49 A. Gambaran Umum Kabupaten Bone a. Sejarah Berdirinya Kabupaten Bone
Kerajaan Tana Bone dahulu terbentuk pada awal abad ke- XIV atau pada tahun1330, namun sebelum Kerajaan Bone terbentuk sudah ada kelompok- kelompok dan pimpinannya digelar KALULA Dengan datangnya LA UBBI yang digelar TOMANURUNG (Manurungge Ri Matajang) atau MATA SILOMPO-E.
makaterjadilah penggabungan kelompok-kelompok tersebut termasuk Cina, Barebbo,Awangpone dan Palakka. Pada saat pengangkatan TO MANURUNG MATASILOMPO- E menjadi Raja Bone, terjadilah kontrak pemerintahan berupa sumpahsetia antara rakyat Bone dalam hal ini diwakili oleh penguasa Cina dengan 10MANURUNG, sebagai tanda serta lambang kesetiaan kepada Rajanya sekaligusmerupakan pencerminan corak pemerintahan Kerajaan Bone diawal berdirinya.Disamping penyerahan diri kepada Sang Raja juga terpatri pengharapanrakyat agar supaya menjadi kewajiban Raja untuk menciptakan keamanan,kemakmuran, serta terjaminnya penegakan hukum dan keadilan bagi rakyat. Adapunteks sumpah yang diucapkan oleh penguasa Cina mewakili rakyat Bone berbunyisebagai berikut:
“ ANGIKKO KURAUKKAJU RIYAAOMI’RI
RIYAKKENGKUTAPPALIRENG ELOMU ELO RIKKENG
ADAMMUKKUWAMATTAMPAKOKILAO.. MALIKO KISAWE.
MILLAUKO KI ABBERE.MUDONGIRIKENG TEMMATIPPANG.
MUAMPPIRIKKENGTEMMAKARE. MUSALIMURIKENG
TEMMADINGING “ Terjemahan bebas:
“ ENGKAU ANGIN DAN KAMI DAUN KAYU, KEMANA
BERHEMBUSKESITUKAMI MENURUT KEMAUAN DANKATA-
KATAMU YANG JADI DAN BERLAKU ATAS KAMI,
APABILAENGKAUMENGUNDANG KAMI MENYAMBUTDAN
APABILA ENGKAU MEMINTA KAMI MEMBERI, WALAUPUN ANAKISTRI KAMI JIKA TUANKU TIDAK SENANGI KAMIPUN TIDAKMENYENANGINYA, TETAPI ENGKAU MENJAGA KAMI AGAR TENTRAM,ENGKAU BERLAKU ADIL MELINDUNGI AGAR KAMI MAKMURDAN SEJAHTERA ENGKAU SELIMUTI KAMI AGAR TIDAK KEDINGINAN ‘
Budaya masyarakat Bone demikian Tinggi mengenai sistem norma atau adatberdasarkan Lima unsur pokok masing-masing : Ade’, Bicara, Rapang, Wari danSara yang terjalin satu sama lain, sebagai satu kesatuan organis dalam
pikiranmasyarakat yang memberi rasa harga diri serta martabat dari pribadi masing-masing.Kesemuanya itu terkandung dalam satu konsep yang disebut
“Siri” merupakanintegral dari ke Lima unsur pokok tersebut diatas yakni pangadereng ( norma adat),untuk mewujudkan nilai pangadereng maka rakyat Bone memiliki sekaligusmengamalkan semangat budaya.
SIPAKATAU artinya : Saling memanusiakan, menghormati atau menghargai harkatdan martabat kemanusiaan seseorang sebagai mahluk ciptaan ALLAH tanpamembeda - bedakan, siapa saja orangnya harus patuh dan taat terhadap norma adatatau hukum yang berlaku.
SIPAKALEBBI artinya : Saling memuliakan posisi dan fungsi masing-masing dalamstruktur kemasyarakatan dan pemerintahan, senantiasa berprilaku yang baik sesuaidengan adat dan budaya yang berlaku dalam masyarakat.
SIPAKAINGE artinya: Saling mengingatkan satu sama lain, menghargai nasehat,pendapat orang lain, manerima saran dan kritikan positif dan siapapun atas dasarkesadaran bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kekhilafan.
Denganberpegang dan berpijak pada nilai budaya tersebut diatas, maka sistem pemerintahanKerajaan Bone adalah berdasarkan musyawarah mufakat. Hal ini dibuktikan dimanawaktu itu kedudukan ketujuh ketua kaum (Matoa Anang) dalam satu majelis dimanaMenurungE sebagai ketuanya ketujuh kaum itu diikat dalam satu ikatan persekutuanyang disebut Kawerang, artinya Ikatan Persekutuan Tana Bone. Sistem Kawerang iniberlangsung sejak ManurungE sebagai Raja Bone pertama hingga Raja Bone ke IXyaitu Lapttawe Matinroe Ri Bettung pada akhir abad ke XVI.Pada tahun 1605 Agama Islam masuk di Kerajaan Bone dimasa pemerintahanRaja Bone ke X Latenri Tuppu Matinroe Ri Sidendreng.
Pada masa itu pula sebuatanMatoa Pitu diubah menjadi Ade Pitu ( Hadat Tujuh ), sekaligus sebutan Matoamengalami pula perubahan menjadi Arung. Arung misalnya Matua Ujung disebutArung Ujung dan seterusnya. Demikian perjalanan panjang Kerajaan Bone, makapada bulan Mei 1950 untuk pertama kalinya selama
Kerajaan Bone terbentuk danberdiri diawal abad ke XIV atau tahun 1330 hingga memasuki masa kemerdekaanterjadi suatu demonstrasi rakyat dikota Watampone yaitu menuntut dibubarkannyaNegara Indonesia Timur, serta dihapuskannya pemerintahan Kerajaan danmenyatakan berdiri dibelakang pemerintah Republik Indonesia Beberapa harikemudian para anggota Hadat Tujuh mengajukan permohonan berhenti.Disusul pula beberapa tahun kemudian terjadi perubahan nama distrik atauonder distrik menjadi Kecamatan sebagaimana berlaku saat ini.
Pada tanggal 6 April1330 melalui rumusan hasil seminar yang diadakan pada tahun 1989 di Watamponedengan diperkuat Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Bone No.1 Tahun 1990 Seri C,maka ditetapkanlah tanggal 6 April 1330 sebagai hari jadi Kabupaten Bone dandiperingati setiap tahun.
b. Letak Geografis
Daerah Kabupaten Bone merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat Di Propinsi Sulawesi Selatan, secara Geografis letaknya sangat strategis karena adalahpintu gerbang pantai timur Sulawesi Selatan yang merupakan pantai Barat TelukBone memiliki garis pantai yang cukup panjang membujur dari Utara ke Selatanmenelusuri Teluk Bone tepatnya 174 Kilometer sebelah Timur Kota Makassar, luaswilayah Kabupaten Bone 4,559 KM Bujur Sangkar atau sekitar 7,3 persen dari luasPropinsi Sulawesi Selatan, didukung 27 Kecamatan, 329Desa dan 43 Kelurahan,dengan jumlah penduduk 648,361 Jiwa.Keadaan tanahnya yang subur, terutama di daerah-daerah yang terletakdibagian pesisiran umumnya adalah tanah datar, seperti daerah Barebbo, TaneteRiattang, Mare, Tonra, Salomekko, dan sebagian lagi daerahnya datar dan berawarawa.Secara keseluruhan daerah
Bone tidak sesuai untuk digunakan sebagai daerahpersawahan karena tanahnya bercampur batu. Selain itu, jenis tanah di daerah iniadalah tanah jenis aluvial hidromorf glei yang berakar rendah, complex mediterancoklat kekuningan.Kabupaten Bone secara geografis berbatasan dengan Kabupaten Wajodisebelah utara dengan sungai cenrana sebagai batasnya, disebelah timur teletak Teluk Bone, di sebelah selatan dengan sungai tangka dan tanah-tanah pemerintahanyang terdapat diantara Gunung Katanorang, Bowoloangi dan Bontonuli, batas iniadalh batas yang ditetapkan pada tahun 1860 setelah perang Bone selesai. Di sebelahbarat dengan Tabete, Mario, Soppeng, sungai Walannae, dan Danau Tempe.
Wilayah Kabupaten Bone boleh dikatakan tidak memilikki gunung- gunungyang tinggi. Sungai yang paling penting adalah Sungai Walannae berhulu di GunungBawakaraeng, mengalir ke bagian tenggara Kabupaten Bone dan mengaliri dataranBengo, dan daerah Soppeng. Beberapa bagian alirannya mengaliri daerah Lamuru,berlanjut ke daerah-daerah Mario-ri-wawo dan Mario- ri-awa dan akhirnya bersatudengan Sungai Cenrana di sebelah Timur Danau Tempe Kabupaten Wajo. Jalurutama aliran sungai ini dari selatan ke utara Sungai Cenrana berhulu di GunungLatimojong, di perbatasan Luwu dan Toraja.
Secara administrative Kabupaten Bone berbatasan langsung dengan:
1. Sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Wajo,Soppeng 2. Sebelah utara berbatasan Kabupaten Sinjai,Gowa
3. Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Maros,Pangkep,Barru c. Sistem mata pencaharaian
Secara garis besar mata pencaharian Kabupaten Bone meliputi kebun dan sawah maka pada umumnya matapencaharian sebagai petani, dan selebihnya menjadi seorang nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang bugis bone adalah pedagang. Selain itu masyarakat bone mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.
Kabupaten Bone memiliki potensi besar pada sector pertanian khsususnya pertanian tanaman pangan. Panaman pangan terdiri dari padi dan palawijaya yaitu padi, kacangtanah,kedelai, ubi jalar, dan ubi kayu. Dilihat dari lapangan usaha sebagian besar penduduknya bekerja di sector pertanian yang berjumlah 168.030 jiwa dari jumlah sebanyak 696.712 jiwa atau 24,12 perse darijumlah penduduk yang bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di beberapa kecamatan masih mengandalkkaan pada pertanian tanaman panga, oleh karena itu sector perkebunan komoditi unggulan di daerah ini adalah
a. Kakao
Produksi kakao setiap tahun rata-rata 12.870 ton dengan luas areal 30,047 H tersebar di 27 wilayah kecamatan. Wilayah penghasil kakao di atas 1000 ton setahunya adalah kecamatan kahu sebanyak 1.614 ton/tahun, kecamatan ulaweng sebanyak 1.079 ton,sedangakan wilayah penghasil antara 500-900 ton/tahun adalah kecamatan Libureng, Sibulue, Cina, Ponre, Lamuru, Tellulimpoe, Palakka, Awangpone, Tellusiattinge, Duaboccoe,Ajangale, dan Amali.
b. Kopi
Produksi kopi setiap tahun rata-rata 264 ton dengan luas areal 987Ha tersebar di 27 kecematan. Untuk wilayah penghasil kopi tersbesar berada di kecamatan Bontoc ani sebanyak 92 ton/tahun. Kecamatn Tellulimpoe 70 ton/tahun, selebinhya antara 20-30 ton/tahun.
c. Kelapa
Produksi kelapa tiap tahun rata-rata 13.037 ton dengan luas areal 14.771 Hatersebar di 27 wilayah kecamatan. Penghasil kelapa secara umum setiap wilayah kecamatan memiliki tingkat produksi berkisar 400-600 ton/tahun,sementara penghasil terbesar berada diwilyah Tellusiattinge sebanyak 2.825 ton/tahun dan kecematan Duaboccoe sebanyak 1.118 ton/tahun.
d. Kedelai
Produksi komoditi kedelai rata-rata mengalami peningkatan setiap tahunya.
Jumlah produksi yang berhasil di peroleh rata-rata pertahun diatas luas areal lahan 5.980 Ha iyalah sebesar 11.054 ton. Ada 3 wilayah produksi yaitu kecematan Barebbo ,kecematan Bengo, Kecematan Lappariaja
e. Padi
Jumlah produksi padi dari tahun ketahun senantiasa mengalami peningkatan, sebagai akibat adanya perbaikan sarana dan prasaran, penyempurnaan pembinaan petani serta berbagai upaya lain yang dilakukan untuk penyempurnaan motivasi petani, seperti perbaikanpola dan etnik pertanian, perubahan pola piker dan penyempurnaan teknik pengelolaan lahan dan pemilihan bibit, serta penggilingan. Adapun jumlah produksi padi kering
giling rata-rat pertahun 764. 800 ton Ha yang tersebar di 27 wilayah kecamatan.
f. Jagung kuning
Jumlah produksi jagung kuning untuk varieties BissiII adalah 121.523 ton/tahun dalam luas areal penanaman 41. 313 Ha tersebar di 27 wilyah kecaamatan. Sejak tahun 2007 hingga sekarang 4 wilayah kecamatan yang terpilih sebagai pengahsil terbanyak adalah kecamatan Amali, kecamatan Tellusiattinge, kecamatan Duaboccoe dan Ajangale.
d. Sistem kekerabatan
Dalam kalangan masyarakat bone, system kekerabatan yang dianut adalah ADE’ Asseajingeng. System ini menyatakan perananya dalam hal pencarian jodoh atau perkawinan untuk membentuk keluarga baru. Dalam penarikan garis keturunanmereka berpedoman kepada prinsip Bilateral, artinya hubungan seseorang dengan kerabat pihak ayah dan pihak kerabat ibu sama erat dan pentingnya. Penggolongan kerabat (seajing) dikalangan masyarakat bone dibedakan antara “Rappe” atau kerbat sedarah (consagunity) dan “sumpung lolo”
atau pertalian kerabat karena perkawinan (Affinity). Kerabat itu di bedakan pula atas kerabat dekat (seajing marappe) dan kerabat jauh (seajing mabela).
e. Sistem kepercayaan
Dari berbagai referensi bahwa sebelum mengenal agama Islam masyarakat bugis sudah mempunyai suatu kepercayaan dan menyebut Tuhan dengan sebutan DEWATA SEUWAE yang bermakna Tuhan kita satu. Bahasa yang digunakan untuk menyebut nama Tuhanitu menunjukkan bahwa orang bugis kususnya
daerah bone memiliki kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Mattulada religi orang bugis masa pra-Islam seperti tergambar dalam sure’ La Galigo sejak awal telah memiliki suatu kepercayaan kepada suatu Dewa (Tuhan) yang Tunggal yang disebut dengan beberapa nama yakni; Patotoe (dia yang menentukan nasib), Dewata Seuwae (dia yang menentukan nasib), to-palonroe (sang pencipta) dll.
Kepercayaan dengan konsep dewa tertinggi To-Palonroe atau Patotoe, diyakini pula mempunyai anggota keluarga anggota dewata lain dengan beragam tugas, untuk memuja dewa-dewa ini tidak bisa langsung melainkan lewat dewa pembantunya. Konsepdeisme ini disebut dalam Attoriolong yang secara harifah berarti mengikuti tata cara leluhur.
Istilah Dewata Seuwae dalam aksara lontaradi baca dengan berbagai ucapan misalnya Dewata, Dewangta, dan Dewatangna yang mana mencerminkan sifat dan esensi Tuhan dalam pandangan teologi orang bugis.
Abidin, 1979 :12 dan 59mengemukakan bahwa De’ watangna berarti yang tidak punya wujud, de’ watangna atau de’ batangyang berarti yang tidak bertubuh atau yang tidak mempunyai wujud.
De’artinya tidak sedangkan watang berarti batang yakni tubuh atau
wujud. Naiyya dewatae seuwae tekkeinneenang artinya adapaun Tuhan Yang Maha Esa tidak beribu dan tidak ber-ayah. Sedangkan dalam lontara Sang Sangkuru’ Patau’ Mulajaji sering juga tidak digunakan istilah Puang Seuwae To-Palanroe yaitu Tuhan Yang Maha Esa sang pencipta. Istilah lain, Puang Mappancajie. Dengan demikan dapat
disimpulkan bahwa konsep dewata Seuwae yang dikenal dengan etnik bugis (Bone).
Kepercayaan orang bugis bone kepada Dewata dan Patotoe sampai sekarangini masih ada saja bekas dalam bentuk tradisi dan upacara adat Kedua kepercayaan tersebut mempunyai konsep tentang alam semesta yang di yakini aoleh masyarakat pendukungnya terdiri atas tiga dunia yaitu dunia atas (boting langi), dunia tengah (lino atau ale kawa) yang di diami manusia dan dunia bawah (peretiwi). Tiap-tiap dunia mempunyai penghuni masing- masing yang satusama laijsaling mempengaruhi dan pengaruh itu berakibat pula terhadap kelangsungan hidup manusia.
f. Sistem bahasa
Kabupaten bone tergolong kedalam suku bugis, tentu saja bahasa yang dipakai sehari-hari yaitu bahasa bugis. Aksara bugis (lotara) adalah bahas yang digunakan etnik bugis di Sulawesi selatan yang tersebar di Kabupaten maros, Soppeng, Barru, Pre-pare, sSidrap. Masyarakat kabupaten Bone memiliki penulisan tradisional memaklai aksara lontara , pada dasarnya suku bugis menggunakan dialeg sendiri yang dikenal sebagai “bahasa ugi” dan mempunyai tulisan huruf Bugis yang dikenal dengan “aksara bugis”.
B. GAMBARAN KHUSUS DESA LANGI, KABUPATEN BONE a. Sejarah desa langi
Untuk memulai dan mengenang sejarah desa maka kembali kebeerapa abad silam yakni pada awalnya desa Langi merupakan hamparan padang rumput dan ilalang luas. Sepi dan tak berpenghuni dikarenakan pada saat itu
Angkareng,tanah cakke, tanah Lemo dan Tanah Jekka adalah tempat pertempuran prajurit kerajaan Bone di bawah pimpinan Arung Palakka dan dibantu oleh Prajurit Kerajaaan Wajo serta Prajurit kerajaan Gowa dibawah Pimpinan Sultan Hasanuddin. Dalam pertempuran itu banyak korban berjatuhan. Sehingga prajurit Bone dikuburkan di Bulu Cakke, prajurit Wajo di Bulu Laohung serta Prajuruit Gowa dikuburkan di Bulu Mojong. Sehinnga tidak mengherankan banyak kuburan tua tak berpusara di ketiga tempat itu.
Dalam legenda ini kata Langi didapatkan dua cerita
1. Dikatakan Langi karena jika berada ditanah Akkareng, tannnah Cakke, tanah lemo, dan tanah jekka sejauh mata memandang tidak ada tampak daerah lain selain langit membiru
2. Ditanah Akkareng ada satu bukit dinamakan Langi Toa disitu pernah ditumbuhi banyak pohon taloto dan tiga pohon taloto besar menjulang diangkasa, setelah pohon taloto Pertama tumbang dan mengarah kesebelah selatan yang ujungnya sampai kesumpang Langi, Pohon taloto kedua kearah barat ujungnya sampaiu ke liang sanree dan pohon taloto ketiga tumbang kearah utara ujungnya sampai disumpang kaluppang.
Dari cerita diatas diambil nama Langi sampai sekarang menjadi nama desa yang terdiri dari 5 dusun yaitu dusun Langi, Pake, Soppo, Kalukue dan Batulappa.
Sejarah Pemerintahan Desa
Nama-nama kepala desa
Sebelum dan sesudah berdirinya Desa Langi
No Periode Nama Kepala Desa Keterangan
1 1948-1958 Andi Ukkas Petta Sompa Penunjukan
2 1958-1951 Andi Ukkas Penunjukan
3 1961-1964 Andi Siji Ibrahim Penunjukan
4 1964-1972 Andi Abd Hafid Penunjukan
5 1972-1980 Amba Penunjukan
6 1980-2003 Andi Arsyad Patawari Pemilihan
7 April 2004- Agustus 2004 2222220042004
Suardi Pelaksana Tugas
8 2004-2009 M.Idris Pemilihan
9 Sep 2009-April 2011
Suardi Pelaksana Tugas
10 2010-2013 M.Idris Pemilihan
11 2013-2015 Suardi Pelaksana Tugas
12 2015-2021 Ufrah Tahir Pemilihan
b. Demografi
Penduduk Desa Langi Tahun 2015 (sumber data) + 2303 jiwa. Terdiri dari laki- laki 1127 jiwa sedangkan perempuan 1176 Jiwa. Seluruh penduduk Desa Langi terhimpun dalam keluarga (rumah tangga) dengan jumlah sebanyak 533 KK.
Rata-rata anggota keluarga sebesar 4 jiwa. Untuk lebih jelasnya penduduk Desa Langi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin
Dusun
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
Langi 469 516 985
Kalukue 215 197 412
Soppo 191 198 389
Pake 132 135 267
Batulappa 120 130 250
Jumlah 1127 1176 2303
Sumber Data : Rpjm Des
Untuk lebih rinci mengenai pembagian penduduk menurut umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk berdasarkan Umur Jumlah Penduduk berdasarkan Umur
N O
UMUR
Dusun Langi
Dusun Kalukue
Dusun Soppo
Dusun Pake
Dusun Batulap
pa
JUMLAH
L P L P L P L P L P
1. 0–4 33 22 26 12 4 8 7 6 5 6 129
2. 5–9 19 20 11 13 12 11 9 11 9 8 123
3. 10–14 15 25 10 9 10 12 10 12 7 9 119
4. 15–19 24 33 13 14 13 11 9 11 13 15 156
5. 20–24 20 30 18 11 9 13 7 7 13 13 141
6. 25–29 26 34 19 19 17 20 12 15 11 14 187
7. 30–34 32 30 10 13 18 18 13 14 7 7 162
8. 35–39 32 48 14 14 13 14 9 9 11 8 172
9. 40–44 45 47 17 17 19 20 11 9 10 11 206
10. 45–49 47 40 16 16 20 22 13 7 9 10 200
11. 50–54 42 45 19 19 22 23 11 12 7 7 207
12. 55–59 47 55 15 17 10 15 8 7 8 9 191
13. 60–64 50 57 16 19 13 9 7 8 5 5 189
14 65 keatas 37 30 11 5 11 2 6 7 5 7 121
TOTAL 46
9 51
6 21
5
198 19 1
19 8
13 2
13 5
12 0
12 9
2303
Sumber Data :Rpjm Des
Keadaan penduduk Desa Langi berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki atau tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan
N O
Tingkat Pendidikan
Dusun Langi
Dusun Kalukue
Dusun Soppo
Dusun Pake
Dusun batu lappa
JUM LAH
L P L P L P L P L P
1. SD / sederajat 55 71 35 37 21 20 19 10 6 9 283
2. SMP / sederajat
19 17 15 10 7 6 7 5 5 3 94
3. SMA /
sederajat
9 6 3 4 3 5 2 3 4 1 40
4. Diploma 2 1 - 1 - 1 1 - 1 1 8
5. Sarjana (S1– S2)
3 7 1 1 2 1 2 1 1 1 20
TOTAL 88 102 54 53 33 33 31 19 17 15 445
Sumber Data : Rpjm Des
Sementara itu penduduk yang masih dalam status menempuh pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pada tingkat perguruan tinggi sebanyak 407 orang, sedangkan yang putus sekolah di usia 7 s/d 24 tahun sebanyak 132 orang.
Selanjutnya keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian/pekerjaan dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini:
Tabel 2.4
Jumlah penduduk berdasarkan Pekerjaan/Mata Pencaharian
NO Jenis Pekerjaan
Dusun Langi
Dusun Kalukue
Dusun Soppo
Dusun Pake
Dusun Batu lappa
JUM LAH
1. Petani 947 370 395 269 257 2238
2. Pedagang/
Wiraswasta
19 9 3 2 3 36
3. PNS/TNI/ POLRI 7 2 - 3 - 12 4. Karyawan Perush
swasta
- - - -
5. Nelayan - - - -
6. Tenaga Kontrak/
Sukarela
- - - -
7. Buruh/ Tenaga Lepas
- - - -
8. Pensiunan 2 - - - - 2-
9. Belum/Tidak Bekerja
52 21 33 25 27 158
TOTAL 1027 402 431 299 287 2303
Sumber Data :
Berdasarkan tabel 2.4 di atas, maka dapat kita ketahui bahwa ada sebagian besar penduduk Desa Langi menggantungkan hidupnya sebagai Petani
Keadaan penduduk berdasarkan kepemilikan akte kelahiran dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut ini
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk berdasarkan kepemilikan Akte Kelahiran dan Kartu Keluarga
Dusun
Kepemilikan Kartu Keluarga
Kepemilikan Akte
Kelahiran Jumlah Ada Tidak ada Ada Tidak
ada
Langi 215 27 960 25 985
Kalukue 80 12 392 21 413
Soppo 55 23 362 27 389
Pake 52 12 247 20 267
Batulappa 50 7 232 17 249
Jumlah 452 81 2193 110 2303
Sumber Data : Rpjm Des
c. Kondisi Sosial
Untuk mengetahui gambaran kondisi sosial masyarakat Desa Langi, dapat dilihat melalui aspek pendidikan, aspek kesehatan, aspek keamanan dan ketertiban, aspek keagamaan, aspek kesenian dan olah raga serta kehidupan gotong royong masyarakat yang merupakan ciri khas masyarakat desa yang tetap tumbuh dan berkembang.
Kondisi Desa Langi dari aspek pendidikan dapat digambarkan berdasarkan sarana dan prasarana pendidikan yang ada. Untuk menggambarkan kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.6
Sarana Pendidikan di Desa Langi
Dusun
Taman Paditungka
TK SD SMP/
MTs
SMA/
SMK/
MA
Taman Bacaan
Langi - 1 1 1 - -
Kalukue - - 1 - - -
Soppo - - 1 - - -
Pake - - - -
Batulapp a
- - - -
Total - 1 3 1 - -
Sumber Data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana pendidikan yang ada di Desa Langi berjumlah 5 buah. Hal ini menunjukkan bahwa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK/MA dan seterusnya penduduk Desa Langi harus mencari sekolah di luar desa.
Dari aspek kesehatan, kondisi Desa Langi dapat digambarkan berdasarkan sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan hal lainnya yang menggambarkan pelayanan kesehatan masyarakat di Desa Langi.
Tabel 2.7
Sarana Kesehatan di Desa Langi
Dusun
Puskesmas Pustu Polindes Posyandu
Langi - 1 1 1
Kalukue - - - 1
Soppo - - - -
Pake - - - -
Batulappa - - - -
Total - 1 1 2
Sumber Data :
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana kesehatan desa Langi belum memadai apalagi jika dilihat dari kondisi dusun dan jarak antar dusun. Sehingga desa Langi masih membutuhkan tambahan sedikitnya 3 (tiga) bangunan posyandu. Agar pelaksanaan pelayanan kesehatan di tiga dusun tersebut tidak lagi menggunakan kolom rumah tak berpenghuni.
Tabel 2.8
Pengelola Sarana dan Prasarana di Desa Langi
Dusun
Kader Posyandu Kader Taman Paditungka
Bidan Desa/
Perawat
Dukun Bayi
Langi 5 - 2 1
Kalukue 5 - - -
Soppo 5 - - -
Pake 5 - - -
Batulappa 5 - - -
Total 25 - 2 1
Sumber Data :
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana kesehatan desa Langi sudah baik namun jika dilihat dari kondisi dusun dan jarak antar dusun seharusnya desa langi masih membutuhkan tambahan tenaga kesehatan agar pelayanan kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.
Tabel 2.9
Sumber Air Minum berdasarkan Kepala Keluarga
Dusun
Sumber Air Minum
Total Air
kemasan
Air PDAM
Air Sumur
Air Sungai
Mata Air
Air Huj an
Langi - - 141 - 101 - 242
Kaluku e
- - 63 - 28 - 92
Soppo - - 37 - 41 - 78
Pake - - 50 - 14 - 64
Batulap pa
- - 39 - 18 - 57
Total - - 337 - 196 - 533
Sumber Data :
Tabel 2.10
Jenis Jamban berdasarkan Rumah Tangga/Kepala Keluarga
Dusun
Jenis Jamban
Total Leher angsa Plengsengan/C
emplung
Tidak Punya
Langi 197 10 35 242
Kalukue 50 28 14 92
Soppo 47 20 11 78
Pake 20 27 17 64
Batulappa 16 29 12 57
Total 340 104 89 533
Sumber Data :
Potensi ekonomi lain yang ada di Desa Langi adalah Wc Umum. Dan berdasarkan data yang ditunjukkan dalam Tabeltersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa masih banyak permasalahan ekonomi masyarakat yang perlu menjadi perhatian dan mendapatkan sentuhan pembangunan oleh pemerintah Desa Langi
Kondisi aspek keamanan dan ketertiban Desa Langi dapat digambarkan berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana poskamling, partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan serta situasi dan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat. Desa Langi memiliki poskamling sebanyak 5 Buah dan petugas keamanan desa (Linmas) sebanyak10 orang.
Kondisi keagamaan di Desa Langi dapat digambarkan berdasarkan sarana peribadatan yang ada, pelaksanaan aktivitas keagamaan dan toleransi
kehidupan beragama. Sarana peribadatan yang ada di Desa Langi yaitu masjid/mushollah sebanyak 5 buah. Penduduk Desa Langi seluruhnya beragama Islam. Pelaksanaan kegiatan perayaan keagamaan seperti Hari Raya idul Fitri dan Idul Adha dan peringatan hari-hari besar agama Islam seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj serta ibadah bulan Ramdahan seluruhnya. Hal ini adalah sebagai bentuk kerjasama yang baik antara masyarakat dengan lembaga- lembaga keagamaan yang ada di Desa Langi, seperti Remaja Masjid, BKMT dan pantia hari-hari besar Islam.
Sarana olah raga di desa Langi Masih minim karena lapangan sepak bola dan bola volly kondisinya belum baik, Lapangan takrow belum ada di tiap dusun. Sedangkan kegiatan dalam adat istiadat masyarakat desa Langi masih dijunjung tinggi yang dituangkan dalam pesta panen yang rutin dilakukan setiap tahun.
Kondisi infra struktur jalan dan jembatan diberbagai titik masih ada yang banyak yang rusak.
d. Kondisi Ekonomi
Potensi ekonomi desa yang paling menonjol adalah kebun/ladang seluas328 ha dan sawah 330 ha. untuk lebih mengetahui potensi yang dimiliki oleh Desa Langi dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 2.11
Luas Wilayah Desa Langi Menurut Penggunaannya
NO URAIAN LUAS (HA/M2)
1 2 3 4 5 6
Persawahan
Perkebunan/Ladang Pekuburan
Pemukiman Perkantoran Hutang lindung
421 1134
15 415 170 3875
JUMLAH 5920
Sumber Data: Rpjm Des
Sedangkan untuk mengetahui potensi yang dihasilkan di Desa Langi dapat dilihat pada tabel berikut :Rpjm Des
Tabel 2.10
Potensi, Komoditas dan Pemasyarannya
NO POTENSI KOMODITAS PEMASARAN
A.
1
2
B.
C.
PERTANIAN : Tanaman Pangan Perkebunan
PETERNAKAN
TAMBANG/BA HAN GALIAN
Padi, Jagung, Kacang tanah, Ubi Jalar, Cabe.
Jeruk, Mangga, Pisang, Jahe, Kelapa, coklat, Jambu Mente Sapi, kerbau ayam kampung, kuda, kambing, angsa, bebek
Batu Kali dan pasir
Pemasaranhasil pertanian, peternakan Langsung ke Konsumen, pasar dan pengecer, sedangkan Bahan galian langsung ke konsumen.
Sumber Data : Rpjm Des
Untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Langi, dapat dilihat melalui beberapa ukuran, antara lain tingkat kemiskinan. Jumlah KK di Desa Langiyang menerima Raskin sebanyak 220 KK, pemegang KPS/KIS/KIP sebanyak 220Dengan tingkat kemiskinan masyarakat tersebut, berimplikasi terhadap tingkat kehidupan masyarakat. Namun demikian untuk mengetahui kondisi riil masyarakat dapat dilihat pada tabel di bawah ini :