Laporan Penelitian
PENGARUH PEMBERIAN KAPUR (CaCO
3)
TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG TANAH (Arachis hipogea L.) PADA TANAH BEKAS SAWAH DI SEKITAR DENPASAR
Oleh I Ketut Muksin
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA
2016
Laporan Penelitian
PENGARUH PEMBERIAN KAPUR (CaCO
3)
TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG TANAH (Arachis hipogea L.) PADA TANAH BEKAS SAWAH DI SEKITAR DENPASAR
Oleh I Ketut Muksin
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atas asung wara nugraha-Nya, sehingga penyusunan laporan penelitian dengan judul “PENGARUH PEMBERIAN KAPUR (CaCO3) TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG TANAH (Arachis hipogea L.) PADA TANAH BEKAS SAWAH DI SEKITAR DENPASAR”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Keberhasilan penyusunan laporan penelitian ini karena adanya keterlibatan berbagai pihak yang telah rela meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana
2. Ketua Jurusan/Ketua Prodi Biologi F MIPA Universitas Udayana 3. Teman Sejawat
Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan laporan penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya kepada mahasiswa dalam pengembangan ilmu pengetahuan.`
Bukit Jimbaran, Juli 2016 Penulis,
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMABAR ... v
Abstrak ... vi
I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Hipotesa ... 3
1.5. Manfaat Penelitian ... 4
II METODELOGI PENELITIAN ... 5
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 5
2.2. Rancangan Penelitian dan Perlakuan ... 5
2.3. Cara Kerja ... 5
2.4. Perhitungan Dosis CaCO3 dan NH4NO3 ... 6
2.5. Analisis Data ... 7
III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8
3.1. Hasil Pengamatan ... 8
3.2. Pembahasan ... 10
IV KESIMPULAN DAN SARAN... 13
4.1. Kesimpulan ... 13
4.2. Saran ... 13
DAFTAR PUSTAKA ... 14
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah
(Arachis hypogea (L.) Merr.) ... 8 Tabel 2. Analisis ANOVA ... 8 Tabel 3. Penentuan Notasi ... 8 Tabel 4. Rata-rata jumlah daun kacang tanah
(Arachis hypogea (L.) Merr.) ... 9 Tabel 5. Analisis ANOVA ... 9 Tabel 6. Penentuan Notasi ... 10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik rata-rata tinggi tanaman kacang tanah
(Arachis hypogea (L.) Merr.) ... 9 Gambar 2. Grafik rata-rata jumlah daun kacang tanah
(Arachis hypogea (L.) Merr.) ... 10
Abstrak
Kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr) berguna untuk membantu menyuburkan tanah, karena pada akarnya terdapat bakteri Rhizobium. Menurut Safuan, (2002) tanah merupakan faktor lingkungan penting yang mempunyai hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbuh di atasnya. Tanah sawah tersebut umumnya bersifat asam dengan kandungan unsur hara yang rendah salah satunya kalsium. Salah satu usaha perbaikan tanah masam pada tanah sawah adalah dengan pengapuran. Peranan kapur dalam memperbaiki sifat-sifat kimia tanah seperti peningkatan pH, kadar Ca, S dan P tersedia, dan kejenuhan basa serta menurunkan kejenuhan aluminium tanah. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, selama dua bulan. Hasil penelitian pemberian kapur (CaCO3) dengan 5 perlakuan secara statistik menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel1, untuk rata-rata tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr.) dari 24 pengulanagan diperoleh hasil berturut-turut yaitu 0 kg ha-1 (26,99), 200 kg ha-1 (30,42), 400 kg ha-1 (29,08), 600 kg ha-1 (30,08), 800 kg ha-1 (29,12), dan 1000 kg ha-1 (31,13). Sedangkan untuk jumlah daun ditunjukkan tabel 4. diperoleh hasil berturut-turut yaitu 0 kg ha-1 (15,75), 200 kg ha-1 (15,00), 400 kg ha-1 (16,67), 600 kg ha-1 (17,67), 800 kg ha-1 (16,83) dan 1000 kg ha-1 (18,33). Oleh karena itu tidak ada dosis optimum pada perlakuan tersebut yang dapat memberikan hasil yang berbeda pada tanaman.
Kata kunci: tanah, asam, kapur, pH, opimum
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr) merupakan komoditas penting dan banyak dibudidayakan petani, namun hasilnya masih tergolong rendah yaitu sebesar 1,2 ton polong kering per hektar. Produktifitas kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr) Nasional terus meningkat pada saat ini, namun laju permintaan masih lebih besar daripada ketersediaan produksi. Permintaan kacang tanah Nasional pada tahun 2000 mencapai 1,9 juta ton. Upaya peningkatan produksi antara lain dilakukan dengan perluasan areal dan perbaikan teknologi budidaya, yang mencakup didalamnya pemupukan dan penggunaan varietas unggul baru ( Badan Statistik Nasional, 2000; Rukmana, 1998 dalam Wijonarko, 2002).
Kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr) berguna untuk membantu menyuburkan tanah, karena pada akarnya terdapat bakteri Rhizobium yang dapat memperkaya kandungan nitrogen tanah. Biji kacang tanah mengandung kadar lemak dan protein tinggi. Kandungan proteinnya sekitar 25-34%, terdiri dari asam-asam amino esensial seperti arginin, fenilalanin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, triptofan, dan valin. Kandungan lemaknya sekitar 16-50%, 76-86% diantaranya adalah asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat dan linoleat.
Kacang tanah mengandung anti oksidan, yaitu senyawa tokoferol, selain itu mengandung arakhidonat, dan mineral (Kalsium, Magnesium, Phosphor, dan Sulfur), serta vitamin (riboflavin, thianin, asam nikotinik, vitamin E dan vitamin A). Kacang tanah dimanfaatkan untuk berbagai makanan, antara lain sebagai kacang goreng, kacang rebus, sayur asam, bumbu gado-gado, tauge, minyak kacang, dan sisa ampas minyak dapat dibuat oncom.
Jumlah koleksi plasma nutfah kacang tanah yang dimiliki BB-Biogen sebanyak 1192 nomor aksesi.
Dalam upaya peningkatan produksi kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr) ada beberapa faktor yang mempengaruhi, salah satunya tanah yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Menurut Safuan, (2002) tanah merupakan faktor lingkungan penting yang mempunyai hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbuh di atasnya. Tanah yang produktif harus dapat menyediakan lingkungan yang baik seperti udara dan air bagi pertumbuhan akar tanaman, disamping harus mampu menyediakan unsur hara. Faktor lingkungan tersebut menyangkut berbagai sifat fisik tanah seperti ketersediaan air, temperatur, aerasi, dan struktur tanah yang baik.
Dari jaman dahulu sampai sekarang ini pengembangn produksi dilakukan dengan penanaman kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr) pada lahan bekas sawah. Tanah sawah
diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan tahun) dipersawahkan memperlihatkan profil khas, yang menyimpang dari tanah aslinya. Penyimpangan antara lain berupa terbentuknya lapisan bajak yang hampir kedap air disebut padas olah, sedalam10-15 cm dari muka tanah dan setebal 2-5 cm. Di bawah lapisan bajak tersebut umumnya terdapat lapisan mangan dan besi, tebalnya bervariasi antara lain tergantung dari permeabilitas tanah. Lapisan tersebut dapat merupakan lapisan padas yang tak tembus perakaran, terutama bagi tanaman semusim.
Lapisan bajak tersebut nampak jelas pada tanah latosol, mediteran dan regosol, samar-samar pada tanah aluvial dan grumosol (Anonim. 2006).
Tanah sawah tersebut umumnya bersifat asam dengan kandungan unsur hara yang rendah salah satunya kalsium, hal ini disebabkan karena unsur hara kalsium selalu diabsorpsi oleh tanaman tanpa pernah dilakukan pemupukan dengan pemberian kalsium. Salah satu usaha perbaikan tanah masam pada tanah sawah adalah dengan pengapuran. Pengapuran dapat meningkatkan basa kalsium dan pH tanah dari hidrolisis asam lemah yang merupakan bagian dari senyawa tersebut. (Buckman dan Brady, 1974 dalam safuan, 2002).
Menurut Ashari (1995); Marscehner (1988) dalam Widodo (2005), kalsium dibutuhkan tanaman dalam bentuk Ca2+. Kalsium berperan aktif dalam mengurangi bahaya keracunan aluminium, pembentukan lamela tengah, dinding sel, menggiatkan sel maristematik, pengambilan nitrat dan meningkatkan aktivitas enzim. Menurut Mass dkk., (2000) dalam Widodo (2005) ion-ion kalsium didapat dari larutan tanah atau oleh adanya kontak akar tanaman dengan partikel-partikel koloid yang memegang kalsium. Selain itu Ca2+ membantu dalam pembentukan dan pertumbuhan akar dan membantu pengisian bulir dan meningkatkan kandungan Ca2+ tanaman pada waktu panen. Sedangkan menurut Supardi (1983); Miller dan Donahue (1990) dalam Safuan (2002) menyatakan bahwa penambahan kapur meningkatkan kadar Ca2+ dan menimbulkan efek netralisasi sebagai akibat reaksi substitusi ion H+ dengan ion Ca2+.
Informasi perbaikan kualitas bahan pangan kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr) menjadi semakin penting untuk diketahui sehubungan dengan program perbaikan gizi masyarakat. Penelitian semakin giat dilakukan baik didalam maupun diluar negeri. Safuan (2002) melaporkan bahwa, pemberian bahan organik dan kapur dapat meningkatkan kandungan P tersedia dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh langsung dari penambahan bahan organik dan kapur serta pengaruh tidak langsung dari penambahan bahan organik. Pengaruh tidak langsung terjadi karena proses dekomposisi bahan organik yang menghasilkan asam-asam organik mampu menonaktifkan anion-anion pengikat fosfat, yaitu Al dan Fe, dan membentuk senyawa logam organik. Menurut Miller dan Donahue (1990)
dalam Safuan (2002) pengaruh secara langsung karena bahan organik merupakan sumber P dan S tersedia dalam tanah.
Penelitian lainnya dalam Wigena dkk., (2001) menyatakan bahwa karena pemberian kapur dan sulfur dihipotesakan bisa meningkatkan kualitas biji kacang tanah, sehingga selama penelitian dilakukan pementauan kualitas biji dengan menganalisis kadar asam amino, metionin, cistin dan cystein. Sebagai hasilnya pemberian kapur dan sulfur meningkatkan kualitas biji kacang tanah yang tercermin dari meningkatnya kadar metionin, cistin dan cystein secara nyata. Peranan kapur dalam memperbaiki sifat-sifat kimia tanah seperti peningkatan pH, kadar Ca, S dan P tersedia, dan kejenuhan basa serta menurunkan kejenuhan aluminium tanah.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian pengaruh kapur (CaCO3) terhadap pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr) pada tanah bekas sawah di sekitar Denpasar.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun yang menjadi suatu permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Apakah pemberian kapur (CaCO3) akan meningkatkan pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr) dilahan bekas sawah di sekitar Denpasar ?
2. Berapakah dosis optimum pemberian kapur (CaCO3) untuk pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr) ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kapur (CaCO3) terhadap pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr) di lahan bekas sawah di Denpasar.
2. Untuk mengetahui dosis optimum pemberian kapur (CaCO3) untuk pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr).
1.4. Hipotesa
Pemberian kapur (CaCO3) 400 kg Ha-1 dapat meningkatkan pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr.) di lahan bekas sawah.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang pengaruh pemberian kapur (CaCO3) terhadap pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr) pada tanah bekas sawah di sekitar Denpasar. Diharapkan juga hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar apabila ingin melakukan penelitian dengan topik yang serupa.
II METODELOGI PENELITIAN
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, selama dua bulan.
2.2. Rancangan Penelitian dan Perlakuan
Penelitian akan dilakukan di dalam pot dengan ukuran diameter 14 cm dengan rancangan blok lengkap (RAL) dengan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah: pemberian berbagai dosis CaCO3 (0, 200, 400, 600, 800, 1000) kg ha-1
Rancangan blok dan perlakuan yang telah diacak dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Blok I Blok II Blok III Blok IV
A B F D
F D A B
D A D E
B E C F
E C E C
C F B A
Keterangan perlakuan CaCO3 (kg ha-1) A. 0
B. 200 C. 400 D. 600 E. 800 F. 1000
2.3. Cara Kerja
Dihitung dosis CaCO3 yang harus ditambahkan pada masing-masing perlakuan dan dosis pupuk NH4NO3 yang diperlikan. Kemudian setelah dosis diketahui dilakukan penimbangan bahan CaCO3 dan NH4NO3. Dibuat larutan NH4NO3 sebanyak 800 ml. Disiapkan pot sebanyak 24 buah untuk perlakuan dan empat pot untuk tanaman yang disiapkan untuk menyulam jika terdapat tanaman yang mati pada pot perlakuan. Timbang tanah bekas sawah yang diperlukan untuk satu pot (permukaan tanah ± 2 cm di bawah tepi pot) dan dijadikan takaran untuk pengisisan tanah pada pot lainnya. Setelah itu diaplikasikan 20 ml NH4NO3
untuk setiap pot dan CaCO3 pada pot masing-masing dengan konsentrasi sesuai rancangan blok dan perlakuan. Pot diketuk-ketukkan masing-masing 10 kali agar tanah gembur serta campuran tanah dan pupuk homogen kemudian diberi air masing-masing 300 ml. Diamkan selama seminggu. Setelah seminggu tanam masing-masing delapan biji kacang tanah ± 1 cm di bawah permukaan tanah dalam pot dan disiram setiap dua hari sekali dengan air sebanyak 200 ml sampai kacang bnerkecambah. Kemudian penyiraman dilakukan setiap hari atau disesuaikan dengan kondisi tanah. Minggu kedua setelah tanam, sisakan tiga tanaman untuk masing-masing pot dan diusahakan seragam untuk setiap blok. Dilakukan pengamatan pertumbuhan dengan parameter tinggi dan jumlah hingga minggu keenam setelah tanam dan rerandomisasi dua kali dalam seminggu. Jika terdapat tanaman mati, segera dilakukan penyulaman dengan tanaman kacang yang telah disiapkan khusus untuk penyulaman.
Kemudian tanaman dipanen. Dipotong pada bagian tajuk kemudian dimasukkan kedalam amplop dan diberi keterangan blok, perlakuan dan tanggal panen. Lalu dioven pada suhu 70°
C selama tiga hari atau sampai berat konstan kemudian ditimbang berat keringnya.
2.4. Perhitungan Dosis CaCO3 dan NH4NO3
Perlakuan yang digunakan adalah: pemberian berbagai dosis CaCO3 (0, 200, 400, 600, 800, 1000) kg ha-1 untuk diaplikasikan dalam pot berukuran diameter 14 cm.
Diketahui: r = 7 cm ( Diameter pot = 14 cm) =
Maka luas pot = π.r2 = x 72 = 154 cm2 1 hektar = 108 cm2
Untuk dosis 200 kg ha-1 CaCO3 = 154/108 x 200.103 gr = 0.30 gr CaCO3
Maka dosis 400 kg ha-1 = 0.60 gr, 600 kg ha-1 = 0.90 gr, 800 kg ha-1 = 1.20 gr, 1000 kg ha-1 = 1.50 gr
Dosis NH4NO3 adalah 200 kg ha-1 maka dalam 1 pot 0.30 gr dipakai 20 ml pot-1 Dibuat kelebihan = 40 x 20 ml = 40 x 0.30 gr
800 = 12 gr.
2.5. Analisis Data
Analisis data dilakuakan untuk dapat menentukan pada dosis CaCO3 mana kacang tanah dapat tumbuh paling optimum. Untuk itu dapat diuji dengan uji BNT (beda nyata terkecil).
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan mengenai pengaruh pemberian kapur terhadapa pertumbuhan kacang tanah pada tanah bekas sawah, diperolehhasil sebagai berikut:
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr.) Perlakuan
Kg ha-1
Ulanagan (cm) Total Rata-rata
I II III IV
0 25,90 27,70 29,40 24,97 107,97 26,99
200 30,60 32,97 32,17 25,93 121,67 30,42
400 30,80 27,37 31,63 26,50 116,30 29,08
600 33,10 29,87 31,70 25,67 120,33 30,08
800 33,93 29,67 25,67 27,20 116,47 29,12
1000 28,93 33,63 34,97 26,97 124,50 31,13
Total 183,27 181,20 185,53 157,23 707,23 29,47
Tabel 2. Analisis ANOVA
SK db JK KT F.hitung F.tabel
5% 1%
Ulangan 3 86,71718 28,90573 4,975879 3,29 5,42
Perlakuan 5 41,73745 8,347491 1,436951 2,90 4,56
Galat 15 87,13755 5,80917
Total 23 215,5922
Tabel 3. Penentuan Notasi Perlakkuan Rata-rata Notasi
0 26,99 a
200 30,42 a
400 29,08 a
600 30,08 a
800 29,12 a
1000 31,13 a
Gambar 1. Grafik rata-rata tinggi tanaman kacang tanah (
Tabel 4. Rata-rata jumlah daun kacang tanah Perlakuan
Kg ha-1 I
0 17,00
200 15,00
400 15,67
600 18,67
800 12,33
1000 17,33
Total 96,00
Tabel 5. Analisis ANOVA
SK db
Ulangan 3
Perlakuan 5
Galat 15
Total 23
24 25 26 27 28 29 30 31 32
0 cm
rata tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hypogea
rata jumlah daun kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr.)
Ulanagan Total
II III IV
14,00 15,67 16,33 63,00
17,67 11,33 16,00 60,00
20,33 12,00 18,67 66,67
17,33 19,00 15,67 70,67
17,00 16,67 21,33 67,33
16,33 16,00 23,67 73,33
102,67 90,67 111,67 401,00
JK KT F.hitung
5%
41,01 13,67 1,83
29,65 5,93 0,79
112,07 7,47 182,74
200 400 600 800
Perlakuan CaCO3kg ha-1
Arachis hypogea (L.) Merr.)
Total Rata-rata
63,00 15,75
60,00 15,00
66,67 16,67
70,67 17,67
67,33 16,83
73,33 18,33
401,00 16,71
F.tabel
5% 1%
3,29 5,42
2,90 4,56
1000
Tabel 6. Penentuan Notasi Perlakkuan Rata-rata Notasi
0 15,75 a
200 15,00 a
400 16,67 a
600 17,67 a
800 16,83 a
1000 18,33 a
Gambar 2. Grafik rata-rata jumlah daun kacang tanah (
3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa pemberian kapur (CaCO dengan 5 perlakuan secara statistik
karena keseluruhan perlakuan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata dengan notasi a. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel1, untuk rata
(L.) Merr.) dari 24 pengulanagan dipe ha-1 (30,42), 400 kg ha-1 (29,08), 600 kg ha
(31,13). Sedangkan untuk jumlah daun ditunjukkan tabel 4. diperoleh hasil berturut
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
0
Notasi
rata jumlah daun kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr.)
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa pemberian kapur (CaCO secara statistik tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi tanaman karena keseluruhan perlakuan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata dengan notasi a. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel1, untuk rata-rata tinggi tanaman kacang tanah (
(L.) Merr.) dari 24 pengulanagan diperoleh hasil berturut-turut yaitu 0 kg ha (29,08), 600 kg ha-1 (30,08), 800 kg ha-1 (29,12)
(31,13). Sedangkan untuk jumlah daun ditunjukkan tabel 4. diperoleh hasil berturut
200 400 600 800
Perlakuan CaCO3 kg ha-1
(L.) Merr.)
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa pemberian kapur (CaCO3) pengaruh yang berarti bagi tanaman karena keseluruhan perlakuan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata dengan notasi a. Hal ini rata tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hypogea turut yaitu 0 kg ha-1 (26,99), 200 kg (29,12), dan 1000 kg ha-1 (31,13). Sedangkan untuk jumlah daun ditunjukkan tabel 4. diperoleh hasil berturut-turut
1000
yaitu 0 kg ha-1 (15,75), 200 kg ha-1 (15,00), 400 kg ha-1 (16,67), 600 kg ha-1 (17,67), 800 kg ha-1 (16,83) dan 1000 kg ha-1 (18,33). Oleh karena itu tidak ada dosis optimum pada perlakuan tersebut yang dapat memberikan hasil yang berbeda pada tanaman.
Dari analisis tinggi tanaman dan jumlah daun sebagai indikator pertumbuhan, dengan melihat grafik 1 dan grafik 2 dapat dikatakan tidak adanya pengaruh yang ditimbulkan dari pemberian kapur dan tidak adanya dosis optimum yang dapat digunakan dalam meningkatkan kuantitas tanaman. Menurut Dharma dkk., (2005) pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran). Kedua proses ini memerlukan sintesis protein yang tidak dapat berbalik. Menurut Gardner et al., (1991) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain; faktor eksternal (iklim, tanah dan biologis) dan faktor internal (ketahanan tanaman, laju fotosintetik dan respirasi). Selain itu menurut Sastrosupadi (2000) walaupun dalam penelitian rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok yang memiliki kondisi lingkungan yang tidak homogen, namun dengan membuat kelompok-kelompok perlakuan dan dilakukan pergantian posisi pot tiap minggunya diharapkan kondisi tempat menjadi relatif homogen dan faktor-faktor pertumbuhan selain kapur tidak ikut berpengaruh.
Ada beberapa penyebab sehingga hasil kuantitas tanaman tidak seperti yang diharapkan pada hipotesa (pemberian kapur (CaCO3) 400 kg ha-1 dapat meningkatkan pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr.) di lahan bekas sawah) yaitu pertama, kesalahan dalam perhitungan (analisis data). Kesalahan dapat disebabkan karena pada tiap pot, tanaman memiliki karakteristik tumbuh yang bervariasi seperti batang yang tegak lurus, bengkok dan ada yang memiliki banyak cabang. Hal inilah yang dapat mengurangi akurasi pengukuran tinggi tanaman sebenarnya.
Kedua, kesalahan dalam waktu dan tanaman yang dipakai dalam penyulaman.
Penyulaman adalah penggantian tanaman yang mati dengan tanaman yang baru yang memiliki umur dan tinggi tanaman yang sama. Namun dalam aplikasinya penyulaman seharusnya dengan tanaman yang telah ditumbuhkan pada pot lain yang memiliki dosis kapur yang sama, namun dalam pelaksanaan sebagian besar penyulaman berasal dari pot yang tidak diberi perlakuan kapur. Penyulaman juga sebagian besar pada saat tanaman sudah berumur 2- 4 minggu, dimana pada saat 6 minggu tanaman sudah harus dipanen. Sehingga kapur yang sudah ada di dalam tanah pada pot perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kualitas tanaman.
Penyulaman dilakukan secara terus menerus ini tidak hanya karena penyakit pada tanaman tapi juga kekeringan dan stres. Kekeringin dapat terjadi karena penelitian yang
dilakukan pada waktu siang hari, tentu saja penyulaman dilakukan pada saat itu juga dimana tanaman akan sangat membutuhkan air dan cepat stres apabila terjadi perubahan lingkungan yang mendadak. Sebenarnya penyulaman yang baik dan benar dilakukan pada waktu sore hari, hal ini untuk memberikan kesempatan bagi tanaman agar dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungannya sehingga keesokan harinya dapat lebih segar dan kandungan hara yang berada dalam tanah dapat ditranslokasikan melalui akar ke seluruh bagian tanaman dan tentu saja dapat memberikan pengaruh terhadap kuantitas tanaman. Tanaman yang dipindahkan memiliki fase stagnasi, dimana tanaman tersebut hidupnya terpengaruhi dan membutuhkan waktu untuk penyesuaian diri dengan lingkungan barunya.
IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa anatara lain sebagai berikut:
1. Pemberian kapur (CaCO3) pada semua konsentrasi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr.) di lahan bekas sawah di sekitar Denpasar.
2. Tidak ada dosis optimum kapur (CaCO3) yang dapat meningkatkan pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogea (L.) Merr.).
4.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis kapur yang lebih bervariasi lagi dan pengaturan waktu serta lama waktu penelitian agar tanaman tidak stres yang dapat menyebabkan pengaruh pada kualitas dan kuantitas tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Pengertian Tanah dan Lahan
Available at : http://klastik.wordpress.com/ Opened on Senin, 31 Desember 2007 Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Dharma., Wiraatmaja., Utami., H. Yuswanti dan P. Dharmawati. 2005. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Laboratorium Ekofisiologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.
Gardner, F. P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Safuan. 2002. Kendala Pertanian Lahan Kering Masam Daerah Tropika dan Cara Pengelolaannya. Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702). Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertania Bogor.
Sastrosupadi. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang PertanianEdisi Revisi. Penerbit Kansius . Yogyakarta.
Wigena, Putu., A. Rachim., D. Santoso., dan A. Saleh. 2001. Pengaruh Kapur Terhadap Transformasi Sulfur-Sulfur pada Oxic Dystrudepts dan Kaitannya dengan Hasil Kacang Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, IPB.
Widodo. 2005. Pengaruh Dosis Dolomit Terhadap Pertumbuhan dan Hasil 5 Kultivar Padi Lokal Rawa Gambut. Jurusan Budidaya Pertanian fakultas Pertanian. Bengkulu.
Jurnal Akta Agrosia Vol 8 no 1 Hal 6-11.
Wijonarko, Wasis. 2002. Pengaruh Dosis Kapur Dolomite dan Pupuk Phosfat Terhadap Pertumbuhan Serta Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogea (L.) Merr.) Varietas Singa pada Tanah Entosol.
Available at : http://library.gunadarma.ac.id/go.php?id=jiptumm-gdl-s1-2002-wasis-4905- entisol Opened on Senin, 31Desember 2007