Bapak Husnul Fatarib, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah sekaligus Pembimbing yang telah memberikan bimbingan yang sangat berharga kepada para ulama. Husnul Fatarib, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah sekaligus Pembimbing yang telah memberikan bimbingan yang sangat berharga bagi para ulama.
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan catatan pertanggungjawaban pelaku usaha di atas, dapat dilihat bahwa adanya barang dan/atau jasa yang cacat bukan satu-satunya dasar pertanggungjawaban pelaku. Namun dalam hal ini, tanggung jawab pelaku usaha mencakup semua kerugian yang dialami konsumen.
Pertanyaan Penelitian
Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam konteks Peraturan Menteri Perdagangan No. 35/M-Dag/Per/7/2013, yang sejalan dengan dinamika zaman tanpa meninggalkan dimensi tekstualnya, khususnya dalam perkembangan hukum Islam Indonesia. Secara praktis, penelitian ini menjadi salah satu bahan yang dapat dijadikan rujukan bagi permasalahan umat Islam yang semakin beragam dari waktu ke waktu.
Penelitain Relevan
Pencantuman Harga pada Barang
Kewajiban melakukan penghitungan harga barang yang diperdagangkan diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35/M/DAG/PER/7/2013 tentang Pengakuan Harga Barang dan Jasa yang Diperdagangkan. Selain itu, saat memasukkan harga dan/atau harga layanan, informasi harus diberikan dengan cara yang mudah diakses dan terlihat oleh konsumen.
Hukum Tentang Aturan Harga dan Perdagangan
Peraturan Mentri Perdagangan Nomor 35 Tahun 2013 Tentang Peantuman Harga Barang Dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan Peantuman Harga Barang Dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan
Setiap Pelaku Usaha yang menjual barang dan/atau jasa secara eceran kepada konsumen wajib mengumumkan harga barang dan biaya jasa secara jelas, mudah dibaca dan mudah terlihat”. Kewajiban ini berlaku bagi semua pelaku usaha perdagangan eceran barang dan jasa, termasuk harga barang dan/atau jasa yang diperdagangkan secara khusus yang disebutkan dalam Pasal 3 ayat 1 di bawah ini.
Hak dan Kewajiban Konsumen
Sebelum diundangkannya Undang-Undang Perlindungan Konsumen, juga terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan konsumen. Peraturan perundang-undangan tersebut tidak secara langsung berkaitan dengan perlindungan konsumen, tetapi secara tidak langsung juga termasuk untuk melindungi konsumen dengan disahkannya Undang-undang Perlindungan Konsumen, sehingga Undang-undang tersebut merupakan ketentuan positif yang secara khusus mengatur tentang perlindungan konsumen. Hak untuk menerima ganti rugi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
Mengenai perlindungan konsumen, hak juga dijamin oleh Islam dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Allah dan Rasulullah. Untuk mendapatkan keuntungan, penjual tidak dapat menggunakan cara yang dapat menyebabkan kerugian di pihak pembeli. Dalam penjelasan Pasal 4 huruf g disebutkan bahwa “Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara baik dan jujur serta tidak dibedakan atas dasar suku, agama, budaya, daerah, pendidikan, dan sejenisnya baik kaya maupun miskin”.
Kaitannya dengan hak atas ganti rugi pada Pasal 4 huruf g dipertegas lagi pada Pasal 19 yang menjelaskan bahwa “pelaku usaha bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian konsumen akibat konsumsi barang dan/ atau jasa, diproduksi atau diperdagangkan 21 Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya tujuan perlindungan konsumen adalah untuk menjamin kepastian hukum dan keseimbangan antara produsen dan konsumen guna mewujudkan ekonomi yang sehat dan dinamis sehingga kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat terjadi.
Pelaku Usaha
- Pengertian Pelaku Usaha
- Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
- Perbuatan yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha
- Sifat Penelitain
Tidak hanya konsumen yang memiliki hak, pelaku usaha juga memiliki hak, jika nantinya dalam jual beli terjadi kesalahan pada produk, dan ini termasuk kesalahan produk. Oleh karena itu, pelaku usaha berhak membela diri dan mendapat perlindungan jika tidak bersalah. Kewajiban pelaku usaha memang sangat banyak, mengingat pelaku usaha bertanggung jawab atas barang yang diperdagangkannya, kewajiban ini merupakan bentuk tanggung jawab pelaku usaha kepada konsumen.
Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, rusak atau bekas dan terkontaminasi tanpa memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai barang yang bersangkutan. Pelaku usaha dilarang memasarkan produk farmasi dan makanan yang rusak, rusak atau terkontaminasi, dengan atau tanpa memberikan informasi yang lengkap dan akurat. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memasarkan barang dan/atau jasa tersebut dan wajib menikmatinya dari peredaran.
Pelaku usaha yang melanggar ayat (1) dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut dan menariknya dari peredaran.
Sumber Data
Sumber Data Primer
Sumber Data Sekunder
Teknik Pengumpulan Data
Wawancara
Dokumentasi, yaitu pencarian data, yang berkaitan dengan masalah atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, risalah rapat, buku catatan, agenda, dll. 7 Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah aktivasi terkait dengan kegiatan di masyarakat.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.9 Analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, pengumpulan data. Tiga catatan.10 Ketiga komponen analisis ini dianggap saling melengkapi, baik sebelum, selama, maupun setelah pelaksanaan pengumpulan data paralel. Data yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskriptif.Penelitian terlebih dahulu mendeskripsikan data yang berkaitan dengan masalah yang peneliti hadapi, kemudian menganalisisnya dengan menggunakan pendekatan tertentu.
Berdasarkan metode penelitian ini, peneliti akan memulai penelitian ini dengan menjelaskan apa itu tinjauan hukum ekonomi Islam untuk perlindungan konsumen dalam perbedaan harga. Sebagai penalaran yang digunakan untuk menganalisis masalah ini, penulis menggunakan metode induktif dan analisis isi. Penalaran induktif adalah metode yang mengakhiri pertanyaan observasional dalam pertanyaan yang lebih umum, dan menurut pandangan yang diterima secara luas, penalaran induktif berasal dari sesuatu.
Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut kemudian melakukan penelitian lapangan.11 Sehingga diperoleh kesimpulan sebagai tujuan penelitian. Berdasarkan penalaran induktif dan analisis isi ini, setelah mendeskripsikan data yang berkaitan dengan masalah yang dibahas oleh peneliti, peneliti akan melakukan analisis isi terhadap materi dan kemudian menarik kesimpulan penelitian.
Profil Alfamart Sekampung 1. Sejarah Alfamart Sekampung
Alfa retailindo yang semula turun (54,40%) menjadi (23,4%), di sisi lain, perusahaan rokok terbesar kedua di Indonesia ini akan serius menggarap pasar minimarket yang selama ini belum digarap alfa. HM Sampoerna, Tbk sebesar (70%) dan Sigmatara Alfindo sebesar (30%), kemudian nama Alfa Minimart diubah menjadi Alfamart pada tanggal 1 Januari 2003. Pada tahun 2005, gerai Alfamart berkembang sangat pesat menjadi 1.293 gerai hanya dalam waktu 6 tahun dan seluruhnya Gerai ini awalnya hanya ada di sekitar Pulau Jawa.
Pada tahun 2007, Alfamart menjadi minimarket pertama yang meraih sertifikasi ISO 9001:2000 sebagai sistem manajemen terbaik di Indonesia. Selanjutnya pada tahun 2009, Alfamart menjadi perseroan terbatas pada tanggal 15 Januari 2009 di Bursa Efek Indonesia (BEI), dimana jumlah gerainya mencapai 3000 gerai. Sebagai perusahaan pengelola minimarket, Alfamart selalu peduli terhadap kemajuan masyarakat dan lingkungannya, termasuk bagi anak-anak penderita kanker.
Sedangkan untuk Alfamart di Sekampung sudah berdiri selama 10 tahun yaitu pada tahun 2009, saat itu keberadaan Alfamart saat ini bisa mencapai 2-3 toko dalam satu kecamatan.
Struk Organisasi Alfamart dan Tugasnya
Asisten Kepala Toko (Assistant chief of store)
Memastikan bahwa penyetoran uang hasil penjualan barang dagangan dengan menyetorkannya ke cabang finance melalui box yang diperlukan pada mobil DC delivery berjalan lancar sesuai prosedur.
Crew
Visi, Misi dan Motto Alfamart Visi
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Selisih Pada Label Harga Zaman dimana perkembangan ekonomi semakin meningkat, salah
Hal ini terjadi karena supermarket menjual produk yang lebih lengkap, penataan yang lebih bagus dan fasilitas yang nyaman dibandingkan dengan pasar tradisional. Cara ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan keuntungan dan mengurangi jumlah barang yang terjual menumpuk di gudang. Sementara itu, dalam Pasal 3 ayat
Hal ini bisa terjadi karena ada beberapa barang yang saling berdekatan, selain itu harga terakhir barang yang dicetak lebih rendah dari letak barang yang sudah dirubah harganya, sehingga tidak semua barang yang sudah berubah harganya dilampirkan. label harga terbaru. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Wiwit sebagai konsumen Alfamart.63 Bahwa pegawai mungkin malas untuk mengecek dan mengubah harga pada label sehingga harga barang yang seharusnya tidak berlaku tetap ditempel dan tidak diganti dengan harga baru karena kemalasan dari pihak tersebut. karyawan. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Rika selaku konsumen Alfamart.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Dwi selaku konsumen Alfamarat sebesar 0,65 bahwa keterbatasan jumlah pegawai dan banyaknya daftar harga yang harus diganti dapat memicu terjadinya perbedaan harga pada label dan kuitansi kas. Yang dapat terjadi sehubungan dengan perbedaan harga pada label dan kuitansi adalah penipuan dari karyawan toko yang bertugas di kasir dan dari manajemen toko, karena kekuasaan ada pada manajemen, baik yang mengatur maupun yang menentukan strategi. dari toko.
IMPLEMENTASI PERMENDAG NOMOR 35/M DAG/PER/7/2013 DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TARIF PADA LABEL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TARIF PADA LABEL
Pasal 5 UU No. cantumkan dengan benar pada label dan pastikan pada saat pembayaran bahwa Anda tidak merugikan konsumen. UUPK berupaya menjamin kepastian hukum bagi perlindungan konsumen yang berkaitan dengan barang dan jasa. Di berbagai perusahaan, penetapan harga barang dan jasa merupakan strategi kunci untuk kepuasan konsumen dan banyak yang bergabung dengan persaingan pasar yang semakin ketat, pertumbuhan ekonomi yang rendah dan tinggi serta peluang bisnis bagi pelaku usaha, harga berdampak kuat pada posisi kinerja keuangan. dan dampak pengetahuan.v laba harian.
Tujuan perlindungan konsumen dalam hukum Islam adalah untuk menciptakan mashlahah (manfaat) bagi umat manusia. Meningkatkan harkat dan martabat konsumen dengan mencegah mereka dari akses negatif, penggunaan barang dan jasa; Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa untuk menjamin kelangsungan usaha barang dan/atau jasa, kesehatan konsumen, kenyamanan, keselamatan dan keamanan.
Jika memperhatikan tujuan perlindungan konsumen yang tertuang dalam Pasal 3 UUPK tersebut di atas sesuai dengan hukum Islam dan maqashid al-shari'ah (tujuan pembentukan hukum), yaitu untuk kemaslahatan rakyat. Penerapan solusi dari permasalahan perbedaan harga yang ditemukan di Alfamart adalah dengan memastikan harga termurah sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan No. 35/M-Dag/Per/7/2013.
Kesimpulan
Saran
Perlindungan Konsumen Pengguna Game Online Ditinjau dari Hukum Islam dan UU No. 8 Tahun 1999 Studi Kasus di Blankon Metro Central Internet Cafe. Tinjauan Hukum Islam Aspek Perlindungan Konsumen Dalam Praktek Jual Beli Handphone Di Pusat Grosir Handphone dan Komputer “KFC” Yogyakarta.