PROPOSAL
PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS
PENGARUH EKSTRAK CABAI TERHADAP AKTIVITAS ANTI OBESITAS MELALUI PROFIL LIPID DAN ADIPONEKTIN TIKUS PUTIH JANTAN
Oleh;
Dr. apt. Siska, M.Farm (0325107703) Tahyatul Bariroh, M.Biomed (0314019202)
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN Pilih Skema Penelitian Judul Penelitian
Pengaruh Ekstrak Cabai Terhadap Aktivitas Anti Obesitas Melalui Profil Lipid dan Adiponektin Tikus Putih Jantan
Ketua Peneliti :Dr. apt. Siska, M.Farm
Link Profil simakip :http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/show/930
Contoh link: http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/show/978
Fakultas /Program Studi: Farmasi dan Sains/ Apoteker Anggota Peneliti :Tahyatul Bariroh, M.Biomed
Link Profil simakip :http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/show/1181 Anggota Peneliti :Click or tap here to enter text.
Link Profil simakip :Click or tap here to enter text.
Nama Mahasiswa : Nama Mahasiswa 1 NIM: ………
Nama Mahasiswa 2 NIM: ………
Nama Mahasiswa 3 NIM: ………
Waktu Penelitian : 10 Bulan Pililhan Fokus Riset UHAMKA
Fokus Penelitian UHAMKA:Obat dan Kesehatan Luaran Penelitian
Luaran Wajib : Indonesian Journal of Pharmacy Status minimal : Inreview Luaran Tambahan : Indonesia Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Status minimal : Draft
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ketua Peneliti
Dr. apt. Siska, M.Farm Dr. apt. Siska, M.Farm
NIDN. 0325107703 NIDN.0325107703
Menyetujui,
Dekan Fakultas Farmasi dan Sains Ketua Lemlitbang UHAMKA
Dr. apt. Hadi Sunaryo, M.Si Prof. Dr. Suswandari, M.Pd
NIDN.0325067201 NIDN. 0020116601
Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan,
RINGKASAN
Obesitas merupakan kondisi penumpukan lemak karena adanya ketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang digunakan. Obesitas merupakan epidemik global untuk penyakit tidak menular. Pada Tahun 2014, Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan sekitar 39% populasi manusia dewasa dengan jumlah 1,9 miliar orang terpengaruh pada kelebihan berat badan (massa indeks tubuh (BMI) > 25 kg/m2) dan obesitas (massa indeks tubuh (BMI) > 30 kg/m2) mempengaruhi sekitar 13% dengan jumlah 600 juta orang. Obesitas merupakan faktor risiko inflamasi kronis dan sindrom metabolik yang meliputi hipertensi, hiperlipidemia, resistensi insulin, kerusakan toleransi glukosa. Obesitas dapat berkaitan dengan faktor biologis, genetik, psikososial, status sosioekonomi, perilaku, ataupun budaya. Obesitas juga dapat dikaitkan dengan defisiensi adiponektin, yaitu suatu protein dengan berat molekul 30kD dan tersusun atas 244-asam amino yang dihasilkan oleh sel-sel adiposit yang mengandung lipid. Adiponektin berperan dalam meningkatkan kepekaan insulin, mengurangi produksi glukosa oleh hati, dan merangsang oksidasi asam lemak. Konsentrasi adiponektin plasma menurun dengan resistensi insulin, dan kaitan obesitas dengan defisiensi adiponektin merupakan salah satu peluang untuk menjadi intervensi terapeutik terhadap obesitas.Data epidemiologis menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan yang mengandung capsaicin berkaitan dengan penurunan prevalensi obesitas. Capsaicin merupakan senyawa aktif utama yang terkandung pada cabai dan menyebabkan rasa pedas atau sensasi panas seperti terbakar ketika dikonsumsi. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mencit jantan C57BL/6 yang dibuat obesitas dengan makan makanan tinggi lemak selama 10 minggu menerima suplemen capsaicin 0,015%
menunjukkan adanya penurunan glukosa puasa, insulin, konsentrasi leptin, dan peningkatan adiponektin di jaringan adiposa. Namun, pengaruh konsumsi tiga varietas cabai pada tikus obesitas terhadap profil lipid dan kadar adiponektin belum dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis yang tepat dan pengaruh konsumsi tiga varietas cabai terhadap profil lipid dan konsentrasi adiponektin pada tikus yang diberi pakan tinggi lemak sebagai aktivitas anti obesitas.Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat tingginya konsumsi cabai pada masyarakat indonesia dan adanya aktivitas anti obesitas oleh capsaicin pada cabai dengan dosis yang tepat konsumsinya sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai dosis cabai yang digunakan dan aktivitas anti obesitas nya yang dilihat dari profil lipid dan kadar adiponektinnya. Sebanyak 30 ekor tikus Sprague dawley jantan dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok control yang diberi pakan normal (1), kelompok yang diberi pakan tinggi lemak (2), kelompok yang diberi pakan tinggi lemak+ekstrak cabai rawit (3), kelompok yang diberi pakan tinggi lemak+ekstrak cabai merah (4), kelompok yang diberi pakan tinggi lemak+ekstrak cabai hijau (5). Komposisi pakan tinggi lemak yang akan diberikan adalah pakan standar yang ditambahkan minyak kelapa, lemak kambing, dan kuning telur bebek. Perlakuan terhadap hewan coba selama 8 minggu. Setelah 8 minggu, akan dilakukan pengukuran profil lipid darah (trigliserida, kolesterol, LDL, HDL) dan adiponektin menggunakan kit. Data berat badan, kadar lipid darah, dan adiponektin akan dianalisis secara statistik untuk mengetahui taraf signifikansi nya. Hasil penelitian ini direncanakan akan menghasilkan 2 artikel ilmiah, pertama mengenai pengaruh ekstrak cabai terhadap profil lipid yang akan di submit ke Indonesian Journal of Pharmacy UGM (eISSN : 23389486 | pISSN : 23389486 terakreditasi Sinta 1) dan kedua mengenai pengaruh ekstrak cabai
Kata Kunci Maksimal 5 Kata
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan uraian tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
pada kadar adiponektin yang akan disubmit ke Indonesia Journal of Pharmaceutical Science and Technology (terindeks SINTA 2).
Kata Kunci : Adiponektin, Anti Obesitas, Cabai, Lipid
Latar Belakang
Obesitas merupakan kondisi penumpukan lemak karena adanya ketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang digunakan. Obesitas merupakan epidemik global untuk penyakit tidak menular (1). Pada Tahun 2014, Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan sekitar 39% populasi manusia dewasa dengan jumlah 1,9 miliar orang terpengaruh pada kelebihan berat badan (massa indeks tubuh (BMI) > 25 kg/m2) dan obesitas (massa indeks tubuh (BMI) > 30 kg/m2) mempengaruhi sekitar 13% dengan jumlah 600 juta orang (2). Obesitas merupakan faktor risiko inflamasi kronis dan sindrom metabolik yang meliputi hipertensi, hyperlipidemia, resistensi insulin, kerusakan toleransi glukosa. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus tipe 2, penyakit ginjal kronis, dan stroke (3-5). Perubahan gaya hidup dan laju urbanisasi yang pesat memicu berkembangnya obesitas. Obesitas dapat berkaitan dengan faktor biologis, genetik, psikososial, status sosioekonomi, perilaku, ataupun budaya (8-9). Obesitas juga dapat dikaitkan dengan defisiensi adiponektin, suatu protein dengan berat molekul 30kD dan tersusun atas 244- asam amino yang dihasilkan oleh sel-sel adiposit yang mengandung lipid (6). Adiponektin berperan dalam meningkatkan kepekaan insulin, mengurangi produksi glukosa oleh hati, dan merangsang oksidasi asam lemak. Konsentrasi adiponektin plasma menurun dengan resistensi insulin, dan kaitan obesitas dengan defisiensi adiponektin merupakan salah satu peluang untuk menjadi intervensi terapeutik terhadap obesitas (7). Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesda), tahun 2013 prevalensi obesitas pada penduduk berusia lebih dari 18 tahun adalah sebesar 15,4%. Berdasarkan data Riskesdas tentang analisis survey konsumsi makanan individu (SKMI, 2014), 40,7% masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan berlemak, 53,1% mengonsumsi makanan yang manis, 93,5% kurang konsumsi sayur dan buah, dan 26,1% kurang aktivitas fisik. Data epidemiologis menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan yang mengandung capsaicin berkaitan dengan penurunan prevalensi obesitas.
Capsaicin merupakan senyawa aktif utama yang terkandung pada cabai dan menyebabkan rasa pedas atau sensasi panas seperti terbakar ketika dikonsumsi. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mencit jantan C57BL /6 yang dibuat obesitas dengan makan makanan tinggi lemak selama 10 minggu menerima suplemen capsaicin 0,015% menunjukkan adanya penurunan glukosa puasa, insulin, konsentrasi leptin, dan peningkatan adiponektin di jaringan adiposa.(19) Namun, pengaruh konsumsi cabai pada tikus obesitas terhadap profil lipid belum dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis yang tepat dan pengaruh konsumsi tiga varietas cabai terhadap profil lipid dan konsentrasi adiponektin pada tikus yang diberi pakan tinggi lemak sebagai aktivitas anti obesitas.
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dan peta jalan (road map) dalam bidang yang diteliti. Bagan dan road map dibuat dalam bentuk JPG/PNG yang kemudian disisipkan dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir
Urgensi Penelitian
Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat tingginya konsumsi cabai pada masyarakat indonesia dan adanya aktivitas anti obesitas oleh capsaicin pada cabai dengan dosis yang tepat konsumsinya sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai dosis cabai yang digunakan sebagian besar masyarakat indonesia dan aktivitas anti obesitas nya yang dilihat dari profil lipid dan kadar adiponektinnya.
TINJAUAN PUSTAKA
State of The Art
Capsaicin merupakan senyawa aktif utama yang terkandung pada cabai dan menyebabkan rasa pedas atau sensasi panas seperti terbakar ketika dikonsumsi. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mencit jantan C57BL /6 yang dibuat obesitas dengan makan makanan tinggi lemak selama 10 minggu menerima suplemen capsaicin 0,015% menunjukkan adanya penurunan glukosa puasa, insulin, konsentrasi leptin, dan peningkatan adiponektin di jaringan adiposa (19). Namun, pengaruh konsumsi tiga varietas cabai pada tikus obesitas terhadap profil lipid dan kadar adiponektin belum dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis yang tepat dan pengaruh konsumsi tiga varietas cabai terhadap aktivitas anti obesitas melalui profil lipid dan konsentrasi adiponektin pada tikus yang diberi pakan tinggi
lemak. .
Obesitas
Indeks massa tubuh (body mass index (BMI)) yang dihitung dengan membagi massa tubuh dalam kilogram dibagi tinggi tubuh dalam meter persegi dapat dijadikan untuk mengindentifikasi obesitas. Obesitas merupakan kondisi seseorang yang memiliki BMI 30 kg/m2 atau lebih (11).
BMI juga dikaitkan dengan adipositas atau persen lemak dalam tubuh (13). Obesitas dapat berkaitan dengan faktor biologis, genetik, psikososial, status sosioekonomi, perilaku, ataupun budaya (8-9). Obesitas juga telah dikaitkan dengan mikroorganisme, epigenetik, kurang tidur, dan gangguan endokrin.(12) Ketidakseimbangan antara asupan energi (energy intake) dan energi yang digunakan (energy expenditure) juga menjadi faktor yang dapat menyebabkan obesitas.
Obesitas merupakan faktor risiko inflamasi kronis dan sindrom metabolik yang meliputi hipertensi, hyperlipidemia, resistensi insulin, kerusakan toleransi glukosa. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus tipe 2, penyakit ginjal kronis, dan stroke.(3-5) Penanganan obesitas dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya menurunkan berat badan, mengubah pola makan dan gaya hidup, meningkatkan aktivitas fisik, ataupun dengan farmakoterapi. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa mengonsumsi makanan rendah karbohidrat dan rendah lemak dapat menurunkan 7% berat badan dan meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) yang menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Konsumsi makanan rendah karbohidrat dan tinggi protein juga memiliki manfaat jangka panjang bagi kesehatan tubuh (14). Penggunaan obat dalam penangan obesitas seperti phentermine, diethylpropion, phendimetrazine, and benzphetamine
digunakan untuk membantu pasien dalam membatasi asupan energi dengan cara meningkatkan rasa kenyang dan mengurangi rasa lapar sehingga pasien dapat menahan untuk tidak banyak mengonsumsi makanan. Namun, pemilihan makanan tetap bergantung dari gaya hidup pasien obesitas, bukan bergantung dari obat yang dikonsumsi.
Lipid dan Adiponektin
Jaringan adiposa atau dikenal dengan “lemak” merupakan jaringan ikat longgar yang tersusun atas sel-sel yang berisi lipid atau disebut sebagai adiposit dan dikelilingi oleh matriks, fibroblast, pembuluh darah, dan sel-sel imun. Jaringan adiposa terdiri atas jaringan adiposa putih (white adipose tissue (WAT)) dan jaringan adiposa cokelat (brown adipose tissue (BAT)). Jaringan adiposa putih merupakan jaringan lemak yang mayoritas menyusun tubuh organisme dan menyimpan energi dalam trigliserida dan kolesterol dalam bentuk satu vakuola/kantung besar (unilokuler).(15) Jaringan adiposa putih banyak tersebar pada jaringan subkutan. Jaringan adiposa cokelat merupakan jaringan lemak yang banyak mengandung pembuluh darah dan sitokrom, serta banyak mengandung vakuola (multilokuler). Jaringan adiposa cokelat terdapat pada mamalia yang baru lahir atau hewan yang hibernasi. Jaringan adiposa putih berfungsi menyimpan lemak sebagai cadangan makanan pada saat tubuh memerlukan energi.
Penimbunan lemak yang berlebihan merupakan salah satu tanda obesitas. Peningkatan lemak akan meningkatkan jumlah pembuluh darah karena sel-sel adiposit memerlukan pembuluh darah, hal ini akan menambah kerja jantung dalam sirkulasi darah. Peningkatan lemak juga dapat menambah kadar lemak darah yang dapat menyebabkan degenerasi dini pembuluh darah. Hal tersebut dapat menambah risiko penyakit kardiovaskuler, seperti hipertensi atau aterosklerosis.
Jaringan adiposa putih dapat berfungsi sebagai jaringan endokrin karena menghasilkan beberapa adipokin/adipositokinin yang berkaitan dengan sinyal-sinyal endokrin, metabolik, dan homeostatis energi. Adipokin tersebut diantaranya leptin, adipsin, resistin, dan adiponektin.
Adiponektin merupakan suatu protein dengan berat molekul 30 kD dan tersusun atas 244-asam amino yang dihasilkan oleh sel-sel adiposit (6). Adiponektin akan berikatan dengan reseptor transmembran yaitu reseptor Adiponektin 1 (AdipoR1) yang terdapat pada banyak sel dan paling banyak terdapat pada otot rangka dan reseptor adiponektin 2 (AdipoR2) yang banyak terdapat pada hati. Adiponektin berperan dalam meningkatkan kepekaan insulin, mengurangi produksi glukosa oleh hati, dan merangsang oksidasi asam lemak. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa konsentrasi adiponektin plasma menurun dengan kondisi resistensi insulin, dan adiponektin mengalami defisiensi pada kondisi obesitas (7).
Insulin dan adiponektin akan berinteraksi mengaktifkan serangkaian kaskade sinyal ketika berikatan dengan reseptornya masing-masing. Interaksi yang dihasilkan terkait dengan aksi metabolisme diantaranya oksidasi asam lemak, vasodilatasi, proteksi sel, pengambilan glukosa.
Kaitan adiponektin terhadap kondisi-kondisi sindrom metabolik seperti resistensi insulin, diabetes mellitus tipe 2, ataupun obesitas ini menjadi peluang untuk target terapi sindrom metabolik, salah satunya adalah obesitas. Peningkatan sirkulasi adiponektin diharapkan dapat menjadi terapi untuk mengatasi kondisi obesitas. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pemberian zataria meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar gula darah melalui sekresi adiponektin pada tikus resisten insulin yang diberi pakan fruktosa (17). Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih selama 12 minggu meningkatkan kadar adiponektin pada pasien sindrom metabolik (18). Pada hasil penelitian Kang JH et al menunjukkan bahwa mencit jantan C57BL /6 yang dibuat obesitas dengan makan makanan tinggi lemak.
selama 10 minggu menerima suplemen capsaicin 0,015% menunjukkan adanya penurunan glukosa puasa, insulin, konsentrasi leptin, dan peningkatan adiponektin di jaringan adiposa (19).
Cabai dan capsaicin
Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesda), tahun 2013 prevalensi obesitas pada penduduk berusia lebih dari 18 tahun adalah sebesar 15,4%. Berdasarkan data Riskesdas tentang analisis survey konsumsi makanan individu (SKMI, 2014), 40,7% masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan berlemak, 53,1% mengonsumsi makanan yang manis, 93,5% kurang konsumsi sayur dan buah, dan 26,1% kurang aktivitas fisik. Data epidemiologis menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan yang mengandung capsaicin berkaitan dengan penurunan prevalensi obesitas.
Capsaicin merupakan senyawa aktif utama yang terkandung pada cabai dan menyebabkan rasa pedas atau sensasi panas seperti terbakar ketika dikonsumsi. Cabai merupakan bumbu masakan yang banyak digunakan masyarakat di berbagai komunitas dan budaya di dunia. Menurut data epublikasi sekretaris jenderal pertanian di Indonesia (21), lebih dari 45 persen cabai digunakan untuk konsumsi langsung rumah tangga, 50 persen untuk bahan baku industri olahan, 5 persen tercecer dan sisanya digunakan untuk benih dengan persentase yang sangat kecil. Cabai yang banyak digunakan di Indonesia adalah cabai merah, cabai hijau, dan cabai rawit. Konsumsi cabai masyarakat Indonesia tahun 2019-2021 pada cabai merah mencapai 1,905 kg/kapita/tahun, cabai rawit mencapai 1,850 kg/kapita, dan cabai hijau sebesar 0,359 kg/kapita/tahun.
Cabai mengandung sekitar 200 senyawa aktif dan beberapa senyawa memiliki khasiat dalam pengobatan bagi tubuh.20 Selain capsaicin, cabai juga mengandung flavonoid, Kadar capsaicin menentukan tingkat kepedasan cabai. Menurut penelitian Bariroh dan Siska, kadar capsaicin pada cabai rawit sebesar 6,37 mg/g, cabai merah 3,54 mg/g, cabai hijau 1,81 mg/g.(22) Capsaicin akan berikatan dengan reseptor transient receptor potential vanilloidsubtype 1 (TRPV1). TRPV1 banyak tersebar di otak, saraf sensoris, akar dorsal ganglia, kandung kemih, saluran pencernaan, dan pembuluh darah.(23) Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa ikatan antara capsaicin dan TRPV1 dapat meningkatkan laju metabolisme, mengurangi ambilan makanan, dan mengurangi deposisi lemak.
Roadmap Penelitian (Berisi Paragraf yang menjelaskan roadmap penelitian)
Penelitian mengenai pengaruh ekstrak cabai terhadap aktivitas antiobesitas ini dimulai dengan meneliti pengaruh ekstrak cabai terhadap aktivitas gastroprotektif, yaitu pengaruh cabai terhadap fungsi melindungi lambung. Pada dosis yang tepat ditemukan terhadap aktivitas gastroprotektif, penelitian cabai dilanjutkan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap anti obesitas. Jika sudah diketahui aktivitas gastroprotektif dan anti obesitasnya, maka akan dilakukan uji toksisitas untuk mengetahui tingkat keamanannya dan akan dibuat sediaan cabai yang diharapkan dapat menjadi obat alami dalam mengatasi obesitas.
Gambar Roadmap Peneliti
METODE PENELITIAN
Sebanyak 30 ekor tikus Sprague dawley jantan dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol (1), kelompok yang diberi pakan tinggi lemak (2), kelompok yang diberi pakan tinggi lemak+ekstrak cabai rawit (3), kelompok yang diberi pakan tinggi lemak+ekstrak cabai merah (4), kelompok yang diberi pakan tinggi lemak+ekstrak cabai hijau (5). Komposisi pakan tinggi lemak yang akan diberikan adalah pakan standar yang ditambahkan minyak kelapa, lemak kambing, dan kuning telur bebek. Perlakuan terhadap hewan coba selama 8 minggu. Setelah 8 minggu, akan dilakukan pengukuran profil lipid darah (trigliserida, kolesterol, LDL, HDL) dan adiponektin menggunakan metode kolorimetrik enzim. Data berat badan, kadar lemak darah, dan adiponektin akan dianalisis secara statistik untuk mengetahui taraf signifikansi nya.
Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir dapat berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan. Di bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan penelitian yang diusulkan.
Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
Diagram Alir Penelitian
Penjelasan Jika diperlukan Click or tap here to enter text.
No Kegiatan Bulan Ke-
1 2 3 4 5 6
1 Pembuatan Ekstrak Cabai
2 Perlakuan Terhadap Hewan Coba 3 Pengukuran profil lipid dan adiponektin 4 Analisis Data
5 Penyusunan Laporan akhir dan artikel publikasi
Catatan;(informasi tambahan untuk menjelaskan kegiatan)
Click or tap here to enter text.
DAFTAR PUSTAKA
1. Caballero, B. (2007) The global epidemic of obesity: an overview.Epidemiol. Rev.29,1–5 2. World Health Organization (2016) Obesity and overweight
3. Huang, P.L. A comprehensive definition for metabolic syndrome.Dis. Model.
Mech.2009,2, 231–237
4. Kotsis, V., Nilsson, P., Grassi, G., Mancia, G., Redon, J., Luft, F. et al. (2015) New developments in the pathogenesis of obesity-induced hypertension.J.Hypertens.33, 1499–
15087
5. Mascali, A., Franzese, O., Nistico, S., Campia, U., Lauro, D., Cardillo, C. et al. (2016) Obesity and kidney disease: beyond the hyperfiltration.Int. J.Immunopathol.
Pharmacol.29, 354–363
6. Swarbrick, M.M., and Havel, P.J. (2008). Physiological, pharmacological, and nu- tritional regulation of circulating adiponectin concentrations in humans.Metab.
Syndr. Relat. Disord.6,87–102
7. Moehlecke M, Canani LH, Silva LO, Trindade MR, Friedman R, Leitão CB.
Determinants of body weight regulation in humans. Arch Endocrinol Metab. 2016. pii:
S2359-39972016005002104
8. Skelton JA, Irby MB, Grzywacz JG, Miller G. Etiologies of obesity in children: nature and nurture. Pediatr Clin North Am. 2011;58(6):1333-1354, ix. doi:
10.1016/j.pcl.2011.09.006
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
Daftar Pustaka ditulis dengan menggunakan APA Style.
9. Apovian CM, Aronne LJ, Bessesen DH, et al; Endocrine Society. Pharmacological management of obesity: an Endocrine Society clinical practice guideline. J Clin Endocrinol Metab. 2015;100(2):342-362. doi: 10.1210/jc.2014-3415
10. Kang, J.H., Goto, T., Han, I.S., Kawada, T., Kim, Y.M. and Yu, R. (2010) Dietary capsaicin reduces obesity-induced insulin resistance and hepaticsteatosis in obese mice fed a high-fat diet.Obesity (Silver Spring)18, 780–787
11. Jensen MD, Ryan DH, Apovian CM, et al; American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines; Obesity Society. 2013 AHA/ACC/TOS guideline for the management of overweight and obesity in adults: a report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines and The Obesity Society. J Am Coll Cardiol. 2014;63(25 Pt B):2985- 3023. doi: 10.1016/j.jacc.2013.11.004
12. McAllister EJ1, Dhurandhar NV, Keith SW, et al. Ten puta-tive contributors to the obesity epidemic. Crit Rev Food Sci Nutr.2009;49(10):868-913. doi:
10.1080/10408390903372599
13. Heymsfield SB, Peterson CM, Thomas DM, et al. Scaling of adult body weight to height across sex and race/ethnic groups: relevance to BMI. Am J Clin Nutr 2014;100:1455–61.
14. Clifton PM, Condo D, Keogh JB. Long term weight maintenance after advice to consume low carbohydrate, higher protein diets: a systematic review and meta analysis. Nutr Metabo Cardiovasc Dis 2014;24:224–35.
15. Ahima, R.S.; Flier, J.S. Adipose tissue as an endocrine organ.Trends Endocrinol.
Metab.2000,11, 327–332
16. Achari AE, Jain SK. Adiponectin, a Therapeutic Target for Obesity,Diabetes, and Endothelial Dysfunction. Int. J. Mol. Sci. 2017,18, 1321; doi:10.3390/ijms18061321 17. Mohammadi, A.; Gholamhoseinian, A.; Fallah, H. Zataria multiflora increases insulin
sensitivity and pparî3gene expression in high fructose fed insulin resistant rats.Iran. J.
Basic Med. Sci.2014,17, 263–270.
18. Gómez-Arbeláez, D.; Lahera, V.; Oubiña, P.; Valero-Muñoz, M.; de las Heras, N.;
Rodríguez, Y.; García, R.G.;Camacho, P.A.; López-Jaramillo, P. Aged garlic extract improves adiponectin levels in subjects with metabolicsyndrome: A double-blind, placebo-controlled, randomized, crossover study.Med. Inflamm.2013,2013
19. Kang, J.H., Goto, T., Han, I.S., Kawada, T., Kim, Y.M. and Yu, R. (2010) Dietary capsaicin reduces obesity-induced insulin resistance and hepaticsteatosis in obese mice fed a high-fat diet.Obesity (Silver Spring)18, 780–787
20. Varghese, S., Kubatka, P., Rodrigo, L., Gazdikova, K., Caprnda, M., Fedotova, J. et al.
(2016) Chili pepper as a body weight-loss food.Int. J. Food Sci.Nutr.1–10
21. http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/epublikasi/buletin/konsumsi/2019/Buletin%20Kon sumsi%20Vol%2010%20No%201%202019.htm
22. Bariroh, T.,Siska.,The Effect of Chilli Extract on Gastroprotective Function in Male.
IJPST. 2021. 8(1). 1-7
23. Zhu, Z.; Luo, Z.; Ma, S.; Liu, D. Trp channels and their implications in metabolic diseases.Pflügers Arch.2011,461, 211–223
Rencana Anggaran Penelitian
No Jenis Pengeluaran Biaya Yang
diusulkan (Rp)
1 Bahan habis pakai 10.000.000
2 Perjalanan 2.500.000
3 Sewa 5.000.000
4 Publikasi 2.500.000
Jumlah 20.000.000
1. Bahan Habis Pakai
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga Satuan
(Rp) Jumlah (Rp)
Alkohol Standar 3 L 250.000 750.000
Pemeriksaan Kolorimetrik enzim
Standar 1 Kit 7.850.000 7.850.000
Tikus SD
Jantan 35 ekor 40.000 1.400.000
Sub Total 10.000.000 2. Perjalanan
Seminar Registrasi 1 1.500.000 1.500.000
Akomodasi 1 1.000.000 1.000.000
Sub Total 2.500.000 3. Sewa
Lab hewan Perawatan dan pakan hewan
coba 2 bulan 1.500.000 3.000.000
Kolorimetrik enzim reader
Analisis kadar Lipid dan
Adiponektin 1 bulan 2.000.000 2.000.000
Sub Total 5.000.000 4. Publikasi
Laporan
Kuota internet browsing referensi, upload laporan, submit artikel
250.000 250.000
Publikasi Biaya Jurnal 1.750.000 1.750.000
Biaya proofreading 500.000 500.000
Sub Total 2.500.000 Total 20.000.000
SEMINAR PROPOSAL DI PROGRAM STUDI
Link Zoom https://zoom.us/j/7120111997?pwd=ODVRMW41QjhLQndueWRyZ1JqemloUT09 Ketika diklik Link zoom judulnya harus seminar proposal program studi Apoteker Fakultas Farmasi dan Sains tanggal 12 Maret 2021 pukul 13.00 WIB
Screenshoot bukti seminar proposal program studi
Ani Pahriyani (Moderator) Siska
Ari Widayanti Vera Ladeska Tahyatul Adia Putra W
Seminar minimal dihadiri oleh Ketua Prodi/Sekretaris dengan participant dosen minimal 3 Dosen
Seminar di Room E
M. Si.)