser optimum terjadi pada tanah yang mengandung abu daun bambu 7,5%. Nilai kuat geser tanah asli dibandingkan dengan nilai kuat geser tanah variasi + 2,5% abu daun bambu mengalami peningkatan. 7,5% abu daun bambu, tetapi pada variasi tanah + 10% abu daun bambu nilai kuat gesernya menurun sehingga nilai kuat geser optimum terjadi pada tanah yang mengandung 7,5% abu daun bambu.

Berdasarkan Gambar 4.9 terlihat bahwa grafik hubungan kadar abu daun bambu dengan koefisien permeabilitas (k) terus meningkat. Pada nilai tanah asli dibandingkan dengan nilai koefisien (k), variasi tanah + 2,5% abu daun bambu meningkat. Kemudian nilai koefisien (k) terus meningkat dengan variasi tanah + abu daun bambu 7,5% dan peningkatan juga terjadi pada koefisien (k) dengan variasi tanah + abu daun bambu 10%.

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar abu daun bambu maka semakin tinggi pula nilai koefisien permeabilitas (k) yang diperoleh, hal ini dikarenakan abu daun bambu tidak mengikat partikel tanah sehingga tanah menjadi kering. lebih banyak air. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar abu daun bambu maka semakin tinggi pula nilai debit effluent (q).

Gambar 4.3 Grafik Pembagian Butir Analisa Hidrometer
Gambar 4.3 Grafik Pembagian Butir Analisa Hidrometer

1 BAB V

  • Saran
  • TA + 7,5% ABD

Berdasarkan hasil penelitian, kuat geser variasi abu daun bambu 10% semakin menurun karena penambahan abu daun bambu yang semakin banyak tidak lagi mengikat partikel tanah, sehingga kepadatan tanah semakin berkurang. Sedangkan pada uji permeabilitas meningkat karena semakin banyak penambahan abu daun bambu, partikel tanah tidak saling berikatan sehingga tanah semakin banyak menyerap air. Perlu dilakukan penelitian penggunaan bahan campuran lain yang dikombinasikan dengan tanah liat dan abu daun bambu.

Andi Anisah Nurul Zahra., 2017.: “Analisis kuat geser dan permeabilitas lempung lunak bercampur fly ash. Pemanfaatan Residu Abu Pembakaran Daun Bambu untuk Stabilisasi Tanah dan Pengaruhnya Terhadap Kuat Tekan Bebas” - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. SEPTAYANI, ADE dan OWENS, DWI ALBIAH (2016) Pengaruh penambahan pasir pada tanah lempung terhadap kekuatan geser dan stabilisasi tanah.

Judul : “Analisis Pemanfaatan Abu Sisa Pembakaran Daun Bambu Terhadap Nilai Kuat Geser Langsung dan Permeabilitas”. Judul : “Analisis Pemanfaatan Abu Sisa Pembakaran Daun Bambu Terhadap Nilai Kuat Geser Langsung dan Permeabilitas”. Judul : “Analisis Pemanfaatan Abu Hasil Pembakaran Daun Bambu Terhadap Nilai Kuat Geser Langsung dan Permeabilitas”.

Judul : “Analisis Pemanfaatan Abu Sisa Pembakaran Daun Bambu Terhadap Nilai Kuat Geser Langsung dan Permeabilitas”. Judul : “Analisis Pemanfaatan Abu Residu Pembakaran Daun Bambu Terhadap Nilai Kuat Geser Langsung dan Permeabilitas”.

TABEL KADAIR AIR
TABEL KADAIR AIR

Gambar

Tabel                                                                                                       Halaman  2.1 Ukuran Partikel Untuk Berbagai Jenis Tanah……………………....………II-2  2.2 Klasifikasi Berdasarkan Ukuran butiran……… …………....………………..II-6  2.3
Tabel 2. 3. Klasifikasi tanah berdasarkan sistem AASHTO
Gambar  2.2.. Rentang dari batas cair (LL) dan indeks plastisitas  (PI) untuk kelompok tanah (Das, 1998)
Tabel 2.4. Sistem klasifikasi tanah Unified
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik kuat geser pada tanah lempung ekspansif yang distabilisasi dengan garam anorganik dengan mengambil studi