Namun di Desa Tunjungtirto masih perlu adanya peningkatan kemampuan perangkat desa dan konsistensi pendamping desa agar pengelolaan keuangan desa dapat terlaksana dengan lebih baik.” 1. Skripsi : Implementasi Pengelolaan Keuangan Desa, diambil dari APBN Tahun 2015 (Studi di Desa Tunjungtirto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang) Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana pengelolaan keuangan desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 yang dilaksanakan di Indonesia, mulai dari perencanaan tahap menuju tahap akuntabilitas khususnya pada salah satu daerah atau desa bertajuk 'Pelaksanaan' pengelolaan keuangan desa di desa Tumori Balohili kecamatan Gunungsitoli Barat.”
Tesis: Analisis Perencanaan Pengelolaan Keuangan di Desa Boreng (Studi Kasus di Desa Boreng Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengetahuan empiris peneliti mengenai implementasi kebijakan pengelolaan keuangan desa berdasarkan Permendagri No. Dan pada akhirnya peneliti berharap agar seluruh elemen pendukung pembangunan desa memahami dan sadar akan pentingnya pengelolaan keuangan desa untuk mewujudkan desa mandiri dan dapat melaksanakannya sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
Namun dalam praktiknya, kewenangan tersebut sebagian dilimpahkan kepada perangkat desa sehingga pengelolaan keuangan dilakukan bersama-sama oleh Kepala Desa dan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). Dalam siklus pengelolaan keuangan desa, tanggung jawab dan tugas Kepala Desa dan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa.
Kepala Desa
Kepala desa menjabat selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut atau tidak berturut-turut.
Sekretaris Desa
Sekretaris desa berwenang melaksanakan pengelolaan keuangan desa dan bertanggung jawab kepada kepala desa.
Kepala Seksi
Bendahara Desa
ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
Asas akuntabilitas yang menyatakan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Tertib dan disiplin anggaran, khususnya pengelolaan keuangan desa, harus mengacu pada aturan atau pedoman yang mendasarinya.
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA .1 Pengertian Pengelolaan Keuangan Desa
- Siklus Pengelolaan Keuangan Desa
Perencanaan pembangunan desa meliputi RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) desa dan RKP (Rencana Kerja Pemerintah) Desa yang disusun secara tepat waktu dan ditetapkan dengan peraturan desa. Sekretaris Desa menyusun rancangan peraturan desa tentang APB Desa (RAPB Desa) dan menyampaikannya kepada kepala desa; Rancangan peraturan desa tentang APB desa disepakati bersama pada bulan Oktober tahun berjalan antara kepala desa dan BPD;
Rancangan Peraturan Desa terkait APB Desa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh kepala desa kepada bupati/wali kota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari setelahnya. penilaian telah disepakati; Bupati/Walikota Kota menetapkan hasil evaluasi Proyek BPV desa paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya rancangan peraturan desa terkait PPB desa. Dalam hal Bupati/Walikota Kotamadya menyatakan hasil evaluasi terhadap rancangan peraturan desa terkait dengan PPB desa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Walikota desa melakukan perbaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya hasil evaluasi.
Apabila kepala desa tidak memantau hasil evaluasi dan kepala desa tetap menetapkan rancangan peraturan desa tentang APB desa menjadi peraturan desa, bupati/walikota mencabut peraturan desa tersebut dengan keputusan bupati/walikota, yang juga mengatur bahwa berlaku batas atas APBDes tahun anggaran sebelumnya. Penyusunan APB Desa sebagaimana diuraikan di atas dibatasi waktunya oleh peraturan perundang-undangan.
Dana Desa
Sumber pendapatan lain yang dapat dimanfaatkan oleh desa berasal dari badan usaha milik desa, pengelolaan pasar desa, pengelolaan kawasan wisata skala desa, pengelolaan tambang mineral bukan logam dan tambang batu tanpa menggunakan alat berat, serta sumber lain dan tidak untuk dijual. Besaran alokasi anggaran yang dihitung langsung ke desa ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) yang berasal dari dan di luar dana transfer daerah (atas) secara bertahap. Anggaran yang bersumber dari APBN dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, tingkat kemiskinan, luas wilayah dan kesulitan geografis untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa.
Berdasarkan besaran dana desa setiap kabupaten/kota, bupati/walikota menentukan besaran dana desa untuk setiap desa di wilayahnya. Tata cara penyaluran dan penetapan besaran dana desa untuk setiap desa ditetapkan dengan peraturan kabupaten/walikota. Tingkat kesulitan geografis ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, transportasi dan komunikasi antara desa dan kabupaten/kota.
Data jumlah penduduk desa, luas desa, tingkat kemiskinan desa dan tingkat kesulitan geografis diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Dalam penyusunan rancangan juklak Bimkon, PP tersebut akan direvisi dengan memperhatikan hal-hal terpenting terkait alokasi sedemikian rupa sehingga 90% merata dan 10% proporsional. Selain itu, penyaluran dana desa tahap ketiga yang sebelumnya dilaksanakan pada bulan November, ditunda hingga bulan Oktober.
Alokasi Dana Desa (ADD)
Dalam proses penganggaran, bupati/walikota desa menginformasikan kepada desa mengenai rencana ADD dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah kepala daerah bersama wakil rakyat daerah menyepakati kebijakan umum dan prioritas anggaran serta pagu anggaran sementara (KUA/PPAS). ). dunia.
Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah
Berdasarkan ADD tersebut, Bupati/Walikota memberitahukan kepada kepala desa mengenai rencana alokasi pajak daerah dan penerimaan pajak dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas serta Batasan Anggaran Sementara (KUA/PPAS) disetujui. dari wilayah tersebut. Ini berjalan bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi
Bantuan keuangan yang khusus diperuntukkan bagi penggunaan dan pengelolaannya ditentukan oleh pemerintah daerah yang memberikan bantuan dalam rangka percepatan pembangunan kota dan pemberdayaan masyarakat. Bantuan keuangan khusus yang dikelola dalam APB Desa tidak berlaku dengan syarat pemanfaatan minimal 70% dan maksimal 30%. Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan informasi kepada Kepala Desa tentang Bantuan Keuangan yang akan diberikan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah KUA/PPAS disetujui oleh kepala daerah bersama Dewan Perwakilan Daerah.
Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota
PENELITIAN TERDAHULU
Ika Sasti Ferina, dkk (2016) dengan judul “Ringkasan Kesiapan Pemerintahan Desa Dalam Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus Pemerintahan Desa di Kabupaten Ogan Ilir). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan pemerintah desa dalam implementasi PERMENDAGRI No. 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa dilihat dari parameter komitmen organisasi sudah siap dan berjalan dengan baik. dalam mendukung pengelolaan keuangan desa dilihat dari parameter Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum siap dan pelaksanaan pengelolaan keuangan desa masih kurang baik karena kurangnya sosialisasi dan minimnya pelatihan dilihat dari parameter sarana dan prasarana yang mendukung pengelolaan keuangan operasional desa masih sangat minim, hal ini terlihat dari parameter sistem informasi yang belum siap dan sistem informasi yang dikembangkan belum siap. belum terintegrasi sehingga informasi dan komunikasi yang terjalin antara Pemerintah Kabupaten melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) dan Pemerintahan Desa belum terlaksana. melakukan dengan baik. Rianti Pratiwi (2016) dengan judul “Implementasi Pengelolaan Keuangan Desa yang Bersumber dari APBN Tahun 2015 (Studi di Desa Tunjungtirto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Tunjungtirto telah mampu melaksanakan pengelolaan keuangan secara transparan, partisipatif, akuntabel serta dilaksanakan secara tertib dan anggaran.
Elsa Dwi Wahyu Dewanti (2010) berjudul “Analisis Perencanaan Pengelolaan Keuangan di Desa Boreng (Studi Kasus di Desa Boreng Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang)”.
KERANGKA PEMIKIRAN
METODE PENELITIAN
- JENIS PELITIAN
- OBYEK DAN LOKASI PENELITIAN
- JENIS DAN SUMBER DATA
- INFORMAN PENELITIAN
- INSTRUMEN PENELITIAN
- TEKNIK PENGUMPULAN DATA Menurut Sugiyono 2016:308
- TEKNIK KEABSAHAN DATA Menurut Sugiyono
- TEKNIK ANALISIS DATA Menurut Sugiyono
- Reduksi Data
- Penyajian Data
- Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Jenis penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran nyata fenomena yang terjadi dalam pengelolaan keuangan desa di desa Tumori Balohili. Objek penelitian ini adalah Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Tumori Balohili Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 disebutkan ada enam tahapan pengelolaan keuangan desa mulai dari perencanaan hingga pertanggungjawaban.
Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah data yang diperoleh dari internal organisasi atau lembaga berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Pertanggungjawaban dan dokumen lain yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan desa di desa Tumori Balohili Gunungsitoli. Kecamatan Barat Kota Gunungsitoli. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan memperoleh data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan.12. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara dengan menanyakan tahapan dan aturan yang mengatur pengelolaan keuangan desa sehingga responden dapat memberikan informasi mengenai pengelolaan keuangan desa yang sudah berjalan di desa Tumori Balohili.
Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dengan menganalisis dokumen-dokumen yang berkaitan dengan proses pengelolaan keuangan desa di desa Tumori Balohili seperti dokumen APBD desa, Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku Asisten Pajak, Laporan Pelaksanaan Kegiatan dll. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang memadukan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada.15. Apabila peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji keandalan data, yaitu memeriksa keandalan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda dan sumber data yang berbeda.
Peneliti menggunakan observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara bersamaan. Membandingkan hasil wawancara informan yang satu dengan informan yang lain, sehingga terlihat bahwa data yang diberikan informan adalah data yang benar, misal: Data hasil wawancara dengan Kepala Desa akan dibandingkan dengan data hasil wawancara dengan Sekretaris Desa, Desa. Bendahara atau dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Teknik analisis data adalah proses pencarian dan penyusunan data secara sistematis yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori-kategori, mendeskripsikannya ke dalam satuan-satuan, melakukan sintesis, menyusunnya menjadi pola, memilih apa yang penting dan apa yang akan dipelajari, dan 16. Menarik kesimpulan agar mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Merupakan proses memilih, menyederhanakan, mengabstraksi dan mentransformasikan data kasar yang diperoleh dari proses penelitian lapangan. Pengumpulan data, dimana peneliti mencatat data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi lapangan. Pada tahap awal ini, data yang dikumpulkan berupa dokumen-dokumen terkait pengelolaan keuangan desa.