• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Kebijakan Moneter di Indonesia - UMY

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Kebijakan Moneter di Indonesia - UMY"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

Sejauh mana implementasi kebijakan moneter dapat dilakukan secara mandiri tergantung pada sistem nilai tukar dan sistem valuta asing yang dipilih. Ketiga, penargetan nilai tukar merupakan strategi kebijakan moneter berbasis aturan yang dapat mendisiplinkan implementasi kebijakan. Mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga menekankan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui jalur tersebut.

Misalnya pada sistem nilai tukar mengambang, kebijakan moneter ekspansif yang dilakukan bank sentral akan mendorong depresiasi mata uang domestik dan menaikkan harga barang impor.

Hubungan Uang dan Kegiatan Ekonomi

Perbedaan Pemikiran Monetarist vs Keynesian

Penentuan Respons Kebijakan Moneter

Di sisi lain, pola aturan tertentu diasumsikan menjadi prasyarat penerapan kebijakan moneter yang sehat, sehingga penerapan kebijakan tanpa menerapkan aturan tertentu dapat menimbulkan konsekuensi kontraproduktif. Aturan-aturan ini merupakan pengembangan dari aturan-aturan yang dikemukakan oleh Friedman dengan memasukkan mekanisme umpan balik (feedback) dalam koreksi bertahap atas kesalahan-kesalahan yang terjadi di masa lalu. Aturan tersebut juga mencakup mekanisme umpan balik, yaitu bank sentral mengubah suku bunga berdasarkan penyimpangan inflasi dan pergerakan produksi dari tingkat target.

Jenis peraturan mana yang harus dipilih masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab.27 Namun, terdapat kesepakatan umum bahwa kebijakan berbasis peraturan dapat diterapkan dengan tingkat kebijaksanaan tertentu. kebijakan diskresi memperhitungkan komponen aturan. 28 Sebagaimana berkembang sejak awal tahun 1980an, perdebatan ‘aturan versus kebijaksanaan’ lebih mengacu pada argumen-argumen baru yang menimbulkan permasalahan. Masalah inkonsistensi mengacu pada perbedaan antara langkah-langkah kebijakan (optimal) yang diumumkan bank sentral kepada masyarakat – jika bank sentral memiliki kredibilitas yang baik – dengan langkah-langkah kebijakan yang akan diambil bank sentral setelah masyarakat mengambil keputusan berdasarkan harapan mereka.

Misalnya, bank sentral mengumumkan janjinya untuk memenuhi target inflasi tertentu, dan masyarakat mengadakan kontrak atau perjanjian kerja berdasarkan pengumuman ini. Dalam kondisi ini, bank sentral memiliki insentif untuk tidak memenuhi janjinya dengan mencari peluang untuk mencapai pertumbuhan output yang lebih besar. akibat tekanan inflasi yang lebih tinggi. Namun pada akhirnya masyarakat akan mengetahui hal ini, sehingga mereka akan menyesuaikan atau menetapkan ekspektasi mereka terhadap inflasi yang lebih tinggi, yang akan mengakibatkan tertundanya perkembangan output riil.

Kebijakan Moneter di Indonesia

Kondisi perekonomian, khususnya sektor keuangan, mempunyai implikasi mendasar terhadap pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia. Di sisi moneter, besarnya dan mobilitas aliran dana asing juga mempersulit Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan moneter. Keberadaan Dewan Moneter menyebabkan perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan moneter yang akan dilakukan Bank Indonesia menjadi tidak menentu dan independen.

Untuk itu, Bank Indonesia diberi kewenangan untuk melaksanakan kebijakan nilai tukar dan mengelola cadangan devisa sesuai dengan tujuan kebijakan moneter dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Meskipun tujuan akhir kebijakan moneter lebih ditujukan untuk mengendalikan laju inflasi, namun Bank Indonesia tidak akan membiarkan perkembangan nilai tukar rupiah berfluktuasi di pasar dan menimbulkan ketidakpastian. Untuk itu, Bank Indonesia terus mencermati perkembangan sasaran antara yang meliputi nilai moneter (M1 dan M2), suku bunga, dan nilai tukar rupiah.

Sesuai dengan undang-undang no. 23 Tahun 1999, perumusan kebijakan moneter di Bank Indonesia dilakukan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG). Selain itu, Bank Indonesia dapat menilai posisi dan pertumbuhan uang primer sebagai tujuan operasional kebijakan moneter. Sesuai dengan undang-undang no. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia menerapkan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang telah ditentukan.

Dalam upaya menstabilkan perkembangan nilai tukar rupiah, Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing pada waktu-waktu tertentu. Sesuai undang-undang tersebut, sistem nilai tukar di Indonesia ditetapkan oleh pemerintah setelah mempertimbangkan rekomendasi Bank Indonesia.

Kebijakan Moneter di Indonesia dengan Sasaran Kestabilan Harga: Menuju Inflation Targeting

Penargetan inflasi diyakini dapat membantu bank sentral mencapai dan menjaga stabilitas harga dengan menetapkan tujuan kebijakan moneter secara eksplisit berdasarkan proyeksi dan target inflasi tertentu. Sesuai dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999, Bank Indonesia mulai menjajaki kemungkinan penerapan kerangka Inflation Targeting sebagai kerangka kebijakan moneter di Indonesia. Inflation Targeting merupakan suatu kerangka kebijakan moneter yang mempunyai ciri utama berupa pernyataan resmi bank sentral bahwa tujuan akhir kebijakan moneter adalah untuk mencapai dan mempertahankan tingkat inflasi yang rendah, serta pengumuman sasaran inflasi kepada masyarakat.

Prinsip di balik kerangka penargetan inflasi adalah bahwa tujuan akhir kebijakan moneter hanyalah untuk mencapai dan mempertahankan inflasi yang rendah dan stabil. Dengan sasaran inflasi sebagai jangkarnya, rumusan kebijakan moneter diarahkan pada pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Yang terpenting adalah menentukan mekanisme forward-looking dalam menentukan arah kebijakan moneter bank sentral.

Salah satu kunci keberhasilan penerapan penargetan inflasi terletak pada transparansi bank sentral dalam perumusan kebijakan moneter. Penerapan konseptual penargetan inflasi memerlukan perubahan mendasar dalam kebijakan moneter sebagai respons terhadap kondisi perekonomian. Undang-undang tersebut juga dengan jelas menyatakan mandat pelaksanaan kebijakan moneter dalam kerangka penargetan inflasi, yang tercermin dari pentingnya independensi, akuntabilitas, dan transparansi.

Tabel 1. Karakteristik Inflation Targeting
Tabel 1. Karakteristik Inflation Targeting

Penentuan Sasaran Inflasi

Oleh karena itu, sejak tahun 2000, Bank Indonesia telah menetapkan sasaran inflasi pada awal tahun yang ingin dicapai pada tahun yang bersangkutan. Target inflasi ditetapkan yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (CPI), tidak termasuk dampak kenaikan harga yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah terhadap harga dan pendapatan (kebijakan harga dan pendapatan terkendali).47 Misalnya, target inflasi ditetapkan pada 3 - 5% pada tahun 2000 dan 4-6% pada tahun 2001. Misalnya, untuk tahun 2002 target inflasi ditetapkan sebesar 9-10% dan diperkirakan akan meningkat secara bertahap menjadi sekitar 6-7% selama lima tahun.

Penetapan sasaran inflasi dapat memberikan prospek makroekonomi ke depan dan mendukung upaya pemulihan perekonomian nasional. Dalam menetapkan sasaran inflasi, Bank Indonesia memperhatikan prospek makroekonomi sehingga mendasarkannya pada perkembangan dan proyeksi arah pergerakan perekonomian ke depan. Terkait hal tersebut, Bank Indonesia tidak ingin menargetkan inflasi yang terlalu rendah karena dapat menghambat pemulihan perekonomian nasional.

Dalam penetapan sasaran inflasi, Bank Indonesia juga mempertimbangkan perkembangan barang dan jasa yang perkembangannya tidak terlalu terpengaruh atau netral terhadap guncangan struktural yang bersifat sementara. Selain itu, Bank Indonesia juga mengukur kenaikan harga yang disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, atau sering disebut dengan inflasi impor. Oleh karena itu, Bank Indonesia berkepentingan terhadap stabilitas nilai tukar tanpa harus mengarahkan nilai tukar pada suatu sasaran tertentu.

Sasaran Inflasi: Headline vs Inti

Dalam hal ini, ada dua istilah yang umum digunakan dalam analisis perekonomian, yaitu inflasi headline atau inflasi headline dan inflasi inti. Sedangkan inflasi inti dihitung berdasarkan besarnya perkembangan barang dan jasa yang tidak terpengaruh secara signifikan atau netral terhadap terjadinya guncangan struktural yang bersifat sementara (shocks). Inflasi inti memegang peranan penting karena mencerminkan perkembangan harga yang lebih persisten, sehingga dapat dijadikan salah satu jangkar dalam pelaksanaan kebijakan moneter.

Sementara itu, inflasi inti relatif lebih baik dalam hal prediktabilitas dan pengendalian, namun lebih sulit dipahami masyarakat. Dalam perekonomian yang mekanisme pasarnya berjalan relatif efisien, sebenarnya tidak terdapat banyak perbedaan antara inflasi umum dan inflasi inti karena distorsi penetapan harga yang timbul dari kebijakan pemerintah biasanya tidak signifikan. Karena situasi tersebut belum tentu merupakan kenyataan, di berbagai negara yang menggunakan kerangka penargetan inflasi, sasaran inflasi ditetapkan berdasarkan karakteristik perekonomian, ada yang menggunakan inflasi headline dan ada yang menggunakan inflasi inti.

Dalam kasus Indonesia, beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji inflasi total vs. inflasi inti sebagai sasaran inflasi. Pada akhir tahun 1999, pertimbangan diberikan untuk menggunakan metode pemangkasan statistik untuk mengukur inflasi inti, mengingat metode ini akan menghasilkan inflasi yang paling teruji secara statistik, dalam arti menghasilkan margin kesalahan terkecil. Saat ini, penelitian terus mencari alternatif pengukuran inflasi inti untuk perbaikan, terutama untuk melengkapi kinerja metode truncation dengan metode eksklusi.

Kebijakan Moneter Forward Looking

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter dalam kerangka Inflation Targeting bersifat forward-looking, dimana bank sentral saat ini menggunakan kebijakan moneter sebagai langkah preventif untuk mencapai target inflasi ke depan. Oleh karena itu, dalam merumuskan kebijakan moneter, perlu mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan melalui langkah-langkah yang bersifat antisipatif. Oleh karena itu, mekanisme kebijakan moneter mengharuskan bank sentral untuk mampu: (a) memprediksi pergerakan inflasi di masa depan dan membandingkannya dengan target yang telah ditetapkan, (b) mengetahui berapa lama jangka waktu dampak kebijakan moneter saat ini terhadap inflasi di masa depan. . dan (c) memiliki pemahaman yang baik mengenai transmisi kebijakan moneter dalam mempengaruhi inflasi dan perekonomian.

Dalam kerangka kebijakan moneter di Bank Indonesia saat ini, kebijakan moneter difokuskan pada pencapaian sasaran inflasi dengan lebih mengandalkan pendekatan kuantitatif. Dari hasil kajian awal yang dilakukan Bank Indonesia dengan menggunakan saluran suku bunga dan nilai tukar mengenai transmisi kebijakan moneter terhadap inflasi, terlihat bahwa kebijakan moneter masing-masing membutuhkan waktu yang lama untuk mempengaruhi harga di pasar saham. antara 1. -2 tahun. Dengan kata lain, orientasi rumusan kebijakan moneter Bank Indonesia harus ke depan.

Sementara, lag di Brazil justup lebih cepat, sekitar 6 kuartal. 2000), Framework for the Implementation of Inflation Targeting in Indonesia, in BI-IMF Conference on Monetary Policy and Inflation Targeting in Developing Economies, Bank Indonesia. BSIS (1997), The Transmission Mechanism of Monetary Policy in Developing Countries”. 1998), 'Policy Rules and Objectives: The Central Banker Problem Framework', FRBNY Economic Policy Review, June. Friedman, Milton (1991), Monetary Economics, Basil Blackwell Ltd. 1997), The Evolution of Monetary Policy: From Money Targets to Inflation Targets, Conference on Monetary Policy and Inflation Targeting, RBA, July. 2003), Current Issues in the Design and Conduct of Monetary Policy, Paper prepared for the 5th Annual RBI/IGIDR Conference on Money and Finance in the Indian Economy, January.

Daftar Pustaka

2000), Framework for the Implementation of Inflation Targeting in Indonesia, pada Konferensi BI-IMF tentang Kebijakan Moneter dan Inflation Targeting in Emerging Economies, Bank Indonesia. Ascarya (2002), Instrumen Pengendalian Moneter, Seri Bank Sentral No. Bank Indonesia, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Berbagai tahun terbit, Bank Indonesia. Friedman, Milton (1991), Ekonomi Monetaris, Basil Blackwell Ltd. 1997), Evolusi Kebijakan Moneter: Dari Penargetan Moneter ke Penargetan Inflasi, Konferensi Kebijakan Moneter dan Penargetan Inflasi, RBA, Juli. 2003), Isu Terkini dalam Merancang dan Melakukan Kebijakan Moneter, makalah yang disiapkan untuk Konferensi Tahunan RBI/IGIDR ke-5 tentang Uang dan Keuangan dalam Perekonomian India, Januari. 2001), Penyempurnaan Perhitungan Inflasi Inti, Laporan Penelitian, Bagian Kajian Sektor Riil, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter.

Mikhin, FS (1999), 'Pengalaman internasional dengan rezim kebijakan moneter yang berbeda', Jurnal Ekonomi Moneter Makroekonomi Modern, Philip Alan Publishers Ltd. 1998), 'Mencari paradigma baru pengelolaan moneter dalam sistem nilai tukar fleksibel: ide penerapannya di Indonesia', Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Inflation Targeting

Referensi

Dokumen terkait

Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Perekonomian Awal Pemerintahan Islam Dampak kebijakan moneter keuangan yang diambil oleh awal pemerintah Islam dalam rangka meningkatkan permintaan