PROPOSAL
PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS
UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KECAPI (Sandoricum Koetjape (Burm.F.) Merr.) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus)
DENGAN INDUKSI PEPTON
Oleh;
Apt. Kriana Efendi, M.Farm. (NIDN. 0321088001) Apt. Dwitiyanti, M.Farm. (NIDN. 0305058203)
Solbiah (NIM. 1704015281) Riska Dwi Astuti (NIM. 1704015232)
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS Judul Penelitian
Uji Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etanol 70% Daun Kecapi (Sandoricum Koetjape (Burm.F.) Merr.) Pada Mencit Jantan (Mus Musculus) Dengan Induksi Pepton
Ketua Peneliti :apt. Kriana Efendi, M.Farm.
Link Profil simakip :http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/show/752
Contoh link: http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/show/978
Fakultas /Program Studi : Farmasi dan Sains / Farmasi Anggota Peneliti :apt. Dwitiyanti, M.Farm
Link Profil simakip :http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/show/642 Anggota Mahasiswa :Solbiah
Anggota Mahasiswa :Riska Dwi Astuti Waktu Penelitian : 6 Bulan
Pililhan Fokus Riset UHAMKA
Fokus Penelitian UHAMKA:Obat dan Kesehatan Luaran Penelitian
Luaran Wajib :Jurnal Nasional bereputasi Sinta 2 Status minimal : Submitted Luaran Tambahan :Prosiding Status minimal : Submitted
Mengetahui, Jakarta, 25 November 2021
Ketua Program Studi Ketua Peneliti
Dr. apt. Rini Prastiwi., M. Si. Apt. Kriana Efendi, M.Farm.
NIDN. 0628697801 NIDN.0321088001
Menyetujui,
Dekan Fakultas Farmasi dan Sains Ketua Lemlitbang UHAMKA
Dr. apt. Hadi Sunaryo, M.Si. Dr. Apt. Supandi, M.Si.
NIDN.0325067201 NIDN. 0319067801
RINGKASAN
Daun kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.) telah dikenal sebagai obattradisional, salah satu khasiatnya sebagai penurun demam dikalangan masyarakat.Tujuan penelitian ini yaitu untuk membuktikan apakah ekstrak etanol 70% daunkecapi mempunyai efek antipiretik. Penelitian ini menggunakan 24 ekor mencitjantan dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok I kontrol normal,kelompok II kontrol negatif, kelompok III kontrol positif yang diberikanParasetamol 1,3 mg/20gBB, kelompok IV,V dan VI diberikan ekstrak daun kecapidengan dosis 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB. Pepton digunakansebagai penginduksi demam pada mencit, pengamatan dilakukan selama 2 jam dengan interval waktu 30 menit setelah pemberian bahan uji dengan pengukuran suhu tubuh mencit melalui rektum dengan menggunakan termometer digital. Rencana luaran wajib penelitian ini adalah Jurnal Nasional bereputasi Sinta 2, dan luaran tambahan berupa prosiding
Kata Kunci: Daun Kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.), Antipiretik,Pepton, Parasetamol, Demam.
Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar dalam hal keanekaragaman hayati di darat maupun di laut, banyak diantaranya mengandung obat. Tumbuhan obat merupakan aset nasional yang perlu digali, diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya. Kecenderungan masyarakat untuk back to nature, dengan indikasi utama peningkatan kebutuhan produk-produk konsumsi untuk kesehatan dari bahan alam, merupakan peluang bagi pengembangan tanaman obat sebagai obat tradisional (Odding, 2016). Salah satu jenis tumbuhan yang dapat dikembangkan yaitu daun
kecapi (Sandoricum koetjape) (Heliawati, 2018).
Tanaman kecapi berasal dari famili Meliaceae yang merupakan tumbuhan asli kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Kamboja dan Laos Selatan. Pohon kecapi merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai peneduh yang istimewa dan memiliki nilai seni yang bernilai tinggi. Kayunya dimanfaatkan untuk konstruksi bangunan, kerajinan kayu, dan untuk membuat perabotan rumah tangga serta peralatan lainnya. Rebusan daun kecapi secara empiris digunakan sebagai penurun demam (Heliawati, 2018). Pada buku (Badrunasar dkk. 2012) juga menyatakan
rebusan daun kecapi digunakan sebagai penurun demam.
Daun kecapi mengandung berbagai senyawa seperti flavonoid, alkaloid, saponin, triterpenoid, steroid dan fenolik (Kartika, 2016). Flavonoid diketahui memiliki efek antipiretik karena kemampuannya dalam menghambat reaksi biosintesis prostaglandin melalui mekanisme penghambatan enzim siklooksigenase 2. Hal inilah yang membuat efek antipiretik flavonoid lebih baik dari pada obat-obatan antipiretik sintesis yang cara kerjanya dengan menghambat enzim siklooksigenase 1 (Badan POM RI, 2010). Penghambatan COX-2 juga memberikan efek
Kata Kunci Maksimal 5 Kata
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan uraian tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan,
Susun sesuai alfabetik
perbaiki spasi dan penulisan istilah asing, ditulis miring
antiradang pada obat AINS (Gunawan dkk. 2007).
Demam adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan suhu tubuh. Normalnya, suhu tubuh manusia antara 36,5°C sampai 37,5°C. Demam merupakan kondisi suhu tubuh diatas 37,5°C, sedangkan keadaan hiperpireksia atau hipertermi (demam tinggi) adalah kenaikan suhu tubuh sampai 41°C atau lebih. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan jumlah kasus demam di seluruh dunia mencapai 18-34 juta (Butarbutar dkk. 2018). Inflamasi sendiri merupakan respon protektif saat terjadi cedera atau kerusakan jaringan yang berfungsi untuk menghancurkan dan mengurangi jumlah mikroorganisme yang menyebabkan infeksi maupun jaringan yang rusak (Anggraeny dan
Pramitaningastuti 2016).
Demam dan inflamasi umumnya dapat diatasi dengan memberikan Obat Antiinflamasi Non Steroid (OAINS). Obat ini selain memiliki efek antiinflamasi juga digunakan sebagai antipiretik dan analgetik. OAINS terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan sifat kimiawinya dengan memiliki kemampuan menghambat siklooksigenase (COX) dan menghambat pembentukan sintesis prostaglandin (Anggraeny dan Pramitaningastuti 2016). Penanganan inflamasi dan demam biasanya dapat dilakukan dengan diberikan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Obat ini memiliki efek analgesik, antipiretik, dan pada dosis tinggi dapat berefek sebagai anti-inflamasi
(Anggraeny dan Pramitaningastuti 2016).
Pada penelitian (Rasadah, 2004) diketahui dosis ekstrak batang kecapi 5 mg efektif mengurangi inflamasi sebesar 94% pada hewan uji tikus. Berdasarkan hal itu diduga dosis pada batang kecapi juga berpotensi memiliki aktifitas antipiretik pada daun kecapi. Maka dilakukan penelitian menggunakan daun kecapi yang diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 70% untuk menurunkan demam. Hal ini dilakukan untuk menarik senyawa metabolit sekunder flavonoid yang memiliki aktivitas antipiretik. Selanjutnya, ekstrak daun kecapi diuji aktivitas antipiretik pada mencit jantan yang telah di induksi pepton 5% sebagai pemicu demam.
Urgensi Penelitian
Batang kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.) merupakan salah satu bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Batang kecapi termasuk dalam satu keluarga Meliaceae memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi atau mengatasi radang. pada penelitian batang kecapi, didapatkan ektrak kental batang kecapi dengan dosis 5 mg/200 gBB mempunyai kemampuan dapat menghambat udem sebesar 94% pada kaki tikus putih jantan.
Pada daun dan batang kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.) terdapat senyawa flavanoid.
Senyawa flavanoid diduga memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi dan antipiretik. Secara empiris rebusan daun kecapi digunakan sebagai penurun demam (antipiretik). Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan menggunakan dosis setengahnya, satu kalinya, dan dua kalinya dari dosis batang kecapi dalam bentuk ekstrak kental etanol daun kecapi. Dosis tersebut diharapkan mempunyai kemampuan sebagai antiipiretik setara dengan rebusan daun kecapi yang digunakan secara empiris.
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dan peta jalan (road map) dalam bidang yang diteliti. Bagan dan road map dibuat dalam bentuk JPG/PNG yang kemudian disisipkan dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir
TINJAUAN PUSTAKA
State of The Art
Tumbuhan kecapi merupakan pohon yang rimbun dan besar, dapat mencapai tinggi 30 m, batangnya dapat mencapai diameter 90 cm, bergetah seperti susu. Bentuk daun kecapi majemuk berselang-seling, bertangkai s/d 18 cm, menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bundar telur, 6-26 × 3-16 cm; membulat atau agak runcing di pangkal, meruncing di ujung; hijau berkilat di sebelah atas, hijau kusam di bawahnya. Anak daun ujung bertangkai panjang, jauh lebih panjang dari tangkai anak daun sampingnya. Bunga kecapi berbentuk malai di ketiak daun, berambut, menggantung, sampai dengan 25 cm. Daging buah bagian luar tebal dan keras, menyatu dengan kulit, kemerahan, agak masam; daging buah bagian dalam lunak dan berair, melekat pada biji, putih, masam sampai manis. Biji 2-5 butir, besar, bulat telur agak pipih, coklat kemerahan berkilat;
keping biji berwarna merah (Badrunasar dkk. 2012).
Kayu kecapi memiliki mutu yang baik sebagai bahan untuk konstruksi rumah, bahan perkakas, atau kerajinan, karana strukturnya yang mudah dikerjakan dan mudah dipoles. Berbagai bagian dari pohon kecapi memiliki khasiat sebagai obat, seperti: rebusan daunnya digunakan sebagai penurun demam dan mengurangi keputihan; serbuk dari kulit batangnya untuk pengobatan cacing gelang dan penyakit kulit (kadas/ kurap); akarnya untuk obat kembung, sakit perut, diare, antiseptik, dan untuk pemulihan kondisi tubuh wanita setelah melahirkan (Heliawati, 2018).
Berdasarkan penelitian (Kartika, 2016) hasil uji fitokimia yang telah dilakukan terhadap ekstrak etanol daun kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.) diketahui senyawa metabolit sekunder yang tedapat pada daun kecapi yaitu alkaloid, flavonoid, triterpenoid, steroid, fenolik dan saponin.
Demam merupakan salah satu sebab yang sering membuat orang tua segera membawa anaknya berobat. Sebenarnya panas bukan penyakit melainkan gejala suatu penyakit sebagai reaksi tubuh untuk melawan infeksi atau penyakit, yang bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Ketika melawan penyakit/ infeksi yang masuk, tubuh akan mengeluarkan sejumlah panas ke kulit tubuh.
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan (Hartini, 2015).
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap toksinbakteri, peradangan, dan rangsangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan , tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik tersebut sejauh ini belum diketahui secara pasti karena sangat sulit melakukan penelitian mengenai hal tersebut (Sherwood, 2001).
Demam terjadi sebagai bentuk respon terhadap rangasangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-1 (Interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6 (Interleukin 6), INF (Interferon) yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan thermostat.
Hipotalamus memepertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di suhu normal. Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,9˚C, hipotalamus merasa bahwa suhu normal prademam sebesar 37˚C sudah terlalu dingin untuk sushu tubuh, sehingga organ ini memicu mekanisme-mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu tubuh (Ganong, 2002).
Gambar Roadmap Peneliti
METODE PENELITIAN
1. Pembuatan Serbuk Simplisia
Daun kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.) yang telah dideterminasi, kemudian disortasi basah dari bahan-bahan pengotor. Lalu dilakukan pencucian dengan air mengalir hingga bersih dan dilakukan perajangan. Setelah itu, dikeringkan dengan cara di angin-anginkan, terlindung dari sinar matahari langsung dan dilakukan sortasi kering (Depkes, 2008). Lalu di blender supaya halus hingga menjadi serbuk, kemudian diayak dengan ayakan mesh no.40 ditimbang dan dicatat hasilnya, disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat.
2. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kecapi
serbuk daun kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr) ditimbang sebanyak 250g diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan menambahkan pelarut dengan perbandingan (1:10) (Depkes RI 2008). Pelarut yang digunakan adalah etanol 70% sebanyak 5 liter. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi. Serbuk daun kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr) dimasukkan ke dalam bejana kaca dan di ekstraksi dengan pelarut 70% pada wadah yang berbeda, kemudian direndam ditempat yang terlindung dari cahaya sinar matahari langsung dengan sesekali diaduk selama 3 x 24 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan kertas saring agar tidak ada serbuk yang ikut dalam filtrat. Setelah semua filtrat terkumpul dilakukan pemekatan dengan rotary evaporator pada suhu 50-60 ºC sampai terbentuk ekstrak kental sesuai dengan yang diinginkan.
3. Penentuan Dosis
Pada penelitian (Rasadah, 2004) diketahui dosis ekstrak batang kecapi 5mg/200gBB atau 25mg/kgBB mengurangi inflamasi pada hewan uji tikus. Inflamasi atau yang biasa kita kenal dengan peradangan dan demam adalah respon protektif normal pada cedera jaringan. Penanganan inflamasi dan demam biasanya dapat dilakukan dengan diberikan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Obat ini memiliki efek analgesik, antipiretik, dan pada dosis tinggi dapat berefek sebagai anti-inflamasi.
Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata. Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir dapat berupa file JPG/PNG.
Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan. Di bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan penelitian yang diusulkan.
Berdasarkan hal itu diduga dosis pada batang kecapi juga memiliki potensi antivitas antipiretik pada daun kecapi. Pada penelitian ini menggunakan hewan uji mencit, sehingga harus dilakukan konversi terlebih dahulu, yaitu:
𝐻𝑢𝑚𝑎𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑡 𝐷𝑜𝑠𝑒 (𝑚𝑔/𝑘𝑔) = 𝐴𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝐷𝑜𝑠𝑒 (𝑚𝑔/𝑘𝑔)𝑥𝐴𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝐾𝑚
𝐻𝑢𝑚𝑎𝑛 𝐾𝑚 …...(4) 25 mg/kgBB = (X) 𝑥 3
6 X = 25 mg/kgBB 𝑥 6
3
= 50 mg/kgBB ~1 mg/20gBB
Sehingga variasi dosis yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Dosis bahan uji I : 1
2 x 1 mg/20gBB = 0,5 mg/20gBB 2. Dosis bahan uji II : 1 x 1 mg/20gBB = 1 mg/20gBB 3. Dosis bahan uji III : 2 x 1 mg/20gBB = 2 mg/20gBB 4. Kelompok Hewan Uji
Mencit berjumlah 24 ekor dibagi ke dalam 6 kelompok perlakuan, tiap kelompok terdiri dari 4 ekor mencit jantan yang ditentukan secara acak. Kelompok 1 sebagai kontrol sedangkan kelompok 2–6 sebagai kelompok perlakuan. Hewan uji masing-masing ditimbang berat badannya dan dikelompokkan menjadi 6 kelompok, hewan dalam 1 kelompok ditempatkan bersama dalam 1 kandang.
Pada kelompok 1 sebagai kontrol normal, kelompok 2 sebagai kontrol negatif dan kelompok 3 sebagai kontrol positif sedangkan kelompok 4 sampai 6 diberi ekstrak etanol daun kecapi (Sandoricum koetjape Merr) secara oral sesuai dengan tingkatan dosis. Pertama-tama diukur suhu rektal awal mencit, kemudian diinduksi demam mengggunakan pepton 5% 1 ml/200 gram BB secara subkutan, setelah 30 menit suhu rektal mencit kemudian diukur kembali dengan menggunakan termometer digital. Pembagian kelompok sebagai berikut:
1) Kelompok Kontrol Normal : diberikan larutan aquadest secara peroral.
2) Kelompok Kontrol Negatif : diinduksikan pepton 5% secara subkutan.
3) Kelompok Kontrol Positif : diberikan pembanding parasetamol secara- peroral dengan dosis 1,3 mg/20g BB mencit.
4) Kelompok Dosis 1 : diberikan bahan uji ekstrak etanol 70% daun kecapi dengan dosis 0,5mg/20gBB mencit.
5) Kelompok Dosis 2 : diberikan bahan uji ekstrak etanol 70% daun kecapi dengan dosis 1 mg/20gBB mencit.
6) Kelompok Dosis 3 : diberikan bahan uji ekstrak etanol 70% daun kecapi dengan dosis 2 mg/20gBB mencit.
Setelah diberi perlakuan suhu rektal mencit kemudian diukur kembali masing masing pada menit ke 30, 60, 90, 120, dan 150.
Diagram Alir Penelitian
Penjelasan Jika diperlukan Click or tap here to enter text.
Skema Perlakuan Terhadap Hewan Uji
24 ekor mencit putih jantan sehat
Dipuasakan selama 18 jam dengan tetap diberi minum
Kontrol Normal
Dibagi menjadi 6 kelompok
Kontrol
Negatif Kontrol Dosis 2 Dosis 3
Positif Dosis 1
Suhu rektum diukur sebelum pemberian Pepton
Diinduksi Pepton 5% secara intramuscular
Diinduksi Parasetamol dan Dosis Uji 1, 2, dan 3
Dicatat penurunan suhu setiap interval 30 menit selama 2 jam
Analisa data dengan ANOVA
Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
No Kegiatan Bulan Ke-
1 2 3 4 5 6
1 Penyusunan Proposal √
2 Penyiapan alat dan bahan √
3 Induksi Hewan coba √ √ √ √
4 Pemeriksaan imunohistokimia √
5 Analisis Data √
6 Penyusunan Laporan √
7 Pembuatan artikel dan publikasi ilmiah √
Catatan;(informasi tambahan untuk menjelaskan kegiatan)
Click or tap here to enter text.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeny, E. N., Pramitaningastuti, A. S. 2016. Studi Uji Daya Antiinflamasi dan Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Lengkeng (Dimocarpus longan Lour) pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Wistar. J Ilm Farm. 2016.
Badan POM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal, Vol. 5, Edisi I. Direktorat Obat Asli Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Badrunasar, A. and Nurahmah, Y. (2012) ‘Pertelaan Jenis Pohon Koleksi Arboretum’, Balai Penelitian Teknologi Agroforestry.
Butarbutar, M. H., Sholikhah, S. and Napitupulu, L. H. (2018) ‘Preventif : Jurnal Kesehatan Masyarakat the Relationship of Knowledge and Attitude About Fever and Its Treatment in Children At Shanty Clinic Medan’, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan RI.2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Ganong, William, f. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 2002.
Heliawati, L. 2018, Kandungan Kimia Dan Bioaktivitas Tanaman Kecapi, PPS UNPASK PRESS, Bogor.
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
Daftar Pustaka ditulis dengan menggunakan APA Style.
Perbaiki penulisan sesuai dengan APA style
Kartika, R. 2016. ‘Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Kecapi ( Sandoricum koetjape ( Burm . f .) Merr .) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total pada Mencit Jantan ( Mus musculus )’, Jurnal Kimia Mulawarman.
Odding, H. A. (2016) Uji Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona Squamosa Linn.) Terhadap Mencit (Mus Musculus) Jantan. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Rasadah, M.A., dkk. 2004. Anti-inflammatory agents from Sandoricum koetjape Merr. Dalam:
Jurnal Phytomedicine 11: 261-263. University Putra Malaysia: Malaysia
Sherwood, L. Fisiologi Manusia; dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2001. Tanu, Ian.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FK-UI. 2011
Rencana Anggaran Keuangan
Nama Jumlah Satuan Harga satuan
(Rp)
Jumlah (Rp) Alat dan Bahan Penelitian
Tikus SD 50 ekor 30.000 1.500.000
Simplisia Daun kecapi
16 kg 50.000 800.000
aquadest 10 liter 10.000 100.000
pepton 5% 25 gram 10.000 250.000
etanol 70% 30 liter 45.000 1.350.000
Parasetamol 50 gram 5.000 300.000
Na CMC 100 gram 1.000 100.000
pereaksi Dragendorff
10 ml 40.000 400.000
pereaksi Lieberman- Bouchardat
10 ml 30.000 300.000
pereaksi Mayer 10 ml 20.000 200.000
Pakan hewan 100 kg 12.500 1.250.000
Sarung tangan disposible
2 box 150.000 300.000
Masker bedah 2 box 100.000 200.000
Sonde mencit 4 pcs 100.000 400.000
Spuit 1 box 150.000 150.000
Kandang hewan 12 pcs 20.000 240.000
Botol minum 24 pcs 30.000 720.000
Kawat penutup 12 pcs 20.000 240.000
Sekam 30 bal 10.000 300.000
Omron Termometer digital
2 pcs 750.000 1.500.000
ATK 1 paket 400.000 400.000
Sub Total 11.000.000
Perjalanan Biaya seminar nasional/prosiding
1 Kegiatan 1.000.000 1.000.000
Transport pembelian bahan
4 perjalanan 100.000 400.000
Determinasi simplisia
1 uji 100.000 100.000
Sub Total 1.500.00
Lain-lain
Publikasi jurnal 1 exampler 2.000.000 2.000.000
Pengurusan etik 1 kegiatan 500.000 500.000
Sub Total 2.500.00
Total Jumlah 15.000.000
Tim Peneliti : apt. Kriana Efendi, M.Farm.
apt. Dwitiyanti, M.Farm.
Hari/tanggal : Selasa, 30 November 2021 Skema Penelitian : PPI
Judul Penelitian : Uji Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etanol 70% Daun Kecapi (Sandoricum Koetjape (Burm.F.) Merr.) Pada Mencit Jantan (Mus Musculus) Dengan Induksi Pepton Evaluator : Dr. apt. Siska, M.Farm.
Moderator : Dr. apt. Siska, M.Farm.
No Uraian 1 2 3 Keterangan
1 Novelty (kebaruan penelitian) √
2 Kesesuaian penelitian dengan road map fakultas/prodi/ubi
√ 3 Kesesuaian tim penelitian dengan tema
penelitian
√
4 Luaran yang dijanjikan √ Jurnal S2 &
Prosiding Semnas
5 Keterlibatan mahasiswa dalam penelitian √
Rata-rata 3
Keterangan
1= kurang sesuai 2= cukup 3=sesuai
Kesimpulan: Layak/tidak layak dilanjutkan untuk usulan penelitian internal
No.
Dokumen No Revisi FAKULTAS FARMASI DAN SAINS (FFS)
SEMINAR PENELITIAN DOSEN Fakultas Farmasi dan Sains Tahun Akademik 2020/2021
: FM-AKM- : -
Ketua Program Studi Evaluator/moderator
Jakarta, 29 November 2021 2021
(Dr. apt. Rini Prastiwi, M.Si.) (Dr. apt. Siska, M.Farm.) )