• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF SKRIPSI - metrouniv.ac.id

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PDF SKRIPSI - metrouniv.ac.id"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Jika diperhatikan dengan seksama, perkembangan tindak pidana yang dilakukan oleh anak selama ini nampaknya telah meresahkan semua pihak terutama para orang tua. Di Kotabumi terdapat beberapa kasus tindak pidana yang dilakukan oleh anak di bawah umur. Yang pertama adalah kasus yang melibatkan AD, siswa SMA di Kotabumi yang masih duduk di bangku kelas XI.

Rekomendasi dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS) diusulkan agar perbuatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak diselesaikan dengan cara diversi dengan pendekatan keadilan restoratif demi kepentingan terbaik bagi anak sudah tepat. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, peneliti ingin melakukan kajian tentang kejahatan yang dilakukan oleh remaja dan bagaimana cara penyelesaiannya, maka peneliti mengambil judul tersebut.

Pertanyaan Penelitian

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian Relevan

Kedua, Sulasmi Herawati “Perlindungan Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Dalam UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Dalam Hukum Islam” Mahasiswa Jurusan Studi Syariah Fakultas Syariah IAIN Purwokerto Tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlindungan terhadap anak sebagai tindak pidana yang diatur dalam ayat 2 Pasal 64 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, mengutamakan hak asasi anak yaitu kewajiban mendapat pembinaan sampai anak yang melakukan tindak pidana itu sembuh baik lahir maupun batinnya, serta tidak mengulangi perbuatan yang berakibat pada penanganannya. hukum. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sesuai dengan tata cara penanggulangan penyimpangan anak yang dijelaskan dalam hukum Islam.

Persamaannya adalah mereka berdua membahas kejahatan remaja dan solusi hukum. 14 Sulasmi Herawati, “Perlindungan Anak Sebagai Pelaku Pidana Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menurut Hukum Islam”, Skripsi: Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2016.

LANDASAN TEORI

Tindak Pidana

  • Pengertian Tindak Pidana
  • Macam-macam Tindak Pidana
  • Unsur Tindak Pidana
  • Faktor Terjadinya Tindak Pidana

Berdasarkan bentuk pelanggarannya, dibedakan antara tindak pidana yang disengaja (dolus) dan tindak pidana yang tidak disengaja (culpa). Dilihat dari segi subjeknya, dapat dibedakan antara kejahatan komunia (kejahatan yang dapat dilakukan oleh setiap orang) dan kejahatan propria (kejahatan yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang dengan kualitas tertentu). Berdasarkan perlu atau tidaknya suatu pengaduan dalam hal penuntutan, dibedakan antara kejahatan biasa dan kejahatan yang dapat didakwakan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa terdapat berbagai jenis tindak pidana di masyarakat. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa suatu tindak pidana memiliki dua unsur, yaitu unsur subjektif dan unsur objektif.

Tindak Pidana Anak

  • Pengertian Tindak Pidana Anak
  • Kategori Tindak Pidana Anak di Bawah Umur
  • Perlindungan Hukum Atas Tindak Pidana Anak

Pelanggaran status adalah perilaku nakal oleh seorang anak yang jika dilakukan oleh orang dewasa, tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti membangkang, putus sekolah, atau kabur dari rumah. Kenakalan remaja adalah tindak pidana anak di bawah umur yang apabila dilakukan oleh orang dewasa dianggap sebagai kejahatan atau pelanggaran hukum. Dengan demikian, anak yang terlibat dalam tindak pidana terorisme (sebagai pelaku) dapat dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 hari dan paling lama 10 tahun.

Bagi pelaku anak dan korban anak memiliki perlindungan hukum yang tepat bagi anak. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.

Prosedur Penyelesaian Tindak Pidana Anak

  • Tahap-tahap Penyelesaian Tindak Pidana Anak
  • Bentuk Penyelesaian Tindak Pidana Anak
  • Faktor yang Mempengaruhi Prosedur Penyelesaian

Dari pasal di atas dapat disimpulkan bahwa bagi anak yang terlibat (pelaku) tindak pidana terorisme tidak berlaku syarat minimum khusus, artinya mereka menggunakan standar minimum umum yang diatur dalam KUHP yaitu pemidanaan dengan penjara minimal 1 hari. Hal ini diatur dalam Pasal 7 ayat (2) UUSPPA yang menyatakan bahwa diversi hanya dapat dituntut untuk tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun dan bukan merupakan tindak pidana berulang. Adanya diversi membuat hak asasi anak lebih terjamin dan menghindarkan anak dari stigmatisasi sebagai “anak nakal”.

58 Febrina Annisa, “Penegakan Hukum Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Cabul Dalam Konsep Keadilan Restoratif”, ADIL: Jurnal Hukum, Vol. Sudarto menyatakan bahwa dalam peradilan anak terdapat kegiatan penyidikan dan pemutusan perkara yang ditujukan untuk kepentingan anak, yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh kepolisian, kejaksaan, hakim dan pejabat lainnya harus berdasarkan asas, yaitu untuk kesejahteraan anak dan kepentingan anak. Perbedaan pemahaman dalam menangani anak yang bersinggungan dengan hukum dan korban di kalangan aparat penegak hukum.

Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan upaya diversi dalam penyelesaian tindak pidana yang dilakukan oleh anak adalah karena pelaksanaan diversi merupakan perjalanan yang relatif baru, dalam pelaksanaannya sering menemui beberapa kendala yaitu pemahaman tentang makna penyimpulan, keterbatasan kebijakan aparatur. Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan upaya diversi dalam penyelesaian tindak pidana yang dilakukan oleh anak yaitu dalam melakukan penyidikan dan penyidikan terhadap anak pelaku tindak pidana, harus memperhatikan berbagai ketentuan mengenai upaya penanganan anak sejak proses penangkapan sampai dengan proses penempatan. Penyidikan tindak pidana harus dilakukan dalam suasana kekeluargaan, dan untuk itu penyidik ​​wajib meminta pertimbangan atau saran dari Penasihat Masyarakat sesuai dengan UU No.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam penyelesaian tindak pidana yang dilakukan oleh anak terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses tersebut. Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan karena diantaranya ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dan pendukung dalam proses penyelesaian.

METODE PENELITIAN

  • Jenis dan Sifat Penelitian
  • Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan data
  • Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini sumber data primer digunakan untuk memperoleh informasi tentang proses peradilan tindak pidana anak dalam bentuk peradilan pidana. Penelitian ini menggunakan bentuk wawancara bebas terpimpin, yaitu gabungan antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin.72 Intinya peneliti telah menyiapkan pertanyaan terkait penyelesaian hukum tindak pidana anak di Kotabumi Lampung Utara. Cara ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang proses hukum tindak pidana anak di Kotabumi, Lampung Utara.

Metode berpikir induktif, yaitu: 'analisis berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dikembangkan. 75. Berdasarkan data penanganan hukum tindak pidana anak di Kotabumi Lampung Utara yang bersifat khusus dianalisis dengan menggunakan teori hukum pidana. Berbicara tentang kejahatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur, menurut pernyataan Bapak Suhadi Putra Wijaya yang menyatakan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur di Kotabumi bervariasi. Seperti halnya tindak pidana yang terjadi di Kotabumi dan dilakukan oleh anak di bawah umur juga beragam.

Di Kotabumi terdapat berbagai jenis kejahatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur, berikut hasil wawancara dengan pelaku kasus yang dilakukan oleh pelaku kejahatan. Ia menjelaskan, penanganan kasus berbeda dengan tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa. Analisis kesimpulan hukum tindak pidana yang dilakukan oleh anak di bawah umur di Kotabumi Lampung Utara.

KUHP menyatakan bahwa kenakalan remaja adalah salah satu dari pelanggaran. Berdasarkan hasil analisis dalam tesis ini, peneliti menyimpulkan bahwa dalam penyelesaian tindak pidana yang dilakukan oleh anak di bawah umur di Kotabumi Lampung Utara lebih memperhatikan hak-hak anak. Penanganan dan pemidanaannya juga berbeda dengan penanganan dan pemidanaan untuk kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kotabumi Lampung Utara

Kasus yang terjadi di Kotabumi dan dilakukan oleh anak di bawah umur antara lain pembunuhan, penganiayaan, pemerasan, pencurian, narkoba dan pemerkosaan. Ancaman hukuman berarti bahwa KUHP mengatur hukuman yang berbeda tergantung pada kejahatan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Suhadija Putra Wijaya selaku hakim di Kotabuma menyatakan bahwa kejahatan biasanya terjadi karena ada unsur yang menjadi penyebabnya.

Di Kotabumi, misalnya, menurut pengakuannya, terjadi kasus pencurian yang dilakukan oleh anak-anak yang masih duduk di bangku SMA. Sementara itu, Ny. Vivi Purnamawati yang juga salah satu hakim menjelaskan berdasarkan keterangannya bahwa ia juga menangani kasus pidana yang melibatkan anak di bawah umur. Saat wawancara Bpk. Suhadi selaku hakim Kotabumi menjelaskan bahwa di Kotabumi sering terjadi kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak di bawah umur.

Dari kasus-kasus pidana tersebut, ada yang diadili di pengadilan, ada pula yang diadili melalui pengadilan keluarga. Menurut Bpk. Suhadi, perlakuan terhadap kasus pidana yang dilakukan oleh anak di bawah umur jelas berbeda dengan tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa. Pak Suhadi menjelaskan, tahapan penyelesaian tindak pidana yang dilakukan oleh anak di bawah umur dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, seperti 1) menggunakan pakaian yang sederhana untuk menghindari tekanan mental, 2) menghindari kata-kata kasar, 3) tangan anak tidak diborgol. umum, 4) tidak ada paksaan dan tidak perlu dilakukan tindakan paksa dengan menggunakan senjata api, 5) memberikan pelayanan kesehatan bagi anak, 6) memberitahukan kepada orang tua atau wali, 7) proses pemeriksaan dilakukan dalam suasana kekeluargaan, untuk tidak menimbulkan dampak traumatis, 8) dalam hal penangkapan tidak dicampur.

Mengenai proses penyelesaian kasus yang harus diambil alih oleh anak pelaku kejahatan, Pak. Suhadi mengatakan, hal itu bisa dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan kedua belah pihak, serta pihak-pihak yang biasa menangani kasus pidana yang dilakukan oleh anak, misalnya. sebagai konselor sosial dan pekerja sosial. Bagi pelaku kejahatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur 18 tahun, ketentuan penjatuhan pidana minimum khusus undang-undang dan ketentuan penjatuhan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup tidak berlaku. Berawal dari sanksi pidana, perlu diketahui bahwa tindak pidana adalah pemidanaan yang dijatuhkan kepada badan hukum atau pelaku yang melakukan tindak pidana atas tindak pidana yang dilakukan dan mengikat secara hukum serta dibuktikan secara meyakinkan.

Kadek Devi Selvian dkk, “Pelaksanaan upaya diversi dalam penanggulangan tindak pidana pencurian oleh anak di Kabupaten Buleleng”, dalam e-journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha., Vol. Sulasmi Herawati, “Perlindungan Anak Sebagai Pelaku Pidana Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menurut Hukum Islam”, Skripsi: Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2016.

Bentuk Tindak Pidana Anak di Bawah Umur di Kotabumi

Penyelesaian Hukum Tindak Pidana yang Dilakukan Anak

Analisis Penyelesaian Hukum Tindak Pidana yang Dilakukan

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Jurnal Internasional Studi Anak dan Jender, vol. 1, tidak. 1, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2015. Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, 2005 Dwi Putri Melati, “Kriminalisasi anak sebagai pelaku kejahatan. Pembunuhan”, dalam Hukum Progresif, Jurnal Hukum, Program Studi Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bandar Lampung, vol. 6, no.

Khoeriyah, “Tanggung Jawab Pidana Anak Dibawah Umur Perspektif Hukum Islam, Analisis Kasus Kecelakaan Abdul Qodir Jaelani DUL) di Jalan Tol Jagorawi), dalam In Right: Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Vol.3, No. 2, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014. Lilik Purwastuti Y., “Perlindungan Hukum Anak dalam Tindak Pidana Teroris”, dalam Jurnal Hukum, Jambi: Fakultas Hukum Universitas Jambi, hal. Sartika Utaminingsih, Iman Setyabudi, Tipe Kepribadian dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa, Jakarta, Jurnal Psikologi Volume 10 Nomor 1, Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, 2012.

Selamat kepada Widodo, “Diversi sebagai bentuk perlindungan hak anak terhadap studi hukum di Pengadilan Negeri Purwokerto”), dalam jurnal Kosmik Hukum, Vol.

Referensi

Dokumen terkait

Secara teoritis terdapat beberapa jenis perbuatan pidana atau tindak pidana dapat dibedakan secara kualitatif atas kejahatan dan pelanggaran (Hamzah, 1994,

Penggelapan adalah salah satu jenis tindak pidana yaitu berupa kejahatan terhadap harta kekayaan manusia yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana