• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Problematika Mediasi Dalam Sistem Peradilan Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Problematika Mediasi Dalam Sistem Peradilan Di Indonesia"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Yang dimaksud dengan upaya non-litigasi adalah upaya penyelesaian sengketa yang dilakukan di luar pengadilan dan disebut dengan alternatif penyelesaian sengketa. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dikenal sebagai alternatif penyelesaian sengketa, bahkan telah dipraktikkan di sistem peradilan Indonesia. Asal usul diterapkannya alternatif penyelesaian sengketa di peradilan Indonesia didasarkan pada tujuan dari lembaga peradilan Indonesia.

Alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan dengan mengundang pihak ketiga yang netral. Tujuan penyelesaian sengketa melalui mediasi diyakini mempunyai beberapa manfaat, antara lain: 1) mengurangi dan mengurangi tumpukan perkara (macet pengadilan) di pengadilan;

Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis berpendapat perlu adanya kajian ulang tentang konsep pelaksanaan mediasi dalam sistem hukum dan gagasan masa depan konsep mediasi. Sebab secara teori telah terbukti bahwa mediasi mampu menjadi solusi terbaik dalam menyelesaikan perselisihan, namun dalam praktiknya mediasi belum mampu melakukan hal tersebut karena beberapa faktor, oleh karena itu perlu dilakukan kualifikasi faktor-faktor yang menghambat keberhasilan mediasi. dan memenuhi syarat faktor-faktor pendukung keberhasilan mediasi, yang kemudian dikumpulkan sebagai acuan dalam menentukan konsep terkini pelaksanaan mediasi di lembaga hukum Indonesia.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Menggali sejauh mana mediasi telah diterapkan dalam penyelesaian sengketa di Indonesia dan membuka wawasan mengenai konsep mediasi di Indonesia ke depan.

Definisi Istilah

Sistematika Pembahasan

Selain menjelaskan permasalahan, peneliti juga mencoba menghubungkan dan menganalisis permasalahan yang muncul dengan teori-teori yang relevan. Selain itu penelitian berupaya memberikan saran atau pendapat mengenai permasalahan yang muncul.

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

Rachmat Rizki Aulawi, 20 Efektivitas Mediasi dalam Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Dompu (Skripsi, Universitas Islam Indonesia, 2019). Sedangkan perbedaan tesis ini dengan penelitian penulis adalah penelitian penulis menjelaskan konsep mediasi di Indonesia berdasarkan kelebihan dan kekurangannya, kemudian dilanjutkan dengan gagasan konsep mediasi di Indonesia ke depan. Henro, 21 Permasalahan dan Upaya Hakim Mediasi dalam Menyelesaikan Perkara Mediasi di Pengadilan Agama Makassar Kelas 1a, (Skripsi, UIN Alauddin Makassar, 2017).

Tesis ini membahas tentang permasalahan yang dihadapi hakim mediator dalam mengeksekusi atau mendamaikan para pihak di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar. Sedangkan perbedaan tesis ini dengan penelitian penulis adalah penelitian penulis menjelaskan permasalahan pelaksanaan mediasi peradilan berdasarkan kelebihan dan kekurangannya, kemudian beralih pada gagasan konsep masa depan mediasi di Indonesia.

Kajian Teori

  • Konsep Dasar Hukum
  • Teori Kemanfaatan
  • Penyelesaian Sengeketa
  • Mediasi

34 Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, (Jakarta: Penerbit: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), 13. Upaya penyelesaian sengketa melalui proses peradilan adalah upaya penyelesaian sengketa antara pihak-pihak yang bersengketa melalui lembaga-lembaga Indonesia lembaga peradilan, yaitu lembaga peradilan tingkat pertama (Pengadilan), tingkat kedua (Mahkamah Agung), dan tingkat ketiga (Mahkamah Agung). Menurut Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 tentang Tata Cara Mediasi Peradilan, merupakan suatu cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan antara para pihak dengan bantuan mediator.

Sebaliknya mediator mempunyai kewenangan dan hak untuk memberikan rekomendasi atau memberikan saran dan penyelesaian bagi kedua belah pihak guna terciptanya penyelesaian perselisihan di antara mereka.49. Wirhanuddin menjelaskan, proses mediasi merupakan penyelesaian sengketa yang pelaksanaannya lebih banyak timbul atas kemauan dan inisiatif para pihak yang bersengketa.

METODE PENELITIAN

  • Jenis dan Pendekatan Penelitian
  • Sumber Bahan Hukum
  • Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
  • Tehnik Analisis Bahan Hukum
  • Tahap-Tahap Penelitian

Upaya Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi di Indonesia untuk menyempurnakan pelaksanaan mediasi sesuai dengan PERMA No. Kenyataan tersebut tercermin dari rendahnya tingkat keberhasilan pelaksanaan mediasi penyelesaian sengketa perdata di Indonesia. Penerimaan ini didasari oleh adanya perubahan signifikan dalam pelaksanaan mediasi di pengadilan tingkat pertama.

Apabila proses mediasi berhasil, maka pelaksanaan mediasi akan berakhir dengan tercapainya kesepakatan antara kedua pihak yang bersengketa. Bukti mediasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Mediasi Indonesia merupakan bukti bahwa mediasi telah dilaksanakan dan gagal. Mediasi antar para pihak dapat dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan permintaan yang diajukan para pihak kepada SCCDR.

Ingat, pelaksanaan mediasi di pengadilan Indonesia memiliki jangka waktu penyelesaian sengketa yaitu 30 hari dan dapat diperpanjang hingga 40 hari. Mediator untuk proses mediasi ditentukan sebelum mediasi dimulai melalui surat yang dikirimkan pengadilan kepada para pihak. Gagasan tersebut diwujudkan melalui penerbitan 4 Peraturan Mahkamah Agung yang menentukan pelaksanaan Mediasi di Pengadilan, baik pengadilan negeri maupun pengadilan agama.

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan pemikiran konseptual ke depan mengenai pelaksanaan mediasi di Indonesia. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 menjadi kunci utama konsep pelaksanaan mediasi di Indonesia ke depan. Bahwa pelaksanaan mediasi bermula dari proses penyelesaian sengketa pada masa penjajahan Belanda yang dilakukan secara damai sesuai dengan hukum adat di masing-masing daerah.

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

Penyajian Data

Dikeluarkannya aturan ini karena tidak ada akibat hukum bagi pihak-pihak yang tidak ikut dalam proses mediasi. 1 Tahun 2008 sebenarnya tidak banyak mempunyai arti penting bagi upaya perdamaian antara pihak-pihak yang bersengketa. Di sisi lain, proses mediasi mempunyai keuntungan yaitu melibatkan para pihak yang bersengketa dalam memutuskan cara penyelesaian sengketa secara sederhana, murah, cepat dan sesuai dengan keinginan mereka.

Tugas pihak ketiga adalah membantu para pihak yang bersengketa untuk melakukan musyawarah dan mendorong para pihak untuk melakukan musyawarah untuk penyelesaian sengketa sesuai dengan tujuan dan kepentingan masing-masing pihak. Berdasarkan proses penyelesaian sengketa melalui proses mediasi, terlihat bahwa sebenarnya banyak manfaat yang diperoleh para pihak yang bersengketa. Para pihak yang bersengketa yang mempunyai keinginan yang sama untuk melakukan Mediasi, mengirimkan permohonan Median kepada KMSH.

Dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal permohonan, pihak-pihak yang masih menginginkan Mediasi dijamin dapat mengikuti Proses Mediasi. Sebelum Proses Mediasi dimulai, yang dilaksanakan lima hari sebelum mediasi, para pihak yang bersengketa diminta membuat ringkasan singkat yang memuat perkaranya. Para pihak berkonsultasi dengan Mediator untuk memutuskan posisi yang akan diambil selama proses mediasi.

Berdasarkan ketentuan 34A Peraturan Pengadilan, para pihak yang bersengketa dapat secara mandiri menentukan proses penyelesaian sengketa CDR seperti apa yang diinginkannya. Maksud dari adanya 2 kategori mediator ini adalah agar para pihak yang bersengketa dapat memilih atau ditentukan oleh Lembaga Mediasi Indonesia mediator mana yang dapat dan paling cocok sebagai pihak ketiga dalam proses penyelesaian sengketa. Para pihak atau salah satu pihak yang bersengketa datang ke Lembaga Mediasi Indonesia untuk menyampaikan permasalahan yang dialaminya.

Lembaga Mediasi Indonesia memandu para pihak untuk mengidentifikasi dan memilih mediator dari 2 kategori mediator yang tersedia. Para pihak yang bersengketa bertemu dengan mediator terpilih, baik mediator sarjana maupun mediator yang mempunyai keahlian khusus.

Pembahasan Temuan

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan mediasi di Indonesia diawali dengan penyelesaian sengketa secara damai di setiap daerah berdasarkan hukum adat yang ada di wilayah adat tersebut. Oleh karena itu, pada tahun 2016, Mahkamah Agung berupaya memperbaiki sistem pelaksanaan mediasi dengan melakukan kembali perubahan aturan yang tercermin dari terbitnya PERMA No. 1 Tahun 2016 dengan maksud agar mediasi mempunyai peran yang berharga dalam upaya penyelesaian sengketa perdata. Selain itu, Mahkamah Agung mempunyai harapan yang besar terhadap penyelesaian sengketa melalui mediasi untuk mengatasi permasalahan backlog perkara, rendahnya tingkat keberhasilan pelaksanaan mediasi, dan belum memadainya pelaksanaan mediasi di wilayah peradilan Indonesia.

Berdasarkan pendapat penulis di atas, maka dapat dikatakan bahwa perubahan sebanyak 4 kali terhadap aturan pelaksanaan mediasi oleh Mahkamah Agung memang sejalan dengan konsep dasar hukum yang digagas oleh Sunaryati Hartono. Pada bagian ini penulis akan membandingkan implementasi mediasi antara Singapura dan Indonesia. Penerapan mediasi dilakukan sesuai dengan sistem masing-masing lembaga, dengan tetap menghormati ketentuan mediasi.

Berdasarkan perbandingan proses penyelesaian sengketa melalui mediasi antara Pengadilan Singapura dan Pengadilan Indonesia, dapat dikatakan terdapat perbedaan dan persamaan dalam pelaksanaan mediasi kedua negara. Sebab, melalui undang-undang yang tercermin dalam perubahan UU No. 30 Tahun 1999 dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan membentuk sistem penegakan mediasi di Indonesia mengenai:. Perubahan tersebut merupakan upaya Mahkamah Agung untuk mengatasi dan memperbaiki permasalahan, mencapai tujuan serta mewujudkan visi penyelenggaraan Mediasi yang nyaman, efektif dan dapat membuka akses yang lebih luas bagi para pihak untuk memperoleh penyelesaian sengketa yang memuaskan dan adil.

Bahwa dalam upaya mengatasi permasalahan dan memperbaiki permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan mediasi peradilan, diperlukan suatu konsep masa depan yang membahas dan menentukan pembaharuan pelaksanaan mediasi di Indonesia. 30 Tahun 1999 dengan membentuk sistem pelaksanaan mediasi di Indonesia tentang: (1) Pembentukan Lembaga Mediasi Indonesia; (2) Hilangnya peran Mahkamah Agung dalam melakukan mediasi melalui pengadilan; (3) Mediasi dilakukan di Lembaga Mediasi Indonesia; (4) Penciptaan 2 kategori mediator, yaitu mediator tokoh agama/masyarakat dan mediator dengan keahlian khusus. Kianti Alsaura, “Penerapan Mediasi oleh Mediator Non-Hakim dalam Mencegah Perceraian (Studi Kasus di Pengadilan Agama Banyuwangi Tahun 2019)”, (Disertasi, IAIN Jember, Jember 2019).

PENUTUP

Kesimpulan

Penyelesaian sengketa melalui mediasi termasuk dalam hukum acara perdata lembaga peradilan Indonesia berdasarkan SEMA no. Apabila tidak ada kesepakatan antara para pihak yang bersengketa, maka penyelesaian sengketa dilanjutkan melalui proses pengadilan. Mediasi yang berkaitan dengan upaya penyelesaian sengketa di pengadilan didasarkan pada peraturan Mahkamah Agung yang telah diubah sebanyak 4 kali.

Tabel 1   Penyelesaian Perkara melalui Mediasi di Pengadilan Agama........  73  Tabel 2  Perbandingan  Pelaksanaan  Mediasi  antara  Singapura
Tabel 1 Penyelesaian Perkara melalui Mediasi di Pengadilan Agama........ 73 Tabel 2 Perbandingan Pelaksanaan Mediasi antara Singapura

Saran

Dengan adanya perubahan undang-undang tersebut, mediasi hanya dapat dilakukan satu kali melalui Lembaga Mediasi Indonesia, artinya tidak ada lagi konsep mediasi di dalam atau di luar pengadilan. Konsep mediasi masa depan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pendirian lembaga mediasi Indonesia. Nargis Nilla, Mediasi Sebagai Alternatif Bentuk Penyelesaian Sengketa Perdata, (Lampung: Jalan Sunyi Sang Guru, 2019).

Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, (Jakarta: Penerbit: PT. Raja Grafindo Persada, 2012). Ahmad Syaifudin, “Efektifitas Peraturan Mahkamah Agung tentang Tata Cara Mediasi Terhadap Peran Mediator di Pengadilan Agama Sidoarjo”, Majalah Sidoarjo Al-Hukuma, no. Henro, “Permasalahan dan Upaya Hakim Mediator dalam Penyelesaian Perkara Mediasi di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar”, (Skripsi, UIN Alauddin Makassar, 2017).

Indriati Amarini, “Penyelesaian sengketa yang efektif dan efisien melalui optimalisasi mediasi di pengadilan”, Jurnal Kosmik Hukum, No. Rachmat Rizki Aulawi, “Efektifitas mediasi perkara perceraian di Pengadilan Agama Dompu”, (Disertasi, Universitas Islam Indonesia, 2019) . Ria Warda, “Penggunaan Mediasi Dalam Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Palopo”, (Disertasi, IAIN Palopo, Sulawesi Selatan, 2015).

Rika Lestari, Perbandingan Mediasi In-Court dan Out-of-Court di Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum Riau, no. Wahyudi Yogi, “Faktor-Faktor Kegagalan Mediasi Peradilan Agama Dalam Konsiliasi Perkara Perceraian (Studi Kasus Pengadilan Agama Kotabumi Tahun Skripsi, IAIN Metro). Saya menyatakan skripsi yang berjudul PERMASALAHAN MEDIASI DALAM SISTEM PERADILAN INDONESIA, seluruhnya adalah hasil penelitian/karya saya, kecuali kutipan yang sumbernya dirujuk.

Gambar

Tabel 1   Penyelesaian Perkara melalui Mediasi di Pengadilan Agama........  73  Tabel 2  Perbandingan  Pelaksanaan  Mediasi  antara  Singapura
Gambar 1  Kerangka Konsep....................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Major research area developments • Ensure that QUT has world class research quality in disciplines with strong teaching programs and deep research linkages with end users •