• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Tata Kelola Pemanfaatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Tata Kelola Pemanfaatan"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

Selat Madura

Historis dan Geografis

Wilayah Selat Madura di sebelah barat lebih sempit dibandingkan wilayah perairan di sebelah timur. Selat Madura merupakan perairan laut yang memisahkan dua daratan antara Pulau Jawa dan Pulau Madura yang terletak di timur laut Pulau Jawa.

Produksi Perikanan Laut

Potensi sumber daya perikanan laut di Provinsi Jawa Timur mencakup lima kategori perairan, yaitu: (1) Wilayah perairan Laut Jawa, bercirikan perikanan pelagis kecil (tersebar dari Tuban hingga Gresik, dan di perairan utara Pulau Madura). Hal tersebut menunjukkan kontribusi dan peran penting sektor perikanan laut pada wilayah kabupaten/kota di perairan Selat Madura.

Tabel  3:  Jumlah Nelayan dan Produksi Perikanan Laut Kabupaten  dan Kota di Perairan Selat Madura - Tahun 2005
Tabel 3: Jumlah Nelayan dan Produksi Perikanan Laut Kabupaten dan Kota di Perairan Selat Madura - Tahun 2005

Sistem Bagi Hasil Tangkapan

Selain separuh hasil tangkapan bersih, lessor juga menerima lima belas persen hasil tangkapan kotor sebagai cadangan apabila terjadi kerusakan pada kapal atau jaring (Najib, 1993). Misalnya, pemilik kapal (Juragan Land) menerima rata-rata enam puluh lima persen dari total hasil tangkapan, sedangkan awak kapal menerima jauh lebih sedikit.

Perkembangan Nelayan di Jawa Timur

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah nelayan terbesar di Jawa Timur terdapat di Kabupaten Sumenep yaitu sebanyak 42.352 orang pada tahun 2005 atau meningkat sebesar 40,11% dari 25.366 orang pada tahun 2002. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah nelayan yang melaut. di Selat Madura sebesar 5,86%, sehingga peningkatan jumlah nelayan setidaknya berdampak pada potensi daya dukung perikanan tangkap khususnya di perairan Selat Madura.

Tabel  5: Perkembangan Jumlah Nelayan Perikanan Laut pada  kabupaten/kota di Selat Madura  Tahun 1998, 2002, 2004 dan 2005  (dalam Orang)
Tabel 5: Perkembangan Jumlah Nelayan Perikanan Laut pada kabupaten/kota di Selat Madura Tahun 1998, 2002, 2004 dan 2005 (dalam Orang)

Dasar-dasar Teoritis

Tata Kelola (Governance)

Dalam konteks ini, tata kelola mencakup hubungan antara pemangku kepentingan yang terlibat dan tujuan tata kelola kelembagaan. Menurut pemikiran tersebut, dalam penerapan tata kelola yang berkaitan dengan tata kelola yang baik, maka tata kelola yang baik tidak hanya sebatas mengubah aspek teknis saja, namun lebih dari itu.

Sumberdaya Milik Bersama (Common Property Resource/CPR)

Terkait dengan pemanfaatan sumber daya perikanan laut, diketahui bahwa sumber daya ikan merupakan sumber daya milik bersama. Menurut Hardin, sumber daya tersebut disebut Sumber Daya Milik Bersama yang pengelolaannya memerlukan pendekatan khusus.

Desentralisasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut

Desentralisasi ini tidak hanya menyangkut penyelenggaraan pemerintahan saja, namun juga merambah pada pengelolaan sumber daya alam yang berada dalam wilayah pemerintahan daerah/daerah otonom. Setidaknya pergeseran paradigma pengelolaan sumber daya alam ini memberikan warna berbeda terhadap pembangunan daerah otonom dibandingkan era sebelumnya yang realitasnya lebih terpusat. Namun sumber daya perikanan laut yang jelas bersifat lintas wilayah memerlukan pendekatan khusus karena potensi konfliknya begitu besar.

Tampaknya terdapat beberapa aspek positif terkait pengelolaan sumber daya perikanan laut terkait dengan efisiensi peraturan, efisiensi ekonomi, dan distribusi yang adil. Pada masa Orde Baru, perhatian diberikan pada pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang didalamnya mencakup aspek sumber daya perikanan laut, namun aspek pengelolaan sumber daya tersebut lebih terfokus pada perlindungan dan penguasaan oleh negara.

Tabel 9: Perundang-undangan terkait Pengelolaan Sumberdaya  Pesisir dan Laut Pada Masa Orde Baru
Tabel 9: Perundang-undangan terkait Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Pada Masa Orde Baru

Kerjasama Antar Daerah (Inter-governmental Network)

Kebijakan pelaksanaan kerja sama antardaerah meliputi kerja sama dengan daerah perbatasan dan kerja sama dengan daerah lain yang tidak mempunyai batas wilayah. Kajian kerjasama antar daerah perbatasan dilakukan terutama dengan penekanan pada penyelesaian dan prediksi timbulnya permasalahan perbatasan, serta optimalisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya dan sumber pendanaan daerah. Kerjasama antardaerah pada seluruh tingkatan merupakan suatu kebijakan yang penting, mengingat penyelenggaraan urusan antardaerah yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat dapat berhasil dan berhasil bila dilakukan secara bersama-sama dan bersinergi antardaerah.

Ketentuan kerjasama antar daerah diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Antar Daerah. Kerja sama antardaerah hendaknya dikembangkan dengan ciri khusus, yaitu kerja sama dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat terkait sektor perikanan laut yang unggul.

Ekologi Sentra Nelayan

Kwanyar, Kabupaten Bangkalan

  • Situs Nelayan Tradisional
  • Keadaan Geografis
  • Kependudukan
  • Kondisi Sosial Ekonomi

Secara administratif Kecamatan Kwanyar terbagi menjadi 16 kota, dengan luas wilayah 47,81 km² atau 4.781,00 Ha, terletak pada ketinggian rata-rata 24 m di atas permukaan laut. Nelayan Kwanyar hidup tersebar di 6 desa dari 16 desa yang ada di wilayah kabupaten Kwanyar. Keadaan demografi wilayah Kecamatan Kwanyar, Desa Batah Timur (8,0 km) merupakan desa yang paling jauh dari ibu kota kecamatan, sedangkan Desa Batah Barat (7,0 km) dan Desa Gunung Sereng merupakan dua desa lainnya yang paling jauh dari ibu kota. . Kecamatan.

Untuk mengetahui lebih lanjut kondisi wilayah Kecamatan Kwanyar dari aspek penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan rata-rata tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Kwanyar menunjukkan bahwa sejak tahun 2018 penduduknya didominasi oleh penduduk yang berpendidikan SD/Menengah sederajat (SMP dan Pamong Sekolah Dasar).

Gambar  2:  Peta Wilayah Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan  Sumber:   Peta Administrasi Kabupaten Bangkalan 2005
Gambar 2: Peta Wilayah Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan Sumber: Peta Administrasi Kabupaten Bangkalan 2005

Kamal dan Labang, Kabupaten Bangkalan

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa di Kecamatan Labang jumlah nelayan tidak mengalami perubahan selama tiga tahun, namun pada tahun 2010 bertambah sebanyak 2 orang dan pada tahun 2011 berkurang sebanyak 3 orang nelayan atau berkurang sebesar 0,01. Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan mengalami fluktuasi selama 4 (empat) tahun terakhir.Data diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2009 jumlah kapal mengalami peningkatan jumlah kapal di Kecamatan Labang yaitu bertambah sebanyak 49 unit atau meningkat. peningkatan sebesar 37,41. Jumlah alat tangkap yang digunakan nelayan Labang meningkat sebanyak 70 unit pada tahun 2011 atau meningkat sebesar 21,81%, sedangkan pada nelayan di kecamatan Kwanyar penggunaan alat tangkap jaring apung meningkat sebanyak 355 unit atau meningkat sebesar 21,77.

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jumlah rumah tangga nelayan laut mengalami perubahan yang berfluktuasi sejak tahun 2008: terjadi peningkatan sebanyak 1.331 rumah tangga nelayan atau meningkat sebesar 0,53% pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2011 justru mengalami penurunan sebanyak 1.514 rumah tangga, atau mengalami penurunan sebesar 1.531 rumah tangga nelayan. 39.14 . Berdasarkan data pada tabel diatas diketahui bahwa jumlah produksi tangkapan di Kecamatan Labang mengalami penurunan yang cukup besar pada tahun 2009 yaitu sebesar 644,61 ton atau mengalami penurunan sebesar 50,26 ton.

Tabel 18: Jumlah Perahu Penangkap Ikan menurut Jenis Perahu  Kecamatan Kamal,  Labang dan Kwanyar  - Kab
Tabel 18: Jumlah Perahu Penangkap Ikan menurut Jenis Perahu Kecamatan Kamal, Labang dan Kwanyar - Kab

Permodalan dan Distribusi Hasil

  • Teknologi Penangkapan
  • Sumber Modal Nelayan Tangkap
  • Pemanfaatan Hasil Tangkapan
  • Pendapatan Alternatif Nelayan Tangkap

Dalam pengelolaan pemanfaatan sumber daya perikanan laut secara berkelanjutan, pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan seperti: Keputusan Menteri Pertanian No. Dalam pengelolaan pemanfaatan sumber daya perikanan laut secara berkelanjutan, pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan seperti: Keputusan Menteri Pertanian Nomor 607 Tahun 1976 tentang Jalur Penangkapan Ikan. Hal ini dibuktikan dengan munculnya serangkaian konflik antar nelayan dalam pemanfaatan sumber daya perikanan laut sepanjang era otonomi daerah.

Mengoptimalkan kegunaan dan hasil pemanfaatan sumber daya perikanan laut agar tidak menimbulkan konflik. Pertama; Konflik nelayan tahun 2018 merupakan konflik sumber daya penangkapan ikan di laut (Bangkalan, Sampang, dan Pasuruan) akibat penggunaan alat tangkap yang berbeda. Bentuk kerjasama antardaerah ini diharapkan dapat menjadi solusi pengelolaan sumber daya perikanan laut pada masa pemerintahan sendiri.

PAS SAMBANG (Pasuruan Sampang dan Bangkalan) Tiga Model Kerja Sama Daerah dalam Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Laut.

Tabel 23: Jumlah Nelayan Perikanan Laut, Perahu/Kapal Ikan dan  Alat Tangkap Menurut Kecamatan di Kabupaten  Bangkalan -   Tahun 2006
Tabel 23: Jumlah Nelayan Perikanan Laut, Perahu/Kapal Ikan dan Alat Tangkap Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangkalan - Tahun 2006

Eksistensi Kearifan Lokal

Kyai dan Petinggi dalam Transformasi Sosial

Nelayan dan Juragan: Katup Penyelamat Pesisir

Tujuan utama pengelolaan sumber daya perikanan laut adalah untuk menjaga keberlanjutan produksi, terutama melalui berbagai peraturan dan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan memenuhi kebutuhan industri yang memanfaatkan produksi tersebut (Suadi et al., 2006: 3). . Pemerintahan di berbagai negara, khususnya di negara berkembang, mempunyai kewenangan penuh dalam mengelola sumber daya perikanan. Hakikat pengelolaan sumber daya perikanan adalah menemukan keseimbangan antara upaya eksploitasi dan kemampuan memperbanyak atau memulihkan sumber daya.

Pentingnya pengelolaan sumber daya perikanan secara empiris dapat ditunjukkan dengan tingkat eksploitasi sumber daya perikanan saat ini. Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai pengelola atau pengelola sumber daya, mengatur pemanfaatan sumber daya perikanan yang bersangkutan.

Kebijakan Nelayan Andon

Dalam upaya mengatur pemanfaatan sumber daya perikanan laut di perairan laut serta menghindari konflik penangkapan ikan dan ketegangan sosial antar nelayan di wilayah Jawa Timur pada masa pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Perkembangan pemanfaatan sumber daya perikanan laut di Jawa Timur, dalam hal ini perairan Selat Madura, menunjukkan intensitas yang tinggi, baik dari tingkat pemanfaatannya maupun pihak-pihak yang memanfaatkan sumber daya tersebut. KPTS/013/2003 tentang Tim Pembina dan Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan di Wilayah Kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Namun aksi yang dilakukan nelayan Bangkalan tetap memanfaatkan sumber daya ikan laut seperti yang dilakukan hingga saat ini. Konflik antar nelayan mengenai pemanfaatan sumber daya ikan laut sebagai sumber daya milik bersama di perairan Selat Madura telah terjadi sejak tahun 1993, meskipun konflik tersebut bersifat tertutup yang berarti konflik tersebut dapat diselesaikan melalui perdamaian keluarga.

Tabel 27: Ketentuan Daerah Propinsi Jawa Timur terkait Pengelolaan  Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut pada Era Orde  Baru
Tabel 27: Ketentuan Daerah Propinsi Jawa Timur terkait Pengelolaan Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut pada Era Orde Baru

Tata Kelola Sumber daya Perikanan Laut

Tata Kelola Negara dalam Kearifan Lokal

Konflik nelayan yang terjadi di perairan Selat Madura merupakan konflik yang terjadi pada wilayah sungai/tempat (Basin) dimana sumber daya tersebut berada dan dimanfaatkan oleh banyak pihak. Perebutan sumber daya tersebut oleh Ostrom (1977) dikenal sebagai konflik berakhir. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa konflik antar nelayan di Selat Madura bersifat ‘laten’, yaitu konflik penangkapan ikan akan tetap muncul kembali ketika ada sumber konflik yang tidak terselesaikan, sehingga ada kemungkinan bahwa konflik antar nelayan di Selat Madura bersifat ‘laten’. konflik akan muncul kembali. Pada tahun 2018, kembali muncul konflik penangkapan ikan yang melibatkan nelayan dari wilayah yang sama dengan sumber permasalahan yang sama seperti konflik sebelumnya, namun sumber konflik tersebut semakin rumit dengan adanya pelanggaran “wilayah penangkapan ikan” dalam penerapan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang menjadi dasar kewenangan daerah dalam pengelolaan sumber daya di wilayah laut (Pasal 3 dan 10).

kedua kalinya; Bahwa terjadinya konflik dalam kurun waktu tertentu mempunyai isi yang sama: sumber daya perikanan laut semakin langka, jumlah nelayan semakin banyak, ada pihak yang menggunakan alat tangkap berbeda, ada perbedaan nilai. Konflik penangkapan ikan terbuka ini semakin parah karena di satu sisi negara mengalami ‘delegitimasi’ rakyat, sesuai dengan liberalisasi politik yang diterapkan pada awal reformasi dengan memberikan ruang bagi tumbuh dan berkembangnya kebebasan. , hak asasi manusia dan demokrasi sebagai lahirnya berbagai ketentuan hukum terkait hal tersebut, seperti: undang-undang kepartaian (UU No. 2/1999), sistem pemilu (UU No. 3/1999), pers (UU No. 40/1999 ), otonomi daerah (UU No. 22/1999), perimbangan keuangan pusat dan daerah (UU No. 25/1999), kebebasan pemerintah melaksanakan KKN (UU No. 28/1999), dan lain-lain, telah membawa banyak perubahan dalam perekonomian. peran 'negara dalam hubungannya dengan masyarakat.

Tabel  31: Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanann Laut;
Tabel 31: Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanann Laut;

Perspektif: Model Kerja sama Antar Daerah

Hal ini patut dikembangkan mengingat saat ini beberapa daerah telah membuat 'peraturan' pemanfaatan sumber daya perikanan laut yang berbeda-beda, dengan mekanisme kerjasama antar daerah yang memiliki potensi perikanan laut, yang diharapkan dapat tercipta sinergi. Perspektif Kerja Sama Antar Daerah dalam penanganan konflik pemanfaatan sumber daya perikanan laut khususnya di perairan Jawa Timur dapat dikembangkan. Kerja sama antardaerah yang pernah mengalami konflik penangkapan ikan antara lain tahap pertama/prioritas yaitu 3 kabupaten (Pasuruan, Sampang dan Bangkalan), kemudian pada tahap berikutnya 4 kabupaten (Sampang, Bangkalan, Pasuruan dan Probolinggo) dan dilanjutkan ke 6 kabupaten (Sampang, Bangkalan, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan dan Probolinggo). Tiga kabupaten dengan konflik perikanan tertinggi adalah Pasuruan, Sampang dan Bangkalan, dengan nama kerjasama antar daerah: PAS SAMBANG (PASuruan, SAMpang dan BANGkalan).

Selain itu, untuk menjamin efektifitas pelaksanaan perjanjian, diperlukan adanya kerjasama antar daerah asal nelayan yang memanfaatkan sumber daya perikanan, dalam hal ini Kab. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Antar Daerah, dalam hal ini terkait dengan Pasal 4: Pelayanan Publik.

Tabel 32: Ketentuan Pengelolaan Konflik Nelayan di berbagai daerah, Tahun  1983-2003
Tabel 32: Ketentuan Pengelolaan Konflik Nelayan di berbagai daerah, Tahun 1983-2003

Purna Wacana

Instruksi Kepala Dinas Perikanan Daerah Provinsi Jawa Timur Tk I Nomor 06/Inst/I/1983 tanggal 25 Januari 1983; Pedoman pelaksanaan perjanjian bagi nelayan Andon di Jawa Timur. Keputusan Gubernur KDH Tk I Jawa Timur Nomor : 9 Tahun 1983 tentang Peraturan Nelayan Andon Di Jawa Timur. Harmonisasi Model dan Ruang Pengelolaan Sumber Daya Komunal, dalam Seri Kajian Kehutanan Masyarakat Tahun Kedua, Februari.

Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 545/Kpts/Um/8/1982 tentang Pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 1982. Konflik Pembagian Hasil Tangkapan Purse Seine di Prigi, Trenggalek, Jawa Timur dalam Jurnal Masyarakat dan Kebudayaan.

Gambar

Gambar   Halaman 1  Peta Selat Madura ...........................................................................
Tabel  4: Perkembangan Jumlah Perahu/Kapal Ikan Kabupaten  dan  Kota di Perairan Selat Madura Tahun 1998, 2000, 2001, 2004 &
Tabel  5: Perkembangan Jumlah Nelayan Perikanan Laut pada  kabupaten/kota di Selat Madura  Tahun 1998, 2002, 2004 dan 2005  (dalam Orang)
Tabel  6: Perkembangan Jumlah Nelayan Perikanan Laut pada  kabupaten/kota di Selat Madura  Tahun 2000, 2004 dan 2005 (dalam  Orang)
+7

Referensi