• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Unit Lembaga Pengusul : Fakultas Hukum Undaris NIDN : 0607046825 f. 2.

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Unit Lembaga Pengusul : Fakultas Hukum Undaris NIDN : 0607046825 f. 2."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

Bagaimana harmonisasi usia kawin bagi perempuan dalam kaitannya dengan UU No 1 Tahun 1974 dan UU No 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan. Apa kendala harmonisasi usia kawin bagi perempuan menurut UU No 1 Tahun 1974 dan UU No 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan. Bagaimana solusi mengatasi hambatan harmonisasi usia kawin bagi perempuan berdasarkan UU No 1 Tahun 1974 dan UU No 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan.

Untuk mengetahui dan menganalisis harmonisasi batasan usia bagi perempuan dalam perkawinan ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan.

Pengertian Perkawinan

Tjitrosudibio, KUH Perdata (burgelijk wetboek) dengan penambahan UU Pokok Agraria dan UU Perkawinan, Cet. Sebelum berlakunya Undang-undang Perkawinan itu sendiri, Indonesia menerapkan peraturan yang berbeda tentang perkawinan untuk kelompok yang berbeda, yaitu: 14. Bagi orang asing Tionghoa Timur dan warga negara Indonesia keturunan Tionghoa berlaku Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) sebagaimana telah diubah.

Syarat materiil ini merupakan syarat yang harus ada bagi orang yang akan menikah, serta izin dari pihak yang berkepentingan, yang ditetapkan dengan undang-undang.

Batas Usia Perkawinan

Dalam hukum Islam, ketentuan batas usia perkawinan sama dengan hukum adat, dimana tidak ada aturan baku yang menentukan batas usia perkawinan. Menurut hukum Gereja Katolik, batas usia sah untuk menikah adalah 16 tahun untuk laki-laki dan 14 tahun untuk perempuan. Sementara itu, batasan usia menikah menurut hukum Gereja Kristen Batak (HKBP) mengikuti UU Perkawinan.

Batas usia menurut hukum Buddha Indonesia adalah 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita.

Hak Asasi Manusia ( HAM )

Dalam tulisan ini, konsep Hak Asasi Manusia (HAM) akan difokuskan pada perkawinan terkait batas usia ideal bagi perempuan. Secara normatif, yang menjadi penting dalam pengesahan Universal Declaration of Human Rights (UDHR) adalah lahirnya UU No. Semua hak tersebut dirumuskan dalam Bab III dengan judul Hak Asasi Manusia (HAM) dan Kebebasan Dasar Manusia (Pasal 9-66). ).

Seperti pada contoh, dalam tulisan ini hak asasi manusia (HAM) yang dapat dilanggar adalah hak-hak berikut yaitu hak anak.

Dampak Perkawinan Dibawah Umur

Dalam hal ini, harmonisasi batas usia ideal untuk menikah, khususnya bagi perempuan, akan selalu dipenuhi dalam pembahasan hak-hak tersebut. Penulis menemukan bahwa ketentuan dispensasi dalam UU Perkawinan yang memperbolehkan perkawinan di bawah usia ideal dimana anak diklasifikasi dengan alasan apapun (pergaulan bebas menyebabkan kehamilan) sangat tidak efektif. Wanita di usia muda dan belum tergolong usia ideal untuk menikah akan memiliki risiko tinggi meski sudah mengalami fase menstruasi (menstruasi).

Hal-hal tersebut seperti seseorang yang dipaksa untuk hamil, namun tubuhnya tidak mampu melakukannya karena belum memasuki usia “belum matang” yang ideal.

Landasan Teori

Pengaruh ini berkaitan dengan emosi yang labil dan tergolong cara berpikir yang labil atau belum matang. Dampak ini akan melanggar hak anak untuk mengikuti pendidikan wajib, sehingga perkawinan pada usia yang tidak ideal ini dapat menyebabkan anak mengalami penurunan keinginan belajar karena kondisi harus mengurus keluarga, dan tidak semua sekolah menawarkan cuti sekolah bagi siswa yang sudah menikah. Dampak ini akan lebih terfokus pada perempuan karena budaya patriarki yang bias gender menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan dipandang sebagai pelengkap dari jenis kelamin laki-laki.

Orisinalitas Penelitian

1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) di kota dan juga berkaitan dengan pandangan ulama dan fiqh. Argumentasi yang diharapkan berupa kesimpulan tentang batas usia ideal menikah di Indonesia dan menjadi kriteria harmonisasi ketentuan batas usia dalam kategorisasi. HUBUNGAN USIA DALAM RUMAH TANGGA (STUDI KASUS DI DESA PURWODADI KECAMATAN TEPUS KECAMATAN GUNUNGKIDUL TAHUN.

Harmonisasi batasan usia bagi perempuan dalam perkawinan dengan pandangan UU nomor 1 tahun 1974 dengan UU nomor 16.

Harmonisasi Batas Usia Perempuan Dalam Perkawinan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Dengan Undang-Undang Nomor 16

Undang-Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (sebelum perubahan)

Dengan adanya kewenangan hukum dan kewajiban hukum, maka subjek hukum manusia (perseorangan) dalam pelaksanaan perkawinan harus dengan sendirinya memenuhi syarat sahnya suatu perkawinan. Syarat menikah menurut Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa “perkawinan hanya diperbolehkan apabila pihak laki-laki telah berumur 19 tahun dan pihak perempuan berumur 16 tahun”. Pengecualian jika perkawinan dilangsungkan di bawah batas umur yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) yang menyatakan “bahwa dalam hal terjadi penyimpangan dari ketentuan ayat (1) pasal ini, maka jalan untuk meminta dispensasi terhadap baik orang tua, wali, pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk baik oleh orang tua laki-laki maupun perempuan 45 Mencermati pasal ini, penulis berpendapat bahwa sangat percuma memasukkan ketentuan mengenai batas usia karena orang yang menggunakan dispensasi dapat menikah. 1974 tentang perkawinan membuat ketentuan yang sangat jelas tentang persyaratan pembatasan usia untuk menikah, di sisi lain syarat pernikahan dalam Islam tidak membatasi usia pernikahan tetapi lebih fokus pada kedewasaan dan kompetensi sebagai suami istri. penting, sehingga ketika seseorang

Bertentangan dengan ketentuan undang-undang yang secara objektif langsung menetapkan batas usia menikah, dianggap bahwa batas tersebut sudah dianggap dewasa. Syarat Mutlak Mutlak : Syarat ini harus dipenuhi oleh para pihak yang akan melangsungkan perkawinan. 36 . Pasal 27 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang membahas tentang batalnya perkawinan karena adanya ancaman yang melanggar hukum atau penilaian yang salah).

Jika melihat batasan umur dalam KUH Perdata pada Pasal 29, pengaturan tersebut lebih rendah dari pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,49. Ketika melangsungkan perkawinan, persetujuan kedua orang tua diperlukan jika mereka belum mencapai usia 21 tahun (Pasal 6 UU No. 1 Tahun 1974). Seseorang yang masih terikat perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi, kecuali dalam hal-hal tertentu sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 juncto Pasal 9 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.

Persyaratan Material Relatif: Persyaratan ini harus ada pada pihak yang akan menikah dan termasuk larangan untuk menikah. 64 Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) Keputusan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan (sesudah perubahan)

Perubahan UU Perkawinan ini memunculkan undang-undang baru yaitu Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Sebagai perbandingan, pasal yang diubah dalam UU Perkawinan Nomor 16 Tahun 2019 dengan pasal dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah sebagai berikut. 75 Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

77 Pasal 7(2) paragraf UU No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. 79 Paragraf ketiga Pasal 7 UU No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. 80 Ayat (4) Pasal 7 UU No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

Dalam sidang perkara tersebut, Mahkamah Konstitusi (MK) berwenang memeriksa dan mengadili sesuai dengan Pasal 24 C ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi. Dalam hal ini, menurut para Pemohon, ketentuan Pasal 7 khususnya ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan telah menimbulkan ketidakpastian hukum yang menimbulkan penafsiran. Kesetaraan tersebut dapat dilihat pada angka 4 huruf a dan huruf d dalam penjelasan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi.

Perkawinan pada usia yang belum dewasa (matang lahir dan batin) telah melanggar ketentuan Undang-undang No. Hambatan harmonisasi batas usia bagi perempuan dalam perkawinan mengingat Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Med.

Hambatan – Hambatan Harmonisasi Batas Usia Perempuan Dalam Perkawinan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Dengan

Pandangan Dalam Hukum Islam

Undang-undang ini menjelaskan batasan usia anak pada pasal 4, pasal 5 dan pasal 9 yang berbunyi. 113 Pasal 8 butir (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 juncto Perubahan Keempat atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. 114 Penjelasan Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Dalam undang-undang ini, penjelasan mengenai batasan usia anak terdapat dalam pasal 1 angka (22) yang berbunyi. Usia tersebut dianggap sebagai usia minimum untuk dikatakan sebagai awal dari kedewasaan seseorang dalam undang-undang ini. Dalam hal ini undang-undang ini secara langsung menentukan umur anak yang dapat masuk dalam sistem peradilan anak.

Kedelapan belas, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 126 Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Kemudian dalam pasal lain dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (UU Perkawinan Lama) yang tidak berubah, dijelaskan bahwa untuk melangsungkan perkawinan, seseorang yang belum mencapai umur 21 (satu-dua puluh) belum tercapai. tahun harus mendapat persetujuan kedua orang tua (pasal 6) angka (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan).

127 Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Solusi mengatasi kendala - Hambatan harmonisasi batas usia bagi perempuan dalam perkawinan, dilihat dari undang-undang nomor 1.

Solusi Mengatasi Hambatan – Hambatan Harmonisasi Batas Usia Perempuan Dalam Perkawinan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1

Pandangan Perlindungan Anak dan Kesehatan Reproduksi

Perubahan usia dalam undang-undang nomor 16 tahun 2019 tentang perubahan atas undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan masih belum dianggap sebagai syarat minimal perkawinan menurut penulis. Hak-hak anak yang dilindungi secara tegas tertuang dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM), mulai dari Pasal 52 sampai dengan Pasal 66. Hal ini merupakan prinsip kehati-hatian dimana usia dalam undang-undang perkawinan tidak akan menjadi dewasa pada batas usia dalam perkawinan. Hukum Perdata.

Pada kelompok umur menurut UU Perkawinan, mereka harus tetap dapat melanjutkan pendidikan setelah wajib belajar yang ditetapkan oleh pemerintah. Padahal Pasal 6 UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus memiliki izin. 152 Ni Made Gita Kartika Udayani, Perlindungan hukum bagi anak yang melakukan perkawinan dengan anak di bawah umur berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Jurnal Hukum Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2016, hal.

Dengan pendapat tersebut, penulis mengingatkan bahwa ketentuan UU No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Yono, Agus Soumokil, Jumiati Tuharea, Persepsi perkawinan di bawah umur di masyarakat ditinjau dari UU No. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (burgelijk wetboek) dengan tambahan Undang-Undang Pokok Agraria dan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6401). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886).

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum

Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan UU Perkawinan menyatakan: “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri