• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LAHAN KERING - Gunungsitoli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LAHAN KERING - Gunungsitoli"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berbagai titik ungkit pengembangan lahan kering menuju pertanian bioindustri berkelanjutan antara lain: (1) Eksplorasi potensi dan optimalisasi sumber daya lahan dan; (2) Pengembangan teknologi inovatif berbasis bioscience dan bioengineering, termasuk bioproses, seperti perakitan varietas dan benih unggul, pemupukan, pengolahan produk dan optimalisasi pemanfaatan biomassa/limbah pertanian, dan lain-lain; (3) Pengembangan model pertanian yang inovatif/terintegrasi; 4) Modernisasi sistem agribisnis; dan (5) Pengembangan sistem koordinasi, integrasi dan sinergi program. Peta jalan ini merupakan salah satu acuan kegiatan penelitian dan pengembangan lahan kering ke depan berdasarkan titik awal dan tindak lanjut Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP Renstra Kementerian Pertanian dan Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2015-2019). .

Arah dan Lingkup Road Map

Ruang lingkup pembahasan peta jalan ini meliputi: (1) potensi, karakteristik dan permasalahan lahan kering; (2) pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lahan kering yang mutakhir; 3) arah, strategi, dan peta jalan penelitian dan pengembangan lahan kering; dan (4) konsep dan strategi pengembangan lahan kering untuk mendukung pengembangan pertanian bioindustri berkelanjutan. Mendukung upaya optimalisasi penggunaan lahan dalam rangka melestarikan dan meningkatkan pertanian pada lahan kering yang ada.

Maksud dan Tujuan Penyusunan Road Map

Kegiatan difusi inovasi teknologi lahan kering meliputi: (i) Sintesis kebijakan pembangunan pengelolaan lahan kering, (ii) Pengembangan model diseminasi dan networking pengelolaan lahan kering, (iii)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN LAHAN KERING

Karakteristik Sumberdaya Lahan dan Sosial Ekonomi

  • Lahan
  • Air dan Hidrologi
  • Sosial Ekonomi

Sumber air pada lahan kering untuk pertanian dapat berasal dari air permukaan dan air tanah. Skala pengendalian lahan kering di Pulau Jawa dimulai dari nol (tidak ada lahan) hingga maksimal <0,5 ha/orang.

Tabel 1. Karakteristik kimia, fisika, biologi dan lingkungan di lahan kering
Tabel 1. Karakteristik kimia, fisika, biologi dan lingkungan di lahan kering

Sebaran dan Potensi

  • Luas dan Sebaran
  • Penggunaan Lahan Kering
  • Potensi Lahan Kering

Potensi lahan kering untuk budidaya tanaman pangan, tanaman sayuran dataran tinggi, tanaman semusim dan penggembalaan ternak. Potensi lahan kering pada kawasan APL (kawasan penggunaan lain) dan kawasan hutan (HPK dan HP) kurang lebih seluas 70,79 juta ha, terdiri dari lahan APL seluas 40,65 juta ha, kawasan HPK seluas 12,32 juta ha, dan kawasan hutan produksi (HP) . seluas sekitar 17,82 juta ha.

Tabel 4. Luas panen, produksi komoditas pangan rata-rata 5 tahun (2004-2008), dan porsi  luas panen dari lahan kering
Tabel 4. Luas panen, produksi komoditas pangan rata-rata 5 tahun (2004-2008), dan porsi luas panen dari lahan kering

Permasalahan Sumberdaya Lahan dan Sosial Ekonomi

  • Permasalahan Sumberdaya Tanah Lahan Kering
  • Permasalahan Sumberdaya Air Lahan Kering
  • Permasalahan Sosial Ekonomi di Lahan Kering
  • Permasalahan Lingkungan di Lahan Pertanian

Potensi lahan kering untuk tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran dataran tinggi, tanaman semusim dan penggembalaan ternak di kawasan APL, HPK dan HP. Potensi lahan kering pada kawasan hutan produksi (HP) seluas 15,54 juta ha, sebagian sudah memiliki izin khususnya untuk pengembangan hutan tanaman industri (HTI), hak milik hutan (HPH) dan pertambangan.

Peluang Pengembangan

STATUS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN KERING

Dinamika Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering

  • Program Litbang Pertanian Lahan Kering Periode Tahun 1980-
  • Program Litbang Pertanian Lahan Kering Periode Tahun 2000-

Penelitian peningkatan produktivitas lahan masam kering dengan teknik rekapitalisasi fosfat alam reaktif (P alam) yang dikombinasikan dengan bahan organik mampu meningkatkan produktivitas tanaman jagung, kadar P potensial dan P tersedia dalam tanah meningkat, dan aluminium untuk mengurangi kejenuhan pada tanah masam. Bentuk agroekosistem yang digunakan untuk kegiatan ini adalah lahan kering dan tadah hujan yang termasuk dalam kategori lahan marginal. Tujuan kegiatan konsorsium adalah: (1) membangun model/sistem pertanian terpadu khusus di lahan kering beriklim kering, (2) implementasi inovasi teknologi (pupuk, air, varietas, mesin) dan kelembagaan pertanian di lahan kering dengan iklim kering. iklim kering secara terpadu, (3) dengan melakukan berbagai inovasi teknologi dengan menumpangkan penelitian di wilayah pilot project, (4) alih teknologi pertanian lahan kering kepada pelaku agrobisnis, dan (5) penyusunan rancangan besar suatu sistem pengembangan pertanian terpadu nasional untuk lahan kering beriklim kering.

Beberapa ciri utama sistem pertanian hemat karbon antara lain optimalisasi lahan, nihil limbah, drainase yang bersih, dan peningkatan pendapatan petani. Erosi merupakan penyebab utama degradasi tanah kering. Berbagai teknologi konservasi yang dikembangkan untuk menanggulangi erosi di lahan kering terutama bersifat mekanis (teras tepian, guludan, rorak, individu) dan vegetatif (alley cropping/alley cropping, strip cropping/penanaman strip). ) teknik konservasi, agroforestri dan penutup tanah).

Inovasi Teknologi Lahan Kering

  • Pengelolaan Hara dan Pemupukan
  • Teknik Konservasi dan Rehabilitasi Lahan
  • Pengelolaan Sumberdaya Air dan Hidrologi

Penelitian dan pengembangan lahan kering harus fokus pada dua tujuan umum, yaitu (1) optimalisasi pemanfaatan lahan kering yang ada, khususnya lahan kering yang berbasis pada pertanian skala kecil atau dikelola oleh petani kecil yang umumnya memiliki produktivitas rendah, dan (2)) eksploitasi dan pengembangan lahan terdegradasi atau lahan kering. lahan kering terlantar yang saat ini sudah tidak produktif (tidak dapat digunakan).

Inovasi Teknologi Berbasis Komoditas, Alat dan Mesin, serta Pasca Panen 28

  • Tanaman Perkebunan
  • Tanaman Hortikultura
  • Peternakan
  • Alat dan Mesin Pertanian
  • Pasca Panen

Litkajibangrap Lahan Kering

Kelembagaan struktural, meliputi: (1) lembaga penelitian pertanian, (2) lembaga pengkajian teknologi pertanian, (3) lembaga pengembangan teknologi pertanian, dan (4) lembaga penerapan teknologi pertanian. Lembaga Pengembangan Teknologi Pertanian bertugas menghasilkan paket teknologi pertanian berdasarkan kesesuaian teknologi pertanian spesifik lokasi dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda. Kegiatan pengujian dilakukan oleh lembaga pengembangan teknologi pertanian, seperti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat atau lembaga lainnya.

Penggunaan teknologi pertanian secara kelembagaan menggambarkan penggunaan teknologi pertanian yang digunakan baik pada skala pertanian maupun pada skala agribisnis. Beberapa pertanyaan penelitian lahan kering antara lain: (1) lahan pertanian dan pengembangan agraria, (2) konsolidasi lahan, (3) dinamika penguasaan lahan suku-suku lokal, (4) perencanaan lahan, (5) tata guna lahan, (6) pemupukan organik lahan kering. (7) insentif dan kelembagaan lahan pertanian, dan (8) legislasi lahan dan air.

Sosial Ekonomi dan Kelembagaan

Optimalisasi pendapatan petani di lahan kering memerlukan dukungan teknologi pertanian hemat tenaga kerja, pengenalan mesin, pengembangan pengolahan produk, dan pengembangan kapasitas transportasi regional. Hambatan dalam penerapan teknologi pertanian di lahan kering antara lain lemahnya modal pertanian; tahan hama, harga beli mahal, benih sulit. Kelembagaan pemasaran hasil pertanian pada kondisi kering masih kurang adil bagi petani sehingga kurang memberikan dampak positif terhadap peningkatan produksi pertanian.

Farmer share petani lahan kering relatif rendah dibandingkan lembaga pasar modern, pemasok, pedagang eceran, dan pasar grosir. Pengembangan teknologi penyimpanan karbon tanah lahan kering yang inovatif juga menjadi salah satu kunci mengatasi degradasi lahan kering, sekaligus menjadi pilihan mitigasi sektor pertanian terhadap perubahan iklim.

Gap Teknologi

ARAH DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LAHAN KERING

Konsep dan Kerangka Pemikiran

Arah penelitian dan pengembangan lahan kering ke depan harus mempertimbangkan tantangan dan dinamika lingkungan strategis di masa depan, terutama dalam konteks lingkungan hidup (global dan lokal), posisi dan peran strategis lahan kering, serta kompleksitas permasalahan. dalam perkembangannya, baik pada aspek biofisik dan teknis, maupun pada aspek sosial ekonomi dan kelembagaan. Oleh karena itu, arah keseluruhan penelitian dan pengembangan lahan kering ke depan adalah merakit dan merekayasa teknologi dan inovasi pertanian untuk mendukung peningkatan produksi pertanian, efisiensi, nilai tambah ekonomi dan kesejahteraan petani, serta keberlanjutan atau perbaikan lahan dan lahan. sumber daya lingkungan dalam mewujudkan pertanian bioindustri berkelanjutan. Tujuan utama penelitian dan pengembangan di lahan kering yang ada untuk pertanian skala kecil adalah untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi, serta memperbaiki/mengkonservasi sumber daya tanah dan air.

Sedangkan tujuan utama lahan kering terdegradasi/terbengkalai adalah upaya rehabilitasi dan perluasan kawasan pertanian baru (ekstensifikasi) untuk pangan, hasil perkebunan dan bahan bioenergi serta peningkatan kualitas lingkungan. Khusus untuk lahan kering yang berbasis perkebunan besar, baik yang sudah ada maupun yang sudah berkembang, tujuan utama penelitian dan pengembangan lahan kering lebih diarahkan pada dua aspek utama: (a) tata kelola dan pemanfaatan lahan dalam mencapai keseimbangan penggunaan lahan antara pangan dan perkebunan serta antara petani kecil. dan perusahaan perkebunan besar, (b) pengembangan teknologi dan inovasi yang bersifat konservasi/ramah.

Arah dan Sasaran Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering

Model loop diagram untuk pengembangan model pertanian bioindustri pada iklim kering dataran rendah lahan kering.

Gambar 3. Road Map Litbang pertanian 2015 – 2019
Gambar 3. Road Map Litbang pertanian 2015 – 2019

Strategi Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering

  • Idenfitikasi dan Evaluasi Sumberdaya Lahan Kering
  • Identifikasi dan Perakitan Teknologi Berbasis bioscience-bio-
  • Pengembangan networking litbang
  • Penelitian dan Pengembangan untuk Keberlanjutan Produksi dan
  • Diseminasi dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian dan
  • Perangkat Pendukung Penelitian dan Pengembangan

Pendekatan Sistem Dinamik untuk Pengembangan Lahan Kering

Berdasarkan sifat fisik (kemiringan), bahan induk, jenis tanah, kimia/kesuburan tanah, jenis agroklimat, penggunaan lahan, lahan kering beriklim kering (LKIK) dengan topografi yang beragam dibagi menjadi 3 kelompok pembangunan, yaitu: (1) LKIK-A : lahan kering dan sawah datar, (2) KIK-B : lahan kering dan sawah tadah hujan miring, dan (c) LKIK-C : lahan kering berbukit/pegunungan.

ROAD MAP PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LAHAN KERING

REKOMENDASI PENGEMBANGAN LAHAN KERING

Arah dan Strategi Pengembangan Pertanian Lahan Kering

  • Pendekatan Pengembangan
  • Strategi umum
  • Sasaran pengembangan

Keterpaduan, Sinergi Program dan Sistem Koordinasi

Implementasi UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan 4 peraturan turunan pemerintah yang diarahkan oleh Kementerian Pertanian harus didukung oleh kementerian dan lembaga terkait, serta dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan di daerahnya. . Pengembangan lahan kering juga harus disinergikan dengan rencana aksi pembangunan daerah tertinggal/terpencil yang diarahkan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (MPD). Pada dasarnya program transmigrasi yang dikelola Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai dua tujuan utama, yaitu (a) pemerataan penduduk yang lebih seimbang sesuai dengan kapasitas sumber daya, (b) pembangunan wilayah termasuk pemanfaatan sumber daya lahan agar lebih produktif. .

Pengembangan lahan kering untuk pertanian bioindustri melibatkan banyak komponen fisik dan biofisik, sehingga interaksi antara semua komponen tersebut bersifat kompleks. Seluruh komponen saling berinteraksi membentuk hubungan yang erat dan saling berhubungan secara sinergis untuk mendukung pertanian bioindustri lahan kering.

Pendekatan Sistem Dinamik untuk Pengembangan Lahan Kering

  • Pertanian bioindustri di lahan kering iklim kering dataran rendah
  • Pertanian Bioindustri di Lahan Kering Iklim Kering Dataran Tinggi 63
  • Pertanian bioindustri lahan kering iklim basah dataran tinggi

Komponen utama pertanian bioindustri di Lahan Kering Iklim Dataran Tinggi terdiri atas: 1) lahan, 2) perubahan iklim, 3) adopsi, 4) sosial ekonomi, 5) dan 6) lingkungan. Sama seperti di lahan kering lembab dataran rendah, pengembangan pertanian bioindustri di lahan kering lembab dataran tinggi difokuskan pada peningkatan pasokan air tanaman, peningkatan produktivitas tanah, perumusan kebijakan pemerintah yang merupakan variabel leverage (Gambar 8). Bedanya dengan lahan kering di iklim dataran rendah lembab adalah pencemaran tanah dan pengendalian erosi yang juga menjadi titik ungkit harus dikendalikan seefisien mungkin agar dampak terhadap lahan dan lingkungan minimal.

Tingkat kesuburan tanah pada agroekosistem lahan kering dengan iklim basah di dataran tinggi umumnya tinggi dan sangat cocok untuk budidaya komoditas sayuran yang bernilai ekonomi tinggi sehingga petani cenderung mengelola usahataninya dengan input yang berlebihan terutama pupuk dan pestisida. yang intensif memicu pencemaran lingkungan. Upaya percepatan inovasi teknologi dan kelembagaan dalam pengelolaan lahan kering harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam konsep Spectrum Distribution Multi Channel (SDMC) yang menggunakan berbagai saluran komunikasi dan pemangku kepentingan terkait (Balitbangtan, 2011).

Gambar 4. Interaksi komponen pengungkit dalam model pertanian Bioindustri  pada lahan kering
Gambar 4. Interaksi komponen pengungkit dalam model pertanian Bioindustri pada lahan kering

Spectrum Dissemination Multi Channel (SDMC)

Keberadaan lahan kering dalam konteks pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sumber daya yang dapat dikembangkan menjadi kawasan pertanian produktif yang menghasilkan berbagai alternatif barang pertanian, baik tanaman pangan maupun peternakan, dengan tetap dilestarikan sebagai sumber daya dengan berbagai ekologi. fungsi. Mengingat luas dan potensinya, pengembangan lahan kering sudah selayaknya menjadi agenda utama pembangunan pertanian nasional. Dukungan kebijakan pemerintah pusat dan daerah, baik dalam bentuk peraturan/peraturan perundang-undangan maupun peraturan perundang-undangan serta program dan kebijakan terkait pembangunan dan pengelolaan penggunaan lahan serta pembangunan prasarana dan sarana, diperlukan untuk menjamin optimalisasi lahan kering.

Mengingat sebaran kepemilikan lahan saat ini didominasi oleh perkebunan besar, maka pengembangan pertanian lahan kering ke depan hendaknya lebih berorientasi pada pertanian rakyat yang terintegrasi. Sebagaimana permasalahan sumber daya lahan pada umumnya, faktor non teknis yang sangat krusial dalam pengembangan lahan kering adalah aspek alokasi, penguasaan, dan kepemilikan lahan.

Problema, Dukungan dan Implikasi Kebijakan

  • Pengembangan Infrastruktur damn Saprodi
  • Regulasi dan Legislasi

71 Ke depan, pembangunan pertanian akan sangat didukung oleh pemanfaatan dan pengembangan lahan kering. Namun lebih bertujuan untuk membangun sistem pertanian lahan kering modern dengan 4 ciri utama, yaitu: (a) berbasis ilmu biologi dan bioteknologi, (b) adaptif terhadap perubahan iklim, (c) mendukung mesin pertanian, dan (d) Sistem Dukungan dan Teknologi Informasi. Potensi dan pengelolaan lahan kering dataran rendah dalam Buku: Sumber Daya dan Pengelolaan Lahan Indonesia.

Ekosistem lahan kering sebagai pendukung pembangunan pertanian dalam membalikkan tren degradasi sumber daya lahan dan air. 1993 Status dan Perkembangan Lahan Kering di Nusa Tenggara, Kasus Proyek P3NT dalam Prosiding Workshop Status dan Perkembangan Lahan Kering di Indonesia. Model/teknologi optimasi untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya air lahan kering untuk pembangunan pertanian dan adaptasi perubahan iklim.

Sehingga energi surya dapat menjadi infrastruktur untuk membangun sistem irigasi di wilayah lahan kering melalui pompa air tenaga surya.

PENUTUP

Karakteristik kimia, fisika, biologi dan lingkungan di lahan kering

Luas lahan kering berdasarkan elevasi dan iklim

Luas lahan kering berdasarkan kemasaman tanah

Luas panen, produksi komoditas pangan rata-rata 5 tahun (2004-2008), dan

Potensi lahan kering untuk pertanian tanaman pangan, tanaman sayuran

Potensi lahan kering untuk pertanian tanaman pangan, tanaman sayuran

Luas lahan kering potensial untuk tanaman pangan, tanaman sayuran dataran

Luas lahan kering potensial tersedia untuk tanaman pangan, tanaman sayuran

Program dan bidang penelitian dan kajian prioritas litbang lahan kering

Kriteria penentuan zona agroekologi dan sistem pertanian/kehutanan

Sasaran pengembangan produksi lahan

Beberapa contoh pupuk hayati yang telah dikembangkan Balitbang Pertanian

Inovasi teknologi pengelolaan sumber daya air

Komponen teknologi dasar dan pilihan pada PTT padi lahan kering, jagung, dan

Varietas unggul padi yang diusulkan pada setiap tipologi lahan

Varietas unggul tanaman perkebunan

Rincian varietas unggul dan teknologi hortikultura lainnya

Varietas unggul tanaman hortikultura

Beberapa contoh bibit ternak unggulan yang telah dikembangkan Balitbang

Inovasi teknologi alsintan untuk mendukung usahatani lahan kering

Deskripsi varietas jagung, kacang hijau, kacang tanah, dan kacang kedelai tahan

Gambar

Tabel 1. Karakteristik kimia, fisika, biologi dan lingkungan di lahan kering
Gambar 1. Neraca ketersediaan dan kebutuhan air per pulau
Tabel 2. Luas lahan kering berdasarkan elevasi dan iklim
Tabel 4. Luas panen, produksi komoditas pangan rata-rata 5 tahun (2004-2008), dan porsi  luas panen dari lahan kering
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan potensi biofisik sumberdaya lahan kering di Bali seperti yang dipaparkan di atas, serta persyaratan tumbuh tanaman cendana, maka wilayah-wilayah lahan

Pengaturan sistem pemberian air irigasi dengan berbagai dosis yang dikombinasikan dengan pemangkasan daun bagian bawah pada tanam jagung diharapkan dapat

Pengaturan sistem pemberian air irigasi dengan berbagai dosis yang dikombinasikan dengan pemangkasan daun bagian bawah pada tanam jagung diharapkan dapat

KESIMPULAN DAN SARAN Aplikasi teknologi penggunaan kompos dan penerapan pola tanam pada sistem usahatani tanaman-ternak di lahan kering wilayah Garut tidak memberikan pengaruh

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan mengkaji pola dan jadwal tanam lahan kering di Kabupaten Bandung berdasarkan data curah hujan yang

Hasil pengukuran parameter generatif tanaman jagung yang meliputi panjang tongkol, lingkar tongkol, jumlah tongkol, dan berat pipilan kering dengan perlakuan lubang

Dari Gambar 6 Grafik interaksi berat basah buah berkelobot tanaman menunjukkan pemangkasan 50 hari setelah tanam pada jarak tanam 50 cm x 60 cm merupakan berat kering

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa biaya produksi pada lahan kering lebih tinggi dibandingkan dengan lahan sawah dengan sistem pola tanam yang sama