• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Bunga Bangsa Cirebon

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Bunga Bangsa Cirebon"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

Kunci keberhasilan seorang anak menjadi individu yang mandiri sebenarnya dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pola asuh. Baumrind dalam Ubaedy membagi pola asuh menjadi tiga, yaitu otoriter, permisif, dan demokratis.

Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Orang Tua Orang Tua Dengan Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun Di RA Al-Furqon Desa Karangreja Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon”. Orang tua tidak memahami bahwa dalam mendidik dan mengasuh anaknya tidak mendukung tumbuh kembang anaknya.

Pembatasan Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Manfaat bagi guru, guru memberikan nilai tambah kepada siswa berupa siswa memiliki kesadaran, siswa mencari pengalaman dan mengalaminya secara langsung, siswa dapat belajar sesuai minat dan kemampuannya. Manfaat bagi lembaga pendidikan khususnya RA adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini tidak lepas dari gambaran pola asuh orang tua.

LANDASAN TEORI

Pengertian Pola Asuh Orangtua

Sedangkan dalam Thoha, Kohn menyatakan, “Parenting adalah sikap orang tua dalam menghadapi anaknya.Menurut Nurani, parenting adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan relatif konsisten dari waktu ke waktu.

Macam – Macam Pola Asuh Orang tua

Pola asuh ini menempatkan musyawarah sebagai pilar dalam menyelesaikan berbagai masalah anak, mendukungnya dengan penuh kesadaran dan berkomunikasi dengan baik. Pola asuh seperti ini menunjukkan bahwa orang tua cenderung menghindari konflik dengan anaknya, sehingga banyak orang tua yang membiarkan apapun yang anaknya lakukan.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua

Pendapat lain yang hampir sama dikemukakan oleh Sanderson dan Thompson bahwa faktor yang mempengaruhi pola asuh antara lain. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah pola asuh pada anak dipengaruhi oleh keadaan pribadi orang tua, termasuk kepribadian.

Indikator Pola Asuh a. Pola Asuh Otoriter

Suka berbicara dengan anak, mendengarkan keluh kesah anak, memberi masukan, komunikasi baik, tidak kaku dan luwes.

Pengertian Kemandirian

Kemandirian adalah sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas kemauannya sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain, serta berpikir dan bertindak secara orisinal/kreatif dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi. lingkungan, memiliki rasa percaya diri dan menyenangi usahanya. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk berhasil sesuai dengan keinginannya membutuhkan kemandirian yang kuat. Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan dan bertanggung jawab atas tindakan sendiri dan untuk menciptakan hubungan yang mendukung dengan orang lain.

Menurut Shaffer, kemandirian adalah kemampuan mengambil keputusan dan menjadikan diri sendiri sebagai sumber kekuatan emosional sehingga tidak bergantung pada orang lain. Anak akan mandiri jika keluar dari keluarganya karena proses kemandirian anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.

Fungsi Kemandirian

Faktor faktor yg mempengaruhi kemandirian

Orang tua yang memiliki sifat kemandirian yang tinggi seringkali melahirkan anak yang juga memiliki sifat mandiri. Sedangkan anak bungsu yang mendapat perhatian berlebihan dari orang tua dan kakaknya, kecil kemungkinannya untuk mandiri. 23Psychologymania, Factors Influencing Independence, 09 Maret 2018, (http://www.psychologymania.com/2013/02/factors-yang-influence.html).

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh ketiga tokoh tersebut, dimana dalam penjelasan tentang faktor penghambat kemandirian terdapat kesamaan antara yang satu dengan yang lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab terhambatnya kemandirian adalah gen atau keturunan orang tua, pola asuh, jenis kelamin, urutan posisi anak, kebiasaan dibantu, sikap orang tua, kurangnya aktivitas . di luar rumah, sistem pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi dan sistem kehidupan sosial.

Indikator Kemandirian

Dari beberapa pendapat tersebut, akan lebih baik lagi jika satu pendapat mengisi celah antara pendapat yang berbeda dengan pendapat lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab terhambatnya kemandirian adalah gen atau keturunan orang tua, pola asuh, jenis kelamin, urutan posisi anak, kebiasaan membantu, sikap orang tua, kurangnya aktivitas. di luar rumah, sistem pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi dan sistem kehidupan sosial. Tn. Indikator kemandirian anak juga dapat dilihat dari 5 aspek perkembangan anak usia dini dalam Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2009, dimana: 1) aspek religi dan moral anak yang jujur, suka menolong, menjaga kebersihan lingkungan, 2) aspek sosial-emosional anak saling membantu, mau berbagi, mau memberi dan meminta maaf serta menerima kritik dan tanggung jawab, 3) aspek linguistik anak berani bertanya, bercerita tentang gambar, mau mengungkapkan pendapat, 4) aspek kognitif anak mengajak teman bermain, mampu mengambil keputusan sederhana, 5) aspek fisik anak yang menjaga diri tanpa bantuan orang lain, membersihkan peralatan makan setelah dipakai, mereka membuang sampah pada tempatnya.

Berdasarkan pendapat tersebut, pemanfaatan kemandirian pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan aspek-aspek kemandirian anak usia dini.

Hasil Penelitian Yang Relevan

Patmawati (2007), meneliti “Perbedaan kemandirian belajar ditinjau dari persepsi anak terhadap pola asuh pada anak yang lebih tua dan lebih muda di SMA Islam Sudirman Ambarawa”. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah persepsi pola asuh, anak yang lebih tua dan lebih muda, dan variabel terikatnya adalah kemandirian belajar. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kemandirian belajar siswa jika dilihat dari pendidikan orang tua dan urutan kelahiran menunjukkan adanya perbedaan kemandirian belajar mereka.

Sedangkan kemandirian belajar siswa ketika pola asuh orang tua menunjukkan perbedaan kemandirian dalam belajarnya juga didukung bahwa dengan pola asuh demokratis menunjukkan kemandirian yang lebih besar dalam belajar. 25Lina, “Hubungan antara pola asuh demokratis dan kemandirian orang tua dengan kemampuan pemecahan masalah pada remaja,” 2008.

Kerangka Berpikir

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel penelitian, topik penelitian dan lokasi penelitian. Variabel dalam penelitian ini menggunakan pola asuh sebagai variabel X dan kemandirian anak usia 5-6 tahun sebagai variabel Y. Subyek penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun dan orang tua siswa yang bersangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan pola asuh dengan kemandirian anak usia 5-6 tahun di RA Al-Furqon.

Hipotesis Penelitian

Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh dengan kemandirian anak usia 5-6 tahun di RA Al-Furqon Desa Karangreja Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2017/2018. Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh dengan kemandirian anak usia 5-6 tahun tahun ajaran 2017/2018 di RA Al-Furqon Desa Karangreja Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon.

Desain Penelitian

Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi / Tempat Penelitian

  • Keadaan Siswa Dan Guru a. Keadaan siswa

Populasi Dan Sampel

Menurut Suharsimi, sampel adalah sebagian atau perwakilan dari populasi yang diteliti dan jika subjek penelitian adalah populasi 33 Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menetapkan bahwa sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok B3 RA Al-Furqon , Kabupaten Cirebon tahun ajaran 2017/2018 yang menjadi populasi dalam penelitian ini. Jadi dalam penelitian ini sampel penelitiannya adalah 22 siswa RA Al-Furqon kelompok B3 usia 5-6 tahun Kabupaten Cirebon.

Teknik Pengumpulan Data

  • Observasi
  • Wawancara
  • Angket

Teknik angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan jawaban (responden) atas permintaan pengguna. 36. Jenis angket yang digunakan adalah angket open-ended (angket tidak berstruktur adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan catatan sesuai dengan keinginan dan keadaannya. Melalui teknik angket peneliti berharap dapat mampu melihat dan mengukur pola asuh dengan kemandirian anak.

Setelah peneliti membuat kisi-kisi panduan angket, peneliti mengkonsultasikan kisi-kisi panduan angket dengan pedagog pembimbing yang dirasa mampu menentukan instrumen dalam mengukur kemandirian anak. Melalui angket yang dibuat oleh peneliti dan dikonsultasikan dengan para ahli, diharapkan dapat mengukur kemandirian anak.

Tekhnik Analisis Data

  • Penyajian Data

Hasil konsultasi penelitian menemukan perubahan ke arah yang lebih baik dalam mengukur kemandirian anak. Setelah dilakukan perhitungan korelasi, maka dihitung besarnya tingkat korelasi dengan ketentuan sebagai berikut: 39. Untuk memperoleh data pola asuh orang tua RA Al-Furqon di Kabupaten Cirebon, penulis menggunakan kuesioner dengan indikator pola asuh dan pola asuh anak. kemandirian, diberikan kepada 22 orang tua siswa, dengan pilihan jawaban a, b, c, d dengan jumlah soal sebanyak 10 soal.

Deskripsi Data

  • Data Pola Asuh Orang Tua
  • Data kemandirian anak

Setelah interval pola asuh dihitung, maka akan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut (Tabel 3.9. Dari tabel diatas dapat diketahui pola asuh orang tua pada kelompok B3, kategori (A) berjumlah 4 orang, kategori sedang (B) berjumlah 10 orang, dan pada kategori rendah (C) berjumlah 8 orang. Skor untuk variabel ini diperoleh dari hasil observasi yang diselesaikan peneliti disesuaikan dengan jumlah anak yang telah menyelesaikan angket variabel pola asuh X. , berjumlah 22 orang, dimana skor tertinggi 30 dan terendah 22.

Pola asuh orang tua di RA Al-Furqon Kabupaten Cirebon yang diamati oleh penulis menunjukkan bahwa pola asuh yang tepat terutama di lingkungan sekolah dibuktikan dengan semakin tinggi pola asuh maka semakin termotivasi anak untuk mandiri. Artinya semakin besar pola asuh orang tua maka semakin besar pula kemandirian anak usia 5-6 tahun.

Tabel 3.7 dia atas merupakan hasil jawaban angket variabel X pola  asuh orangtua anak-anak RA Al-Furqon Kabupaten Cirebon
Tabel 3.7 dia atas merupakan hasil jawaban angket variabel X pola asuh orangtua anak-anak RA Al-Furqon Kabupaten Cirebon

Pengujian Persyaratan Analisis

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian anak kelompok B3 RA Al-Furqon di Desa Karangreja Kabupaten Cirebon yang memiliki kategori tinggi sebesar 31,81%, yang memiliki kategori sedang sebesar 27,72%, dan apa kategori rendah sebesar 45,45%. Dengan menggunakan teknik analisis ini, ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi, yaitu data harus berdistribusi normal dan linier. Oleh karena itu, data harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji normalitas dan dilanjutkan dengan uji linier untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dan linier atau tidak dengan menguji hipotesis asosiatif (hubungan) untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara variabel-variabel tersebut, kemudian mengujinya dengan melihat tabel korelasi product moment untuk uji signifikan.

Pengujian Hipotesis

1,725 ​​maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan kemandirian pada anak usia 5-6 tahun. Disimpulkan bahwa pola asuh untuk kemandirian anak masih rendah, artinya pola asuh untuk mengembangkan kemandirian pada anak usia dini perlu ditingkatkan lagi.

Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil perhitungan tersebut berarti hubungan pola asuh dengan kemandirian anak rendah, yaitu ketika orang tua menerapkan pola asuh maka kemandirian anak akan menurun. Umumnya dalam pola asuh otoriter, orang tua sangat menanamkan kedisiplinan dan menuntut prestasi yang tinggi dari anaknya. Sementara itu, pola asuh otoriter muncul ketika orang tua melakukan kontrol yang tinggi terhadap anaknya.

Pada ilustrasi di atas, tampak bahwa pola asuh otoriter memberikan ruang negosiasi antara orang tua dan anak. Idealnya, untuk menerapkan pola asuh otoriter, orang tua harus memiliki latar belakang pendidikan yang memadai.

Keterbatasan Peneliti

Anda tidak bisa menghentikannya, tetapi orang tua harus bisa menjelaskan mengapa mereka melarang sesuatu atau memberikan target tertentu dengan cara yang rasional. Marcum juga menolak anggapan bahwa anak belum bisa menerima penjelasan yang masuk akal.Padahal, persepsi orang tua seperti itu salah, karena selalu menganggap anak masih kecil, sehingga tidak perlu dikonsultasikan tentang apapun.

Simpulan

Hubungan pola asuh dengan kemandirian anak usia 5-6 tahun di RA Al-Furqon sebesar 5,90%.

Saran

Gambar

Tabel 3.2  Keadaan siswa
Tabel 3.3  Keadaan guru  No   Nama guru L/
Tabel 3.7 dia atas merupakan hasil jawaban angket variabel X pola  asuh orangtua anak-anak RA Al-Furqon Kabupaten Cirebon

Referensi

Dokumen terkait

Mewawancarai serta memberikan kuesioner mengenai pola asuh orang tua kepada orang tua siswa yang mengalami kesulitan membaca.. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan