• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Degradasi Moral - Unismuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Degradasi Moral - Unismuh"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

11 1. Pengertian Degradasi

Degradasi sering diartikan sebagai penurunan suatu kualitas. Anak-anak dari tahun ketahun terus mengalami penurunan kualitas atau degradasi. Dalam segala aspek moral, mulai dari tutur kata, cara berpakaian dan lain-lain. Degradasi moral ini seakan luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

Faktor utama yang mengakibatkan degradasi moral Anak-anak ialah perkembangan globalisasi yang tidak seimbang. Virus globalisasi terus menggerogoti bangsa ini. Sayangnya kita seakan tidak sadar, namun malah mengikutinya. Kita terus menuntut kemajuan di era global ini tanpa memandang (lagi) aspek kesantunan budaya negeri ini. Ketidak seimbangan itulah yang pada akhirnya membuat moral semakin jatuh dan rusak.

Globalisasi yang terus menuntut kita untuk bermetamorfosa kadang memang membawa banyak dampak baik. Tapi jangan salah, dampak buruk pun mengikutinya di belakang.Coba sejenak kita amati foto-fotoAnak-anak tempo dulu. Kita nilai mereka dari aspek berpakaian. Sebagian besar mereka kelebihan bahan (tertutup).Memang ada satu dua yang memilih pakaian terbuka di era lalu, namun perbandingannya lebih banyak yang mengenakan pakaian tertutup.

Kontras dengan kenyataan di abad 20 ini.Kalau dulu yang berpakaian memancing kebanyakan para pelaku entertainer, kalau sekarang tak peduli entertainer atau

(2)

Sebenarnya kita semakin miris melihatnya. Sebagai seorang Anak-anak, saya sendiri berpikir mau jadi apa bangsa ini kedepannya. Degradasi moral sudah tak dihiraukan lagi. Masih mending jika yang mengalami degradasi mereka yang sudah dewasa. Sebab setidaknya usia produktif mereka akan segera habis. Namun bila Anak-anak yang mengalami degradasi Bagaimana nanti saat dia dewasa.

Takutnya nanti malah semakin menjadi. Terus bagaimana jalan negeri ini bila dipimpin oleh mereka yang kurang bermoral. Perlu diingat, yang menyerang moral Anak-anak bukan hanya dalam cara berpakaian, namun masih banyak lagi.

Tapi, baru kita mengamati cara Anak-anak kini berpenampilan saja sudah membuat kepala jadi pusing. Belum jika kita melihat tingkah polahnya. Ini tandanya ada bukti lagi bahwa moral Anak-anak masa kini memang sudah menurun. Kebudayaan timurnya sudah termakan oleh westernisasi jaman. Sangat memprihatinkan.

Fenomena Anak-anak yang terjadi menunjukkan bahwa adanya degradasi moral yang saat ini dialami oleh bangsa Indonesia. Masa depan suatu bangsa sesungguhnya dipegang oleh para Anak-anaknya tak lain merupakan masyarakat yang berada pada usia Anak-anak, maka dari itu penting sekali bangsa ini untuk meningkatkan kualitas para Anak-anaknya untuk Indonesia yang lebih baik. Hal yang menyebabkan terjadinya degradasi moral ini karena adanya globalisasi yang semakin masuk ke Indonesia. Dengan adanya globalisasi seharusnya bisa meningkatkan moral masyarakatnya jika diimbangi dengan pengetahuan dan tindakan preventif yang kuat dari masyarakat itu sendiri. Namun sayangnya masyarakat Indonesia kurang bisa menyaring budaya mana saja yang

(3)

baik dan sesuai dengan buadaya Bangsa Indonesia. Seakan-akan semua budaya Barat ditelan mentah-mentah oleh Anak-anak, entah dari gaya berbusana, tingkah laku sehari-hari serta gaya hidup yang kebarat-baratan dianggap sebagai sesuatu yang sangat modern dan dapat dibanggakan jika dapat menirukannya.

Lalu fenomena Anak-anak apa saja yang umum terjadi saat ini sedang menghantui Bangsa Indonesia? Budaya hedonisme yang tinggi Budaya Barat tidak hanya memiliki dampak positif di dalamnya, namun mereka juga memiliki budaya negatif yang patut dihindari masyarakat kita salah satunya adalah budaya hedonisme atau suka jalan-jalan dengan perilaku konsumtif.

Budaya luar seiring berjalannya waktu semakin disukai oleh Anak-anak Indonesia. Mereka lebih suka untuk berjalan—jalan atau hang out bersama teman- temannya dibandingkan belajar di rumah pada malam hari. Pola berpakaian yang semakin minim Jika dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, saat ini kita lebih sering menjumpai Anak-anak perempuan menggunakan pakaian yang serba mini seperti memakai hotpants dan tanktop. Seakan-akan budaya memakai pakaian mini yang lebih menonjolkan bagian tubuh terutama kaki saat ini sudah dianggap lumrah oleh mereka, padahal yang namanya pikiran laki-laki terhadap wanita yang memakai pakaian mini dari dulu sampai saat ini sama saja. Menurunnya sikap sopan santun terhadap orang lain Budaya leluhur Indonesia yang sangat memegang budaya sopan santun antar satu sama lain terutama dengan orang yang lebih tua dari kita haruslah tetap dilestarikan. Buadaya tersebut dapat membatasi diri ktia dari perbuatan semena-mena antar satu sama lain dan kita bisa lebih menghargai pendapat orang lain. Namun dengan mencontoh budaya Barat,

(4)

banyaknya Anak-anak yang sudah tidak terlalu mempedulikan hal tersebut.

Contohnya saja, saat ada Anak-anak berjalan melewati orang tua sedang duduk, tak jarang kita menemukan bahwa sebagian dari Anak-anak tidak menundukan badan ataupun kepala saat berjalan. Bahkan ada beberapa yang tidak menoleh sedikitpun terhadap apa yang dilewatinya.

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah ( dimensi ruang dan waktu ) . Menurut Edison A Jamli, menyebut globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada satu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di dunia. Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu.

Ruang makin dipersempit dan waktu semakin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia.

Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-lain.

Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh ini meliputi dua dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Globalisasi memang tidak hanya

(5)

menawarkan kemajuan pembangunan dan menggeliatnya roda perekonomian karena sekat-sekat pasar yang ada dihapuskan hingga terbukalah peluang pasar tanpa batas.

Ketangguhan bangsa kita diuji di era ini, tidak hanya melalui persaingan usaha yang bebas dan tak terbatas, namun bangsa kita juga diuji menghadapi teknologi maju ditengah keterbatasan berpikir dan kultur budaya dan agama yang sedikit demi sedikit mulai memudar. Salah satu dampak negatif juga terjadi di masyarakat, khususnya generasi muda.

Ancaman rusaknya satu generasi akibat globalisasi bisa saja terjadi ketika banyak anak muda kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia, hal ini ditunjukkan dari gejala yang muncul dari kehidupan sehari-hari anak muda.

Mulai dari model pakaian yang dari waktu ke waktu semakin minim serta perubahan gaya hidup yang berkiblat ke dunia barat dan menyisihkan budaya luhur bangsa.

Kemajuan teknologi selain memberikan manfaat juga memberikan dampak negatif, seperti internet dan handphone. Kedua barang hasil kemajuan teknologi ketika tidak dibarengi dengan kematangan wawasan berpikir penggunanya akan menjadikan bumerang bagi penggunanya, lantaran mereka tidak menggunakan untuk kegiatan yang bermanfaat namun cenderung digunakan untuk kegiatan yang merusak mental, seperti menonton film biru/BF. Keberadaan internet dan HP ( Handphone) ini secara tidak langsung melemahkan rasa sosial penggunanya kepada masyarakat sekitar, namun juga membuat lemah kontrol sosial (Social Control ) di sekelilingnya, lantaran penggunaan yang tanpa batas.

(6)

Kelompok anak dan Anak-anak menjadi obyek sasaran yang paling rentan menjadi korban era globalisasi. Berkurangnya perhatian, pengawasan orang tua kepada anak semakin memperparah keadaan. Karena alasan ekonomi, orang tua secara tidak sengaja atau pun sengaja memposisikan anaknya menjadi korban globalisasi.

Berbagai kasus asusila dan kriminalitas terjadi karena Anak-anak terhimpit teknologi yang tanpa batas dan ekonomi keluarga yang kurang.Satu demi satu peristiwa kriminalitas yang berbau asusila hingga perdagangan manusia terjadi lantaran ketidakmampuan kita membendung masuknya budaya luar yang sangat kontradiktif dengan kearifan budaya lokal. Degradasi moral Anak-anak merupakan salah satu masalah sosial yang sering terjadi di masyarakat. Terlalu sibuknya pemerintah dengan berbagai masalah politik dan ekonomi yang terjadi dalam negeri ini membuat pemerintah mengesampingkan masalah degradasi moral Anak-anak yang hanya menjadi bagian kecil dari masalah sosial. Akibat kelalaian dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap masalah degradasi moral Anak-anak, sekarang moral Anak-anak mengalami tingkat degradasi yang tinggi.

Peningkatan tingkat degradasi moral Anak-anak disebabkan berbagai faktor, seperti, proses sosialisasi yang kurang sempurna, kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua, dan tingkat pendidikan yang rendah. Degradasi moral Anak-anak merupakan suatu keprihatinan yang sangat mendalam bagi suatu bangsa. Dimana tulang punggung bangsa rapuh karena termakan hancurnya moral. Sedangkan, moral adalah cerminan hidup bagi penegak bangsa. Shaw dan Mc. Kay mengatakan “daerah-daerah yang tidak teratur dan tidak ada organisasi

(7)

yang baik akan cenderung melahirkan daerah kejahatan. Di daerah-daerah yang demikian perilaku (kejahatan) dianggap sebagai sesuatu yang wajar yang sudah tertanam dalam kepribadian masyrakat itu. Dengan demikian, proses sosialisasi tersebut merupakan proses pembentukan nilai-nilai dari subkebudayaan yang menyimpang. Contohnya di daerah lingkungan perampok terdapat nilai dan norma yang menyimpang dari kebudayaan setempat. Nilai dan norma sosial itu sudah dihayati oleh anggota kelompok sebagai proses sosialisasi yang wajar. Perilaku menyimpang seperti itu merupakan penyakit mental yang banyak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat”.

Di zaman yang serba modern ini, anak-anak lupa terhadap apa yang harus dilakukan sebagai penerus bangsa, kewajiban seorang murid untuk belajar, patuh kepada guru terlebih lagi kepada kedua orang tua kurang diperhatikan.

Anak-anak di zaman sekarang lebih mendahulukan berhura-hura daripada menjalankan kewajiban. Mereka tidak lagi mempertimbangkan apa yang akan terjadi setelah apa yang mereka lakukan. Padahal, selain merugikan diri mereka sendiri juga dapat merugikan bangsa tempat dimana mereka tinggali. Hal inilah yang paling ditakuti, dimana moral bangsa terabaikan. Banyak orangtua kurang memperhatikan kehidupan Anak-anaknya. Mereka cenderung memenuhi kebutuhan fisik saja, sedangkan rohani mereka terabaikan.

Para orangtua sering sibuk dengan profesi mereka masing-masing.

Sementara anak dipercayakan kepada orang yang kurang berwenang terhadap dirinya. Dan, itulah yang menyebabkan anak hidup dengan jalan mereka sendiri dengan tanpa arah. Mereka tidak menyadari yang mereka lakukan adalah awal

(8)

dari mulai hancurnya bangsa ini. Yang mereka tahu hanyalah mencari kesenangan untuk menghibur hatinya dengan tidak mempedullikan halal haramnya.

Kebanyakan orangtua tidak mengetahui hal demikian, maka nasib bangsa menjadi taruhannya. Jika moral bnagsa telah tercemar maka tiadalah damai untuk ditempati sebagai sarana kelangsumgan hidup warganya. Dengan demikian, peranserta orang tua sangatlah penting dalam pengawasan pertumbuhan moral bangsa melalui generasinya. Lingkungan tempat hidup regenerasi juga sangat mempengaruhi berlangsungnya proses sosialisasi dan interaksi sesama hidup yang ke depannya menentukan.

Anak-anak adalah harapan bangsa, di pundak merekalah masa depan bangsa dipertaruhkan. Jika Anak-anaknya hancur, maka hancurlah bangsa tersebut. Sering kita terlena akan timbulnya hal-hal kecil yang dapat menyebabkan bangsa ini hancur. Keluar masuknya budaya asing pada suatu bangsa menjadikan budaya sebelumnya tergantikan, dan terabaikan, sehingga budaya baru itu membuat anak bangsa tidak mau lagi mengenal akan budaya lama dan menjadikan budaya baru sebagai pedoman hidupnya.

2. Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata

‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata

(9)

‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan

‘moral’ dari bahasa Latin.

Prinsip moral atau moral (dari bahasa Latin: moralitas) membawa pengertian ajaran atau pegangan berkenaan dengan buruk baik sesuatu perbuatan (kelakuan, kewajiban, dll), sikap atau cara berkelakuan yang berasaskan atau yang diukur dari segi baik buruk sesuatu akhlak. ‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan” artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.

Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.

Moral merupakan perbuatan atau tingkah laku atau ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai

(10)

dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat.W. J. S. Poerdarminta menyatakan bahwa“moralmerupakan ajaran tentang baik buruknya perbuatan dankelakuan”.

Permasalahan moral yang semakin merosot memang menjadi sesuatu yang sangat vital. Negara ini berada di tangan anak-anak kita sekarang, kalau anak-anak kita saja sudah mengalami degradasi moral alias penurunan moral terus apalagi yang bisa kita banggakan Ketika jaman saya kecil, seorang anak benar- benar taat dan nurut pada orang tuanya atau kepada guru-gurunya. Rasa hormat dan sopan santun sungguh-sungguh masih sangat kental pada diri mereka, sedangkan sekarang Orang tua atau guru layaknya teman bermain yang bisa dibentak, diberi kata-kata kurang etis, dan lain sebagainya. Memang benar orang tua dan atau guru bisa menjadi teman baik bagi anak, tetapi dalam koridor batas batas norma kesopanan dan unggah ungguh. Tentu saja anak harus tetap menghormati yang lebih tua, dan yang tua menyayangi yang lebih muda.

Masyarakat pun seakan bersifat skeptis pada negeri ini di masa yang akan datang. Dewasa ini kehancuran moral telah merasuk dalam beragam bentuknya nyaris dapat ditemui pada semua lapisan masyarakat dan pada semua dimensi kehidupan: politik, sosial, ekonomi serta pendidikan

(11)

(Endang Purwaningsih, 2010). Jika hal ini dibiarkan saja tentunya akan berdampak negatif bagi kehidupan generasi penerus.

3. Faktor Penyebab Terjadinya Degradasi Moral

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya degradasi moral.Antara lain sebagai berikut:

1. Penyimpangan sosial

Menurut James W.van der Zanden, “penyimpangan sosial merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai suatu hal yang tercela dan di luar batas toleransi.penyimpangan sosial umumnya disebabkan oleh proses sosialisasi yang kurang sempurna”. Retaknya sebuah rumah tangga menjadikan seorang anak tidak mengenal disiplin dan sopan santun.Hal ini di sebabkan karena orang tua sebagai agen sosialisasi tidak melakukan peran yang semestinya.

2. Pengaruh budaya asing

Kota merupakan tempat pusat segala aktifitas,keluar masuknya budaya asing menjadikan munculnya budaya-budaya baru dan menghapus budaya-budaya lama merasuknya budaya-budaya asing dalam kehidupan suatu bangsa membawa banyak sekali perubahan walaupun dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi budaya asing membawa dampak positif namun dalam bidang pergaulan budaya asing membawa dampak yang negatif masuknya budaya clubing,minum-minuman keras ,juga juga narkotika sekarang menjadi budaya baru di kota-kota besar,tidak hanya Anak-anak yang hidup dikota-kota besar yang mengalami tingkat degradasi moral yang tingi bahkan Anak-anak yang tinggal di pedesaan yang mengenal adat

(12)

istiadat yang kuat pun ikut terpengaruh budaya asing dan mengalami tingkat degradasi moral yang tinggi.

3. Kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya mendorong para laki-laki untuk terjun kedalamnya bahkan para perempuan pun merasa memili hak yang sama untuk ikut terjun kedalamnya sehingga dalam sebuah rumah tangga seorang anak kurang mendapat pengawasan dan perhatian dari orang tua mereka ,akibatnya banyakdari mereka mncari kebahagiaan yang salah,seperti clumbing,minum-minuman keras dan menghilangkan stres dengan obat-obatan

4. Rendahnya tingkat pendidikan

Crow and crow (1956) menegaskan “belajar adalah perubah tingkah laku yang menyertai proses pertumbuhan yang semua itu di sebabkan melalui penyesuaian terhadap keadaan yang diawali lewat rangsangan panca indra”.Kurangnya pendidikan dan kemampuan diri dalam pergaulan dapat membuat seseorang keliru dalam mengambil jalan hidupnya,sehingga mereka mudah terpengaruh degan hal-hal baru seiring proses sosialisasi yang mereka alami.Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam proses sosialisasi,karena pendidikan menjadi landasan perilaku seseorang.Kurangnya pendidikan mengakibatkan proses sosialisasi kurang seimbang.

5. Kurangnya keefisienan dan keefektifan lembaga sosial masyarakat

Ada berbagai masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat,tingginya tingkat kemiskinan mengakibatkan berbagai masalah sosial,seperti meningkatnya jumlah kriminalitas,kurangnya pendidikan,dan banyaknya jumlah penduduk yang

(13)

kelaparan serta kurang gizi.Hal tersebut menarik sebagian besar perhatian pemerintah sehingga masalah mengenai degradasi moral Anak-anak di kesampingkan.Kurangnya perhatian lembaga sosial terhadap moral Anak-anak mengakibatkan tingkat degradasi moral yang tinggi.Penerapan –penerapan norma dan sanksi yang kurang mengikat dari lembaga sosial mengakibatkan para pemuda mengabaikan aturan-aturan tersebut.

6. Media masa atau media informasi

Kemajuan IPTEK melahirkan berbagai macam media yang mutakhir seperti televisi,handpone, internet dan lain-lain.Banyaknya informasi yang bisa di peroleh dari media tersebut menyebabkan banyak para Anak-anak menyalahgunakan media tersebut .Banyaknya tayangan-tayangan yang tidak seharusnya di tampilkan oleh media masa seperti adegan-adegan kekerasan dan romantis yang sering di tayangkan oleh media masa membuat para Anak-anak meniru adegan-adegan tersebut.Tayangan media masa yang sering mereka lihat dijadikan kebudayaan baru yang dianggap sesuai dengan kemajuan zaman.Rasa tidak ingin ketinggalan zaman dari orang lain membuat para Anak-anak melakukan kebiasaan baru yang sudah menjadi kebudayaan atau sering mereka jumpai seperti tayangan televisi dan lingkungan sosialisasi.

Selain itu, ada juga beberapa faktor yang menyebabkan Degradasi Moral dalam lingkungan Keluarga adalah sebagai berikut :

1. Orang tua yang sibuk bekerja, orang tua yang sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu bersama keluarga, semua keperluan anak diurus oleh pembantu, kebutuhan anak hanya dipenuhi oleh materi sehingga tidak ada

(14)

bimbingan orang tua dan kehangatan keluarga yang diperlukan bagi pertumbuhan anak.

2. Orang tua sibuk menonton sinetron dari pagi hingga malam, sehingga anak yang pada awalnya mereka tidak mengetahui masalah percintaan, tetapi karena banyak orang tua yang menonton sinetron didepan anak mereka, akhirnya anak mereka pun jadi menyukai sinetron, sehingga yang ada di otak si anak hanya masalah cinta.

3. Perceraian orang tua, akibat perceraian orang tua akhirnya anak mencari jalan sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dan menyenangkan dirinya tanpa peduli jalan yang diambil apakah benar atau salah.

Dari orang tua yang tidak peduli dengan kehidupan anaknya dan sibuk dengan kesenangannya sendiri merupakan orang tua yang egois serta tidak bertanggung jawab terhadap kelangsungan generasi penerus bangsa. Karena dari situlahtumbuh degredasi moral Anak-anak. Hal yang paling ditakuti,dimana moral bangsa terabaikan. dan apabila merekaberada dilingkungan yang salah, maka dengan tidak disadari akan mengambil jalan yang salah pula. Hal seperti ini selain akan merugikan diri sendiri, orang tua juga lingkungan masyarakat tempat tinggal.

4. Dampak Degradasi Moral

1) Meningkatnya kekerasan pada Anak-anak 2) Penggunaan kata-kata yang memburuk

3) Pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan 4) Meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas

5) Kaburnya batasan moral baik-buruk

(15)

6) Menurunnya etos kerja

7) Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru

8) Rendahnya rasa tanggung jawab indvidu dan warga Negara 9) Membudayanya ketidak jujuran

10) Adanya saling curiga dan kebencian di antara sesama 5. Solusi Mengatasi Degradasi Moral

1. Maksimalkan peran Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Di dalam keluarga, manusia pertama- tama belajar memperhatikan keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, hingga penanaman etika dan moral. Dengan kata lain pengalaman interaksi sosial di dalam keluarga, turut menentukan pula cara-cara tingkah laku seseorang terhadap orang lain.

2. Maksimalkan peran Sekolah

Sebagaimana kita ketahui bahwa Sekolah adalah tempat bagi Anak- anak untuk meningkatkan taraf intelegensinya. Namun demikan, seharusnya dalam hal ini sebuah Sekolah tidak hanya berperan sebagi peningkat taraf intelegensi Anak-anak semata, melainkan sebagai tempat pengoptimalan dan pemaksimalan sikap-sikap dan kebiasaan yang wajar yang telah di bentuk ketika berada di taman kanak-kanak hingga sekolah menengah.

(16)

3. Maksimalkan peran Media

Media massa dalam hal ini seharusnya memberi asupan-asupan positif bagi mahasiswa, khususnya media yang menjadi konsumsi sehari-hari seperti televisi, surat kabar, dan semacamnya. Dan bagi mahasiswa itu sendiri seharusnya mampu cerdas dalam bermedia.

4. Pemanfaatan substansi teknologi secara tepat

Teknologi seharusnya diciptakan demi kemaslahatan umat dan bukan sebaliknya. Maka pemanfaatan substansi teknolgi pada cara yang tepat adalah penting demi tegaknya nilai-nilai positif terutama nilai-nilai agama dan moral dalam berkehidupan.

5. Pendidikan moral Pancasila sebagai pendidikan nilai

Pendidikan moral sebagai suatu istilah muncul secara resmi dalam Ketetapan MPR No IV/MPR/1973 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dalam kalimat berikut:

Untuk mencapai cita-cita tersebut maka kurikulum di semua tingkat pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta harus berisikan Pendidikan Moral Pancasila dan unsur-unsur yang cukup untuk meneruskan jiwa dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda.

Atas dasar ketetapan tersebut dalam melaksanakan GBHN dalam bidang pendidikan, maka dirasakan perlunya menanamkan Moral Pancasila. Seluruh program pengajaran untuk semua bidang pelajaran dan mata pelajaran direncanakan sedemikian rupa untuk mendukung tujuan pendidikan nasional.

(17)

Pembinaan mental Pancasila tidak hanya dalam satu bidang melainkan dalam seluruh bidang pelajaran.

6. Revitalisasi gerakan mahasiswa (Syahrin: 2005)

a. Memeperjuangkan terlaksananya dehegemonisasi politik ke arah peningkatan ilmu dan teknologi, supermasi hukum, dan pemberdayaan masyarakat.

b. Menciptakan aliansi strategis mahasiswa dan akademisi dalam menciptakan Indonesia yang lebih baik dan maju di masa depan.

c. Mensosialisasikan pendidikan politik yang beretika melalui pendidikan formal, pelatihan, dialog, dan informasi .

d. Mewaspadai dan mengantisipasi fenomena delegitimasi gerakan mahasiswa melalui: konseptuliasasi gerakan, keniscayaan etika gerakan, memupuk kepekaan terhadap nilai-nilai kebenaran yang lebih hakiki

B. Perilaku Menyimpang

Fenomena perilaku menyimpang dalam kehidupan bermasyrakat selalu menarik untuk dibicarakan karena ini selalu terjadi pada setiap pribadi manusia baik itu dalam skala besar maupun dalam skala yang kecil. Sisi menariknya bukan saja karena pemberitaan tentang berbagai perilaku manusia yang ganjil tetapi karena tindakan perilaku menyimpang dianggap dapat mengganggu ketertiban masyarakat. Dalam kenyataan sehari-hari, tidak semua orang bertindak berdasarkan norma-norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat dinamakan perilaku menyimpang. Penyimpangan terjadi apabila

(18)

seseorang atau sekelompok orang tidak mematuhi norma atau patokan dan nilai yang sudah baku di masyarakat. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai- nilai masyarakat disebut deviasi ( deviation ), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan ini disebut dengan devian ( deviant ).

A. Perilaku Menyimpang pada Anak Usia 6–12 Tahun

Anak Sekolah Dasar (SD) yang berumur 6–12 tahun yang sedang menempuh pendidikan di tingkat sekolah dasar, pada masa ini anak memasuki masa belajar didalam dan diluar sekolah. Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan di rumah yang mendukung hasil belajar di sekolah. Banyak aspek perilaku di bentuk melalui penguatan verbal, keteladanan, dan identifikasi. Namun pada zaman kini perilaku menyimpang sering terjadi pada Anak-anak yang berusia 6 – 12 tahun sehingga Anak-anak pada zaman sekarang cenderung melakukan penyimpangan sosial, baik dilakukan di sekolah maupun diluar sekolah. Bisa kita lihat perkembangan mental anak-anak di era globalisasi, khususnya anak-anak yang berusia 12 tahun atau anak yang sedang menjelajahi pendidikan di kelas 6 SD. Mereka seakan-akan kehilangan jati dirinya sendiri, jenjang usia 12 tahun merupakan proses menuju remaja. Akan tetapi tingkah laku mereka tidak menunjukan kepolosan anak-anak yang hendak beranjak pada keremajaan.

Misalnya sekarang banyak diantara mereka yang berpacaran. Anak SD zaman kini telah melakukan seperti halnya berpacaran, sedangkan usia mereka belum mencukupi umur dalam arti kata belum diperbolehkan oleh orang tuanya bahkan mereka tidak memiliki rasa malu untuk berpacaran di depan umum, pada zaman kini pun alat komunikasi berupa Handphone menjadi alat yang wajib (kebutuhan

(19)

primer) dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menggunakan Handphone sebagai alat yang efektif untuk menjalin hubungan dengan orang tua mereka, sedangkan permasalahan ini benar-benar sudah sangat terlewat batas dan tidak wajar dialami oleh anak usia 12 tahun.

Dengan mengacu pada pandangan dari Erik H. Erikson seharusnya baik itu orang tua maupun pendidik (guru) hendaknya memahami karakteristik anak, kejiawaan anak, dan tahapan tumbuh kembangnya anak. Jika kita bisa memahami dan mengarahkan anak ke arah yang baik, maka terjadinya penyimpangan perilaku pada anak dapat kita cegah. Agar lebih mudah melakukan pencegahan terjadinya penyimpangan perilaku pada anak kita juga harus mampu mengetahui apa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan perilaku pada anak tersebut, faktor-faktor itu dapat saya jelaskan sebagai berikut.

B. Perilaku Menyimpang pada Remaja Usia 13–18 Tahun

Ketika jaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus adalah para remaja. Hal ini terjadi tidak lain karena mereka memiliki karakteristik tersendiri yang unik: labil, sedang pada taraf mencari identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju status dewasa, dan sebagainya. Di berbagai kota besar, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ulah remaja belakangan ini makin mengerikan dan mencemaskan masyarakat.

Mereka tidak lagi sekadar terlibat dalam aktivitas nakal seperti membolos sekolah, merokok, minum-minuman keras, atau mengganggu lawan jenisnya, tetapi tak jarang mereka terlibat dalam aksi tawuran layaknya preman atau terlibat dalam penggunaan narkoba, terjerumus dalam kehidupan seksual pranikah, dan

(20)

berbagai bentuk perilaku menyimpang lainnya. Di suatu kota, misalnya sebagian besar SMU dilaporkan pernah mengeluarkan siswanya lantaran tertangkap basah menyimpan dan menikmati benda haram tersebut. Sementara itu, di sejumlah kos- kosan, tak jarang ditemukan kasus beberapa ABG menggelar pesta putau atau narkotika hingga ada salah satu korban tewas akibat over dosis.

Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka mudah sekali terombang-ambing, dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya.

Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya.

Karena kondisi kejiwaan yang labil, remaja mudah terpengaruh dan terbawa arus sesuai dengan keadaan lingkungannya. Mereka cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau pusing-pusing memikirkan dampak negatifnya. Di berbagai komunitas dan kota besar, jangan heran jika hura-hura, seks bebas, menghisap ganja dan zat adiktif lainnya cenderung mudah menggoda para remaja. Siapakah yang harus dipersalahkan tatkala kita menjumpai remaja yang terperosok pada perilaku yang menyimpang dan melanggar hukum atau paling tidak melanggar tata tertib yang berlaku di masyarakat? Dalam hal ini, kita tidak harus saling menyalahkan, jalan yang akan ditempuh adalah memperbaiki cara dan sistem dalam mendidik anak dan remaja.

Ada banyak sekali jenis kenakalan yang telah dilakukan remaja pada saat ini, oleh karena itu ada pengelompokkan kenakalan remaja di dalam seperti yang diungkapkan Sudarsono:

(21)

1. Kejahatan dengan kekerasan, termasuk didalamnya pembunuhan dan penganiayaan.

2. Kejahatan Pencurian, baik itu pencuriana biasa maupun pencurian dengan pemberatan.

3. Penggelapan.

4. Penipuan.

5. Pemerasan.

6. Gelandangan.

7. Pemerkosaan.

8. Kejahatan Narkotika, termasuk didalamnya memakai dan mengedarkan narkotika.

Perspektif atau teori yang paling tepat dipergunakan untuk memahami kehidupan remaja sangat tergantung pada konteks dan cara pandang yang di pakai. Tetapi, yang penting adalah untuk memahami dunia remaja yang dibutuhkan kesediaan untuk berempati dan mengerti apa sebetulnya keinginan, harapan, idiom, dan dunia kehidupan mereka. Tanpa adanya pemahaman yang mendalam terhadap kehidupan remaja, semua tindakan dan cara-cara yang di lakukan hanyalah aksi-aksi untuk menghakimi atau sekadar menyalahkan mereka sebagai anak nakal yang tak patuh pada nasehat orang tua. Perlaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang tidak sehat baik dari segi fisik, mental, social dan ekonomi. Bagaimana Negara ini di masa akan datang apabila mereka remaja pada saat ini sudah tidak sehat semua, padahal mereka adalah pemimpin di masa datang. Pencegahan kenakalan remaja lebih efektif dan efisien daripada kita

(22)

mengobati, meskipun kita juga harus menyembuhkan remaja yang sudah terlanjur melakukan penyimpangan, pencegahan akan berjalan dengan baik apabila ada sinergi dari pemerintah sebagai penentu kebijakan, institusi pendidikan dimana mereka belajar dan lingkungan keluarga.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan Hal yang terjadi diatas, maka untuk memahami dan memudahkan dalam proses penelitian, kiranya perlu diuraikan mengenai kerangka penilaian.Degradasi moral Anak-anak merupakan salah satu masalah sosial yang sering terjadi di masyarakat. Terlalu sibuknya pemerintah dengan berbagai masalah Politik dan Ekonomi yang terjadi dalam negeri membuat pemerintah mengesampingkan masalah degradasi moral Anak-anak yang hanya menjadi bagian kecil dari masalah sosial. Akibat kelalaian dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap masalah degradasi moral Anak-anak, sekarang moral Anak- anak mengalami tingkat degradasi yang tinggi.

Anak-anak adalah merupakan tunas-tunas bangsa yang nantinya akan melanjutkan karya dan perjuangan kaum-kaum tua dalam membangun bangsa ini.

Generasi muda merupakan generasi yang diharapkan dapat berpikir kritis, inovatif dan kreatif dalam menghadapi setiap persoalan. Banyak yang berpendapat bahwa generai muda merupakan tonggak masa depan dalam membangun bangsa. Namun dalam kenyataannya, generasi muda zaman kini mengalami krisis kreativitas, krisis moral dan krisis pemikiran kritis.

Peningkatan tingkat degradasi moral Anak-anak disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pergaulan bebas, proses sosialisasi yang kurang sempurna,

(23)

pengaruh budaya barat, kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua, dan tingkat pendidikan yang rendah. Degradasi moral Anak-anak merupakan suatu keprihatinan yang sangat mendalam bagi suatu bangsa. Dimana tulang punggung bangsa rapuh karena termakan oleh hancurnya moral. Sedangkan moral adalah cerminan hidup bagi penegak bangsa. Pemuda adalah harapan bangsa, di pundak merekalah masa depan bangsa dipertaruhkan. Jika pemudanya hancur, maka hancurlah bangsa tersebut.

Akibat dari degradasi tersebut tak jarang kita menemui banyak Anak- anak yang menggunakan bahasa kotor atau bahasa yang kurang sopan jika berbicara dengan sesama teman seumuran mereka ataupun kepada orang-orang lebih tua. Khususnya di daerah tempat saya tinggal yaitu di Kelurahan Sapolohe Kabupaten Bulukumba banyak sekali Anak-anak yang selalu menggunakan bahasa kotor jika berbicara kepada sesama teman seumuran dan juga kepada orang yang lebih tua darinya tetapi banyak orang yang menganggap pemakaian bahasa kotor itu biasa-biasa saja karena mereka sudah terlalu terlalu sering mendengar bahasa yang seperti itu dan saya anggap ini sudah menjadi masalah penurunan moral yang tinggi di daerah tempat saya tinggal.

(24)

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Agar lebih mempersempit tujuan dari penelitian ini penulis menambah Deskripsi fokus tentang penelitian ini. Sebagaimana di zaman modern ini Globalisasi membawa perubahan besar bagi dunia termasuk disekitar kita, salah satunya banyak terjadi Degradasi Moral terhadap Anak-anak maupun remaja akibat dari globalisasi yang tidak seimbang atau cara seseorang menerima pengaru modern saat ini. Perlu kita ketahui bahwa degradasi moral yang terjadi pada anak- anak bukan hanya tentang bagaimana seorang anak ikut terjerumus ke dalam pergaulan bebas ataupun hal-hal lain yang sering kita dapati disekitar kita. Tapi, masih banyak contoh degradasi moral yang tidak boleh kita lupakan yaitu banyaknya penggunaan bahasa kotor yang selalu diucapkan oleh anak-anak ketika berbicara kepada teman seumurannya ataupun pada orang yang lebih tua darinya.

Degradasi Moral pada Anak-anak

Solusi bagi Anak-anak Agar tidak menggunakan Bahasa

Kotor Proses Timbulnya

Kebiasaan menggunakan Bahasa

Kotor

Dampak bagi perkembangan Anak-

anak yang selalu menggunakan Bahasa

Kotor

Kesimpulan

(25)

Bahasa adalah hal yang paling penting bagi setiap orang karena dengan bahasa kita bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Apa jadinya jika seseorang atau seorang anak memakai bahasa kotor atau kasar kepada orang yang baru dikenal pastinya akan menghasilkan kesan yang buruk atau salah satu contohnya kita tidak dianggap dalam lingkungan sekitarnya. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam percakapan sehari-hari, baik itu percakapan formal maupun informal, sebaiknya kita tidak menggunakan bahasa kasar, melainkan dengan bahasa yang sopan dan santun.Hubungan seseorang dengan orang lain dapat terbina dengan menggunakan bahasa yang baik pula.Tidak sedikit banyak orang berselisih paham gara-gara menggunakan bahasa yang kurang baik.Dengan demikian, dalam berkomunikasi dengan sesama atau dengan masyarakat kita haru menempatkan bahasa dengan baik dan benar.

Khususnya di daerah tempat saya tinggal yaitu di Kelurahan Sapolohe Kabupaten Bulukumba sering saya temui anak-anak yang selalu memakai bahasa kotor saat berbicara pada teman ataupun orang yang lebih tua darinya, ini yang membuat banyak orang termasuk teman sepermainannya terpengaruh atau juga ikut-ikutan memakai bahasa kotor saat berbicara. Di lingkungan pesisir di tempat saya tinggal selain banyak orang yang jika berbicara suaranya terlalu besar banyak juga orang tua yang memang kesehariannya selalu memakai bahasa kotor jika berbicara. Nah, saya kira ini adalah salah satu alasan mengapa banyak anak-anak yang selalu memakai bahasa yang kotor pada saat berbicara karena seorang anak selalu mendengar orang tuanya memakai bahasa kotor pada saat di rumah. Anak- anak sering mendengar kata-kata kotor dari orang tua ketika sedang sibuk

(26)

mengobrol. Anak juga bisa memilih kata dari teman sekolah, di tempat penitipan anak atau saudara kita dapat mengucapkannya. Apapun alasannya, itu penting bahwa kita menghindari menggunakan kata-kata kotor. Orang tua perlu untuk membentuk anak-anak yang masih polos menjadi dewasa yang lebih baik demi masa depan mereka. Meskipun ada orang tua yang mungkin merasa malu ketika anaknya mulai menggunakan kata-kata kotor ketika marah.

Dulunya sapolohe dikenal dengan desa yang semua penduduknya hidup dalam aturan yang ditaati dengan kata lain semua aturan yang ada di patuhi dengan baik, saling menghormati satu sama lain terutama orang-orang yang mempunyai jabatan tinggi di sapolohe. Semua masyarakat disana sangat menghormati orang-orang mempunyai jabatan di daerah itu, sampai-sampai setiap kepala RT atau Pak Camat yang berkunjung kesana selalu disuguhi makanan yang enak di rumah warga dengan kata lain dijamu dengan baik. Semua masyarakat berbicra dengan bahasa yang sopan.

Seiring masuknya era globalisasi atau zaman modern ini tiba-tiba semua berubah, daerah sapolohe yang dikeanl dengan desa yang dimana semua masyarakatnya hidup dalam aturan yang sangat ketat desa yang diamana semua masyarakat hidup damai berubah dengan masuknya era modern. Pada hari dimana nelayan mendapat tangkapan yang banyak mereka merayakan dengan minum- minuman keras pada malam hari. Dan yang paling terasa pengaruhnya adalah kebiasaan masyarakat disana memakai bahasa kotor jika berbicara dengan sesama teman atau kepada orang yang lebih tua. Anak-anak yang lebih sering kita dapatkan memakai kebiasaan itu sudah lupa bagaimana memakai bahasa yang

(27)

seharusnya atau bahasa yang sopan kepada sesama teman maupun kepada orang yang lebih tua hal ini yang banyak orang mengatakan moral anak-anak di sapolohe tidak baik.

Moral yang katanya adalah kebiasaan baik yang ada pada seseorang atau anak-anak termasuk bagaimana anak-anak sopan dalam berbahasa itu sudah termasuk moral yang baik. Nah, hal itu yang sekarang terjadi di daerah sapolohe dimana orang-orang mengatakan bahwa moral anak-anak di daerah itu tidak baik karena banyaknya anak-anak yang selalu memakai bahasa kotor pada saat berbicara. Pernah saya berkunjung pada satu perumahan di Bulukumba yang di kenal dengan BTN dimana didalam perumahan itu banyak orang-orang yang mempunyai sekolah yang tinggi banyak orang tua di perumahan itu melatih anaknya memang tujuannya adalah sekolah setinggi-tingginya fokus dalam pelajaran tapi yang saya dapatkan adalah memang mereka hebat dalam pelajaran tetapi mereka berjalan sendiri-sendiri dengan kata lain mereka jauh dari apa yang namanya teman artinya sosialisasi mereka tidak berjalan dengan baik mereka terisolasi dari apa yang namanya lingkungan dan teman. Jadi kesimpulannya anak-anak yang dimana selalu memakai bahasa kotor tetapi melebur dalam sebuah yang namanya pertemanan dan lingkungan adalah anak yang moralnya tidak baik sedangkan anak yang hebat dalam pelajaran sopan dalam berbahasa tetapi mereka jauh dari seorang teman dan terisolasi dari lingkungan dengan kata lain sosialisasi mereka tidak berjalan dengan baik, orang mengatakan itu adalah moral yang baik.

Jadi apasih moral yang sebenarnya itu?

(28)

Ada banyak dampak yang akan terjadi bagi perkembangan anak-anak jika selalu menggunakan bahasa kotor dalam kesehariannya, selain merasa dihindari oleh teman-temannya seorang anak juga akan merasa terisolasi dalam lingkungan rumahnya, dan juga akan tidak mempunyai seorang teman bermain, bahkan akan merusak mental seorang anak jika terus menerus menggunakan bahasa kotor, dan juga akan mempengaruhi kondisi psikis seorang anak.

Ada banyak hal yang harus dilakukan Orang tua, Sekolah, dan lingkungan Masyrakat agar meminimalisir hal tersebut. Pencegahan dalam permasalahan perkembangan perilaku anak yaitu lebih ditekankan pada keluarga, karena keluarga adalah kelompok pertama yang berkomunikasi dengan anak-anak.

Seharusnya perhatian orangtua lebih diperbanyak, karena dengan perhatian saja banyak hal-hal positif yang berpengaruh terhadap perkembangan perilaku anak.

Misalnya anak selalu diperhatikan dan selalu dekat dengan kedua orangtuanya, sehingga anak akan bersikap jujur dan terbuka terhadap orangtuanya, dari hal tersebut orangtua dapat mengontrol perilaku anak, jika dalam sikap anak tersebut sudah terlihat perkembangan perilaku yang menyimpang maka orangtua segera meluruskan perilaku mereka. Sekolah juga harus memberi didikan yang baik bagi anak-anak karena sekolah adalah tempat dimana banyak waktu seorang anak dihabiskan di sekolah. Di lingkungan masyrakat juga haruslah mengurangi atau jangan memakai bahasa kotor apabila berada didepan anak-anak atau disekitar anak-anak.

Pada penelitian ini yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah saya lebih berfokus pada penggunaan bahasa kotor pada anak-anak antara

(29)

lain bagaimana proses timbulnya kebiasaan menggunakan bahasa kotor pada anak-anak, bagaimana dampak bagi perkembangan anak-anak yang menggunakan bahasa kotor, dan bagaimana solusi bagi anak-anak agar tidak menggunakan bahasa kotor.

Referensi