• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Universitas Islam Sultan Agung Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Universitas Islam Sultan Agung Semarang"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

Asas-asas hukum Islam mempunyai nilai universal dan kekayaan pemikiran yang luar biasa, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber hukum bagi upaya reformasi hukum pidana Indonesia. Pentingnya studi banding dalam pelaksanaan rekonstruksi sistem peradilan pidana nasional dimaksudkan untuk mengkaji konsep/sistem hukum lain yang lebih mendekati karakteristik sumber hukum di Indonesia. Pendekatan ilmiah/pemikiran hukum yang berorientasi pada muatan hukum pidana positif (dapat disebut pendekatan/orientasi hukum ilmiah/teoritis) – Pendekatan pemikiran hukum yang berorientasi pada.

Pengetahuan dalam konteks perbandingan dapat dijadikan bahan pembaharuan hukum pidana kita saat ini. Berdasarkan uraian di atas, semakin jelas terlihat bahwa kajian hukum komparatif merupakan kajian yang paling penting bagi pengembangan ilmu hukum dan terlebih lagi karena kajian tersebut akan memberikan sikap kritis terhadap hukum itu sendiri dalam rangka upaya merekonstruksi sistem peradilan pidana nasional. . .

Posisi “Religious Law System” Dalam Pembangunan

29 Barda Nawawi Arief, Antologi Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Konsep KUHP Baru), Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm. 327-328. Dikutip juga dalam Barda Nawawi Arief, Pembaharuan/Rekonstruksi Pendidikan dan Perkembangan Ilmu Hukum Pidana Dalam Konteks Nasional dan Global, Makalah disampaikan pada Seminar dan Kongres ASPEHUPIKI, Bandung, 17 Maret 2008, hal.30. 32 Barda Nawawi Arief, Pembaharuan/Rekonstruksi Pendidikan Hukum Pidana dan Pengembangan Pengetahuan dalam Konteks Perspektif Nasional dan Global, op-cit., 2008, hal.30.

38 Barda Nawawi Arief, Berbagai Aspek Perkembangan Ilmu Hukum Pidana (Menyongsong Generasi Baru Hukum Pidana Indonesia), Pidato Pengukuhan Guru Besar, UNDIP, 1994, hal.20. 40 Barda Nawawi Arief, “Pembangunan Sistem Hukum Nasional”, Makalah pada Matrikulasi Program Doktor Hukum UNDIP, Semarang, 2008.

Keluarga Hukum “Religious Law System”

Keenam, Timur Jauh merupakan sistem hukum yang memadukan hukum perdata, hukum adat, dan hukum Islam sebagai landasan dasar masyarakat.56. Secara historis, agama mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan hukum, termasuk pengaruh hukum Islam terhadap sistem hukum dunia. Asas-asas hukum Islam mempunyai nilai (tinggi) yang tidak dapat diperdebatkan lagi, dalam berbagai mazhab yang ada dalam lingkaran besar hukum Islam terdapat kekayaan pemikiran hukum dan teknik-teknik menakjubkan yang memberikan peluang bagi hukum Islam untuk berkembang. untuk memenuhi semua kebutuhan dan adaptasi yang diperlukan dari kehidupan modern).73.

Negara-negara di mana hukum Islam yang berkaitan dengan kejahatan dan hukumannya diberlakukan dalam bentuk terkodifikasi atau tidak terkodifikasi. Baik hukum Islam maupun hukum Barat sebagai sistem hukum kelas dunia mempunyai ciri khas masing-masing.

KAJIAN KOMPARATIF DARI PERSPEKTIF

Tujuan Pemidanaan Menurut Hukum Islam

Sebab perbuatan yang termasuk dalam kejahatan menurut hukum Islam adalah perintah dan larangan yang jika dilanggar akan berdampak buruk terhadap sistem sosial, aqidah (keyakinan), kehidupan individu, keamanan harta benda, dan harga diri (nama baik) seseorang. Diketahui bahwa bentuk-bentuk tindak pidana dan sanksinya dalam hukum Islam sangat banyak ditujukan untuk kepentingan masyarakat, karena dalam hukum pidana Islam diatur salah satunya adalah untuk kepentingan kehidupan bermasyarakat. Pengertian tindak pidana (delik, jarimah) dalam hukum Islam,96 adalah perbuatan yang dilarang, atau kelalaian terhadap perbuatan yang diperintahkan, atau perbuatan atau kelalaian terhadap perbuatan yang ditetapkan haram. dan dapat dihukum menurut hukum Islam karenanya.97.

97 Dalam undang-undang Islam, perbuatan jenayah ditakrifkan sebagai perbuatan yang dilarang oleh syarak yang diancam oleh Allah SWT dengan hukuman hudud atau takzir. Hukuman yang dikenakan boleh menghalang sesiapa sahaja daripada melakukan perbuatan jenayah sebelum perbuatan jenayah itu berlaku. Apabila perbuatan jenayah itu berlaku, hukumannya adalah untuk mendidik pesalah dan menghalang orang lain daripada meniru dan mengikuti perbuatannya.

Di satu sisi hukum Islam menjaga kepentingan masyarakat tanpa memandang pelakunya yaitu tindak pidana hudud, namun jumlah tindak pidana yang masuk dalam kategori jenis ini sedikit dan terbatas. Oleh karena itu, menurut Sofjan Sauri Siregar105, hukuman yang diberikan haruslah mendidik pelakunya, mencegahnya mengulangi perbuatannya, dan mencegah orang lain melakukan tindak pidana yang sama. Sedangkan tujuan pemidanaan menurut hukum Islam adalah untuk menarik perhatian pelakunya, yaitu dalam hal tindak pidana takzir.

Dalam kejahatan jenis ini, hukum Islam juga mensyaratkan bahwa hakim akan mempertimbangkan pribadi pelaku, kondisi, moral, dan riwayat hidupnya ketika menjatuhkan hukuman. Dengan pandangan interminisnya terhadap kebebasan manusia, aliran ini fokus pada tindakan dan bukan pada orang yang melakukan tindak pidana. Asas rasa bersalah, yang menyatakan bahwa orang hanya dapat dihukum atas perbuatan pidana yang dilakukan dengan sengaja atau karena kelalaiannya;

Jenis Tindak Pidana dan Sanksinya

  • Tindak Pidana Hudud
  • Tindak Pidana Qisas-Diat
  • Tindak Pidana Takzir

Oleh karena itu, hukum Islam secara tegas menentukan jenis tindak pidana beserta sanksinya dan tidak akan berubah sewaktu-waktu. Berbeda dengan kejahatan takzir yang jenis kejahatan atau sanksinya tidak ditentukan oleh Allah SWT, melainkan diserahkan kepada manusia sesuai dengan kemaslahatannya. Ayat di atas menjelaskan tentang larangan melakukan tindak pidana hirabah dan berusaha menimbulkan kerugian di muka bumi.

Hukum Islam telah menetapkan hukuman tertentu untuk tujuh kejahatan ini, dan hakim tidak dapat menambah atau menguranginya atau menggantinya dengan hukuman lain. Oleh karena itu, siapa pun yang melakukan salah satu kejahatan tersebut akan dijatuhi hukuman yang telah ditentukan, tanpa memandang pendapat atau diri sendiri dan kondisi korban. Segala tindak pidana kisas diampuni kisasnya atau karena ada zaman syar'i yang menghalanginya;

Syariat Islam menetapkan dua bentuk hukuman bagi perbuatan jenayah tersebut iaitu hukuman atau diat dalam keadaan sengaja dan diat dalam keadaan salah. Oleh itu, sesiapa yang melakukan salah satu daripada perbuatan jenayah ini akan dikenakan hukuman yang diperuntukkan, tanpa mengira keadaan pelaku jenayah itu. Pemansuhan hukuman mati bagi perbuatan jenayah yang disengajakan dan perbuatan jenayah yang salah menyebabkan dibenarkan menggantikannya dengan hukuman takzir dengan melihat kepada orang dan keadaan mangsa120.

Pada hakikatnya tujuan hukuman kisas dan diat adalah untuk menjaga kemaslahatan masyarakat dengan mengabaikan keadaan pelakunya. Pembagian pidana menurut hukum Islam berbeda dengan pembagian pidana menurut hukum konvensional seperti KUHP. Dengan demikian, sejak tahun 1886, tindak pidana terbagi menjadi dua saja, yaitu misdrijven (kejahatan) dan overtredingen (pelanggaran).

ASAS-ASAS HUKUM PIDANA DALAM HUKUM ISLAM

Asas Culpabilitas (Asas Kesalahan)

Asas Fleksibilitas/Elastisitas dan Modifikasi Pemidanaan

Menurut A. Hanefi, tindak pidana hudud merupakan tindak pidana yang diancam dengan pidana, yaitu pidana yang sifat dan ukurannya sudah ditentukan dan merupakan hak Allah. Meskipun dalam tindak pidana hudud penguasa atau hakim tidak dapat mengubah atau memaafkan, namun dalam kasus tertentu pengampunan dapat dilakukan jika perkaranya belum sampai ke pengadilan. Apabila alat bukti tersebut diragukan, maka dalam tindak pidana seperti pencurian boleh dikenakan pidana yang lebih ringan.

Dari hadis-hadis di atas dapat pula diturunkan makna bahwa hakim dan kepala negara boleh memberikan syafaat (maaf) kepada orang yang melakukan tindak pidana yang diancam hukuman hadis jika perkaranya dibawa ke pengadilan. Oleh karena itu, jika ada keraguan terhadap suatu tindak pidana hudud, lebih baik menghindari hukuman, dan lebih baik hakim memaafkan kesalahan daripada menjatuhkan hukuman yang salah. Dasar lain diperbolehkannya ampunan sebelum perkaranya sampai ke pihak yang berwajib adalah dari hadis riwayat at-Tabrani, dimana Rasullah SAW bersabda: “Bersyafaatlah terhadap tindak pidana yang belum sampai ke pihak yang berwajib.

Menurut hukum Islam, meskipun tindak pidana pencurian termasuk dalam tindak pidana hudud, namun tidak serta merta pelakunya dikenakan hukuman potong tangan. mati. Untuk membuktikan suatu tindak pidana hudud juga diperlukan dua orang saksi dewasa yang jujur ​​dan berakhlak mulia. Dari pendapat di atas terdapat elastisitas pemidanaan dimana terhadap tindak pidana pencurian yang dilakukan terhadap barang yang tidak disimpan dengan baik maka pelakunya tidak dapat dikenakan pidana amputasi tangan melainkan hanya dikenakan sanksi taqzir.

Dari fakta di atas terlihat bahwa tidak mudah untuk menghukum seseorang yang melakukan tindak pidana pencurian, karena sebagaimana diyakini Umar bin Khattab, diperlukan pengetahuan tentang hukum itu sendiri mengenai perbuatan dan pengetahuan mukallaf (mahkum fih). . dari kondisi mukallaf itu sendiri (mahkum 'alaih). Hampir sama dengan tindak pidana pencurian yaitu perampokan/pencurian, bedanya menurut H.A.Djazuli. Sebab Islam mewajibkan penerapan hukuman hadd terhadap pelaku yang terbukti secara meyakinkan melakukan tindak pidana hudud, demi kemaslahatan dan perlindungan masyarakat.

Asas Permaafan

Audah, Abdul Qadir, Encyclopedia of Islamic Criminal Law, Oorspronklike titel At-Tasyri'al- Jina'i al-Islamy Muqaranan bil Qanunil Wad'iy, PT.Kharisma Ilmu, Bogor, Deel II, 2007. Ontwikkeling van die beginsels van Indonesies Criminal Law (Comparative Perspective on Criminal Law), Pustaka Magister, Semarang, UNDIP, Semarang, 2007. Law Enforcement Issues and Criminal Law Policy in Combating Crime, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008.

Antologi Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008. Tujuan dan Pedoman Penjatuhan Hukuman dalam Perspektif Reformasi Hukum Pidana dan Perbandingan Beberapa Negara, Badan Penerbitan Universitas Diponegoro, Semarang, 2009,. Ramulyo, Mohammad Idris, Pokok-pokok Hukum Islam (Sejarah Kemunculan dan Perkembangan, Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem Hukum Indonesia), Sinargrafia, Jakarta, 1997.

Siregar, Bismar, Peradilan Hukum Pidana Islam (Penerapan Syariat Islam dalam Konteks Modernitas), Asy-Syaamil, Bandung, 2000. Arief, Barda Nawawi, Beberapa Aspek Perkembangan Ilmu Hukum Pidana (Menyongsong a. Generasi Baru Indonesia) Hukum Pidana, Pidato Pengukuhan Profesor Pravna Ilmu, UNDIP, Semarang, 25 Juni ---, Perkembangan asas-asas hukum pidana dalam konsep KUHP. Perspektif Hukum Komparatif Hukum Pidana), Kontribusinya dalam Penataran Hukum Pidana dan Kriminologi Daerah, UNDIP, April 2006 ---, Pendidikan Pembaharuan/Rekonstruksi dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Hukum Pidana Dalam Rangka Wawasan Kebangsaan dan Global, Kongres ASPEHUPIKI dan Seminar Dampak Globalisasi Terhadap Hukum Pidana dan Kriminologi Menghadapi Kejahatan Transnasional, Bandung, 2008.

126 Atmasasmita, Romli, Penerapan Hukum Pidana dan Asas Non-Retroaktif dalam Pemberantasan Korupsi, Sumber: http://www.transparansi.or.id, dan http://www.transparansi.or.id/berita/berita - . Rajam: salah satu jenis hukuman dalam hukum Islam yang diberikan kepada pelaku tindak pidana perzinahan Muhsan (menikah). Rechterlijk grasi: grasi, suatu asas dalam hukum pidana yang memberikan grasi kepada orang yang terbukti bersalah melakukan tindak pidana.

Referensi

Dokumen terkait