• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedagang perantara adalah pengantar perdagangan (orang yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli, atau perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan jual beli)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pedagang perantara adalah pengantar perdagangan (orang yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli, atau perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan jual beli)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

Peniaga perantara ialah perantara perdagangan (orang yang menjual barang atau mencari pembeli, atau perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan urusan jual beli). Bagaimanakah semakan fiqh muamalah tentang hukum keuntungan yang diperolehi oleh orang tengah dalam perniagaan tebu di Pagotan. Hubungan kerja antara pemilik tebu dengan peniaga perantara dalam perniagaan tebu di Pagotan.

Dasar Hukum Waka>lah

Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa wang perakmu, dan hendaklah dia melihat makanan yang terbaik itu, kemudian hendaklah dia membawakan makanan itu kepadamu, dan hendaklah dia bersikap lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan kisahmu kepada sesiapa pun. Maksudnya: Mengapa kami tidak bertawakal kepada Allah, padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami akan bersabar terhadap gangguan yang kamu lakukan kepada kami. dan hanya kepada Allah-lah orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri.” 37. Maksudnya: Dan jika kamu takut akan timbul perselisihan antara keduanya, maka utuslah seorang hakim dari keluarga lelaki dan seorang hakim bagi keluarga perempuan.

بيخ ,

بأ اا

Rukun dan Syarat Waka>lah

Muwakkil (yang mewakili), syarat orang yang mewakili ialah pemilik harta atau di bawah kuasanya dan boleh bertindak ke atas harta tersebut. Dimiliki oleh wakil apabila dia mewakili, maka tidak sah mewakili sesuatu yang hendak dibeli. Jelas diketahui, maka tidak sah mewakili sesuatu yang masih kabur, seperti seseorang yang berkata: “Aku jadikan kamu wakilku untuk mengahwini salah seorang anakku”. 42.

Barang yang belum ada, menurut sebagian besar fuqaha, tidak dapat dijadikan objek akad, karena hukum dan akibat tidak dapat bergantung pada sesuatu yang belum ada. Imam Malik misalnya, berpendapat sahnya suatu akad yaitu menyerahkan hak atau harta tanpa imbalan atas benda-benda yang mungkin ada di kemudian hari, padahal akad itu belum ada pada saat itu, seperti sumbangan, hibah, wasiat dan segera. Para fuqaha sepakat bahwa sesuatu yang tidak dapat menerima hukum kontrak tidak dapat menjadi objek kontrak.

Arak bukanlah sesuatu yang bernilai bagi orang Islam, maka ia tidak memenuhi syarat untuk menjadi subjek kontrak jualan. Begitu juga barang milik negara yang tidak boleh dimiliki oleh individu juga tidak memenuhi syarat untuk dijadikan objek kontrak individu seperti hutan jati, jambatan, sungai dan sebagainya.

Hukum Transaksi Waka>lah

Jika harga jual nominal ditentukan secara khusus oleh wakil, seperti “jual barang ini dengan harga Rp. 1 juta”, maka wakil tersebut tidak berwenang untuk menjual dengan harga di bawah harga nominal tersebut, walaupun harga nominal standar. kerana tidak sesuai dengan Sedangkan menurut qaul ashah adalah sah jika dijual dengan harga di atas harga nominal, kerana pengertian umum yang dapat dipahami dari spesifikasi nominal adalah sekatan minimum. Hanya itu, jika ejen secara jelas melarang menjual pada harga di atas nilai muka yang telah ditetapkan, seperti "jual barang ini dengan harga Rp. 1 juta, tidak lebih", ejen tidak diberi kuasa untuk menjual, kecuali pada saat itu. nilai muka. nilai.

Kemudian hak dan kewajiban agen, agen mewakili untuk menjual sesuatu tanpa harga yang mengikat, pembayarannya tunai atau dicicil, baik di desa maupun di kota, agen tidak boleh menjual secara sembarangan dan semena-mena. H{ani>fah berpendapat bahwa agen boleh menjual sesukanya, baik secara tunai maupun dengan cara mencicil, menurut harga yang lazim atau tidak, baik ada kemungkinan penipuan atau tidak, baik dengan uang Negara maupun dengan uang. uang Negara lain. Apabila agen terikat, maka agen wajib menuruti segala sesuatu yang telah ditentukan oleh agen.

Wakil mungkin dibayar gaji, tetapi jumlah gaji harus ditentukan oleh jenis kerja yang akan dilakukan oleh wakil itu. Begitu juga Ibn Abba, dia berkata: Tidak ada salahnya jika pemberi kuasa berkata kepada penerima atau waki>l: Jual baju saya ini dengan harga ini.

Pengertian dan Dasar Hukum Samsarah (pedagang perantara) 1. Pengertian Samsarah (pedagang perantara)

Barang yang diwakili tidak lagi dalam milikan wakil kerana kerosakan atau sebab lain. Jika salah satu daripada pihak yang berkontrak tidak dikira, salah satu daripada pihak yang berkontrak dikira kerana syarat sah kontrak.

Dasar Hukum Samsarah (Pedagang Perantara)

Dalam usaha jual beli perantara (samsa>rah) objeknya adalah jasa atau kerja untuk upah (ija>rah).. menggunakan dasar hukum ija>rah. Artinya: “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa atasmu memberikan upah menurut yang patut. Artinya: “Salah seorang dari dua wanita itu berkata: “Ya bapakku, ambillah dia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya dia adalah orang yang paling baik untuk dipekerjakan (untuk kita), seorang yang kuat dan amanah. layak.

34Sesungguhnya aku niat menikahkanmu dengan salah satu dari kedua anakku, dengan dasar bahwa kamu bekerja bersamaku selama delapan tahun dan jika kamu menyelesaikan sepuluh tahun, maka itu (kebaikan) darimu, maka aku tidak akan membebani Anda.

لاق

ملس(

Rukun dan Syarat Pedagang Perantara

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menikmati harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu, dan janganlah kamu saling membunuh.

Hukum Samsarah (pedagang perantara)

Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.66 Dalam buku ini penulis tidak menemukan rukun samsara, melainkan hanya menemukan syarat-syarat samsara atau pedagang perantara. Pendapat yang lebih sahih adalah pendapat Rafi dan lain-lain yang menyatakan sah karena bersifat s'igah dan suka sama suka.

Pelaksanaan Pedagang Perantara Dalam Tata Niaga Tebu di Luar Pabrik Gula Pagotan

  • Hubungan Kerja Antara Pemilik Tebu dan Pedagang Perantara Setiap manusia yang saling membutuhkan orang lain pasti tidak
  • Upah atau Keuntungan yang Diperoleh Pedagang Perantara

Dalam pelaksanaan tata niaga tebu di Pagotan, pemberi kuasa memerintahkan perantara untuk menjual tebu, yaitu pemilik mengarahkan perantara untuk menjual tebu dengan harga yang diinginkan pemilik. Seorang tengkulak mendapat upah atau keuntungan langsung dari pemilik tebu, pemilik tebu mengarahkan tengkulak untuk menjual tebunya, kemudian pemilik tebu membayar upah kepada tengkulak, dan upah tersebut diberikan sesaat sebelum penjualan yaitu untuk biaya transportasi dan untuk makanan. . 40.000,00 maka tengkulak mendapat upah sebesar 1,5% per kuintal, dan itu tergantung berapa berat seluruh batang tersebut atau tidak.

Pedagang perantara mendapat upah atau keuntungan dari penjual, yaitu pedagang mengutus seorang perantara untuk membeli. Contoh: “A” memerintahkan pedagang perantara untuk menjual tebunya, tanpa pemilik tebu menyebutkan nominal harga yang diinginkannya. Menurut Pak Norsahid, cara pengambilan upah atau keuntungan melalui pedagang perantara sudah menjadi kebiasaan sejak lama, walaupun terkadang dengan cara pengambilan keuntungan yang terjadi, banyak pengguna jasa pialang atau pedagang perantara yang kecewa karena menurutnya hal tersebut. telah salah.

Dalam transaksi yang dilakukan dengan kuasa dan perantara persetujuan qabul atau akad dengan menggunakan akad lisan atau kata-kata yang bebas diucapkannya untuk memperoleh harga yang dapat diterima bersama. Cara ambil untung yang dilakukan broker adalah banyak pengguna jasa yang kecewa ketika mengetahui tidak jujur ​​dalam mengambil keuntungannya dan mereka kecewa setelah mengetahui hal tersebut sehingga broker terpaksa merelakan keuntungan yang didapatnya.

Analisa Fiqih Muamalah Terhadap Hubungan Kerja Antara Pemilik Tebu dan Pedagang Perantara

Dari data diatas maka pelaksanaan hubungan kerja antara pemilik tebu dengan pedagang perantara yaitu sebagai pedagang perantara dan muvekkil sebagai pemilik tebu, dimana pedagang perantara sebagai wakil diberi kuasa oleh pemilik tebu untuk menjual. tongkatnya dan pedagang perantara bertindak sesuai dengan nama pemilik tongkat. Sehingga hubungan kerja yang dilakukan oleh pemilik tebu adalah sebagai muvekkil dan pedagang perantara sebagai wakilnya adalah sah dan sah. Umumnya masyarakat desa di Pagotan dalam melakukan jual beli menggunakan jasa pedagang perantara yang didahului dengan akad atau ijab qabul.

Adapun bentuk akad yang sering digunakan oleh masyarakat desa dan pedagang perantara adalah lisan dan tidak tertulis. Pelaksanaan pedagang tengkulak yang pertama terjadi pada saat pemilik tebu hendak menjual tebunya, selanjutnya pemilik tebu akan menghampiri pedagang tengkulak yang bersedia menjual dagangannya, namun menurut adat masyarakat desa memanggil tengkulak. pedagang seorang broker. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa perantara pada era ini sangatlah penting, tidak ada salahnya perantara atau pedagang tengkulak.

Dalam fiqih muamelah, tengkulak dalam pagot termasuk dalam wakalah bi al-ujrah atau upah, karena pekerjaan tengkulak mewakili pekerjaan pemilik tebu. Dan perjanjian antara pemilik tebu, pedagang tebu dan pedagang perantara dengan menggunakan kontrak lisan atau kata-kata bebas mereka ucapkan sudah menjadi adat dan sudah mencapai harga yang siap untuk sah.

Analisis Fiqih Muamalah Terhadap Upah atau Keuntungan yang Diperoleh Pedagang Perantara

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa pekerjaan makelar atau pedagang perantara di Pagotan meliputi waka>lah muqajade, yaitu pihak pertama menunjuk pihak kedua sebagai wakilnya untuk bertindak atas nama muvekkil dalam urusannya. Pedagang tengkulak atau tengkulak hendaknya jujur, ikhlas dan tidak melakukan penipuan dan usaha haram serta tidak jelas halal atau haramnya. Ia berhak mendapat ganti rugi setelah ia berhasil memenuhi kontraknya, sedangkan pihak yang menggunakan jasa perantara atau perantara pedagang efek harus segera memberikan ganti rugi.

Para pengguna jasa broker dealer kecewa karena tidak jujur ​​dalam mendapatkan keuntungan, mereka terpaksa menggunakan jasa broker dealer untuk memberikan keuntungan tersebut. 102. Oleh karena itu, keuntungan yang diperoleh pedagang perantara secara tidak jujur ​​dan banyak dari pengguna jasa tersebut kecewa hingga merugikan pengguna jasa, seperti yang terjadi pada masyarakat desa di Pagotan, tidak dapat dibenarkan. Mengenai masalah upah atau keuntungan pedagang tengkulak langsung dari pemilik tebu, pedagang tengkulak menerimanya dengan sukarela.

Dari penjelasan Al-Qur’an dan kaidah fiqih tentang adat di atas, bahwa dalam pelaksanaan pengambilan keuntungan yang dilakukan oleh tengkulak dengan menggunakan persentase, maka yang terjadi di Pagotan Waki>l dapat diberi imbalan, namun besarnya gaji harus ditentukan. keluar dari jenis pekerjaan yang akan dilakukan perwakilan tersebut. Kemudian keuntungan yang diperoleh tengkulak dengan menjual tebu tanpa pemilik tebu menyebutkan harga nominalnya termasuk waka>lah muthlaqah dimana kewenangan dan tindakan wakil tersebut tidak dibatasi oleh syarat atau aturan tertentu dan seorang wakil mempunyai wewenang mutlak dalam menjual barang tersebut. dengan harga yang lebih besar atau lebih kecil.

Kesimpulan

Saran

Referensi

Dokumen terkait

2019031103 RAFAIRA HAYFASHALIA ANWARI (Malam). Hadir Hadir Hadir Hadir Hadir Hadir Hadir Hadir Hadir Hadir Hadir Hadir