• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Mufti Adhitya Hafizhi - Repository IAIN Bengkulu

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Mufti Adhitya Hafizhi - Repository IAIN Bengkulu"

Copied!
245
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Identifikasi Masalah

Beberapa anak menitipkan orang tuanya di panti jompo dimana anak-anak tersebut sebenarnya termasuk dalam kelompok mampu secara materi dan immateri. Beberapa anak yang melalaikan tanggung jawab mengasuh orang tuanya kepada instansi pemerintah yaitu panti jompo.

Rumusan Masalah

Bagaimana mengatur sanksi hukum bagi anak yang menelantarkan orang tua lanjut usia dalam hukum positif. Bagaimana mengatur sanksi hukum bagi anak yang menelantarkan orang tua lanjut usia dalam hukum Islam. Bagaimana perbandingan penetapan sanksi hukum bagi anak yang menelantarkan orang tua lanjut usia antara hukum positif dan hukum Islam.

Menjelaskan pengaturan Sanksi Hukum bagi anak yang menelantarkan orang tuanya yang sudah lanjut usia dalam Hukum Positif. Jelaskan pengaturan Sanksi Hukum bagi anak yang menelantarkan orang tuanya yang sudah lanjut usia dalam Hukum Islam. SANKSI HUKUM BAGI ANAK ORANG TUA BERDASARKAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF.

ANALISIS SANKSI HUKUM TERHADAP ORANG TUA YANG DITELURKAN OLEH ANAK PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM. Hanizar, “Revisi Hukum Islam tentang Pelaksanaan Kewajiban Anak Kepada Orang Tua (Studi Kasus di Panti Jompo Hanna)”.

Fokus Masalah

Tujuan Penelitian

Penelitian Terdahulu

Metode Penelitian

  • Jenis dan pendekatan Penelitian
  • Sumber Data
  • Tekhnik Pengumpulan Data
  • Tekhnik Analisis Data

Sistematika Penulisan

  • Hak dan kewajiban orang tua dan anak
  • Pengertian lansia
  • Perubahan umum yang terjadi pada lansia
  • Tugas perkembangan orang tua lanjut usia

Konsep Hukum Islam

  • Pengertian hukum Islam
  • Sumber hukum Islam
  • Karakteristik Hukum Islam
  • Prinsip hukum Islam
  • Tujuan dan Fungsi hukum Islam

Semua Ulama sepakat bahwa ada dua sumber utama hukum Islam, yaitu Al-Qur'an dan al-Sunnah. Mayoritas ulama sepakat bahwa ada empat sumber hukum Islam, yaitu Al-Qur'an, Sunnah, ijma' dan qiyas. 76 Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad al-Saukani: Relevansinya Bagi Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos, 1999), hal.

87 Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad Al Syaukani: Relevansinya Bagi Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos, 1999), h. Hukum Islam memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan sistem hukum lain yang berlaku di dunia. 89 Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad Al Syaukani: Relevansinya Bagi Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos, 1999), hal.

Hasbi Ashiddieqy berpendapat bahwa hukum Islam memiliki tiga karakter yang merupakan ketentuan yang tidak berubah, yaitu: 91. Selain bersifat universal atau menyeluruh, hukum Islam juga bersifat dinamis (cocok untuk setiap zaman). Oleh karena itu, mereka yang status perkawinannya tidak berdasarkan hukum Islam tidak berlaku hukum yang sama.

Hukum Islam dibangun berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diwahyukan Al-Qur'an, yang dikembangkan melalui kehidupan Nabi SAW (Sunnah) dan ijtihadiyah. Tidak mempersulit ('adamul kharaj), yaitu hukum Islam tidak sempit, tegas, tidak memaksa dan tidak memberatkan. Universalitas ini juga tercermin dalam sifat hukum Islam yang tidak hanya terpaku pada satu zaman (hanya abad ke-7, misalnya), tetapi untuk segala zaman.

Tujuan syariat Islam ialah kemaslahatan hidup manusia, baik jasmani maupun rohani, individu dan masyarakat. Kerana pada dasarnya pembalasan – baik dalam bentuk pahala atau hukuman – adalah ukhrawi dalam konteks syariat Islam. Perlu diingat bahawa tujuan utama syariat Islam adalah untuk membawa, mencipta dan memelihara manfaat untuk manusia.

Konsep Hukum Positif di Indonesia

  • Pengertian hukum positif
  • Sumber hukum positif
  • Unsur, Ciri-Ciri dan Sifat dalam Hukum Positif
  • Fungsi dan Tujuan Hukum Positif

SANKSI HUKUM PENELANTARAN ORANG TUA LANJUT

  • Orang tua lanjut usia menurut Hukum Islam dan Hukum Positif
  • Hak orang tua menurut Hukum Islam dan Hukum Positif
  • Konsekuensi Penelantaran orang tua menurut Hukum Islam dan
  • Analisis Hukum Positif Dan Hukum Islam mengenai Sanksi

POSITIF: Bab ini menjelaskan pengertian sanksi hukum dalam hukum Islam dan hukum positif, orang tua lanjut usia dalam hukum Islam dan hukum positif, hak orang tua dalam hukum Islam dan hukum positif, akibat penelantaran orang tua dalam hukum Islam dan hukum positif.

PENUTUP

Saran

Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang, terutama perempuan, yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan dan/atau penelantaran rumah tangga secara fisik, seksual, psikis, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Penghapusan KDRT merupakan jaminan yang diberikan negara untuk mencegah KDRT, melakukan intervensi terhadap pelaku KDRT dan melindungi korban KDRT. Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam rumah tangga dengan cara:

Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c adalah: pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang hidup dalam lingkup rumah tangga; pemaksaan hubungan seksual terhadap seseorang dalam rangka rumah tangga dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. Siapapun yang mendengar, melihat atau mengetahui kekerasan dalam rumah tangga harus, dalam batas kemampuan mereka, melakukan upaya untuk: membantu mengajukan permohonan perlindungan yang akan ditetapkan. Polisi wajib segera melakukan penyelidikan setelah mengetahui atau menerima laporan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

Keutuhan dan keharmonisan rumah tangga yang bahagia, aman, tenteram dan tenteram merupakan dambaan setiap orang dalam rumah tangga. Dengan demikian, setiap orang dalam rumah tangga harus berlandaskan agama dalam menjalankan hak dan kewajibannya. Keutuhan dan keharmonisan rumah tangga dapat terganggu jika kualitas dan pengendalian diri tidak dapat dikendalikan, yang dapat berujung pada kekerasan dalam rumah tangga.

Perkembangan saat ini menunjukkan bahwa tindakan kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran rumah tangga memang terjadi sehingga diperlukan perangkat hukum yang memadai untuk memberantas kekerasan dalam rumah tangga. Reformasi hukum yang berpihak pada kelompok rentan atau subordinat, khususnya perempuan, sangat dibutuhkan mengingat tingginya kasus kekerasan, khususnya kekerasan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga perlu diatur secara tersendiri karena memiliki karakteristik tersendiri, padahal KUHP pada umumnya memiliki . penganiayaan dan kesusilaan serta penelantaran terhadap orang-orang yang harus diberi penghidupan dan penghidupan.

UU PKDRT ini berkaitan erat dengan beberapa peraturan perundang-undangan lain yang telah berlaku sebelumnya, antara lain Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP dan Perubahannya, Undang-undang Nomor 8. Selain pencegahan dan perlindungan, Undang-undang ini mengatur sekaligus memulihkan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga, juga secara khusus mengatur kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga dengan unsur pidana yang berbeda dengan pidana penuntutan sebagaimana ditentukan dalam KUHP. Untuk mencegah kekerasan dalam rumah tangga, Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pemberdayaan perempuan melakukan upaya pencegahan antara lain dengan menyelenggarakan komunikasi, informasi dan edukasi tentang pencegahan kekerasan dalam rumah tangga.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal terjadi tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang dialami oleh seseorang maka sesuai Bab VIII Undang-Undang No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah