• Tidak ada hasil yang ditemukan

pedoman - model revitalisasi bahasa daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pedoman - model revitalisasi bahasa daerah"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan Badan Pengembangan Bahasa (Language Agency), Indonesia memiliki 718 bahasa daerah. Dari keempat faktor tersebut, sikap penutur suatu bahasa terhadap bahasa daerahnya memberikan kontribusi paling besar terhadap punahnya suatu bahasa daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Bahasa mulai mengambil inisiatif untuk mengubah arah dan praktik perlindungan bahasa daerah.

Upaya ini dilakukan sebagai upaya untuk membangkitkan kembali keinginan dan minat penutur bahasa daerah untuk menggunakan bahasanya. Kehadiran pedoman tersebut tentu saja sangat berarti agar upaya kebangkitan bahasa daerah menjadi kerja sama yang integratif dan berkelanjutan.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Dasar Hukum
  • Tujuan
  • Sasaran
  • Ruang Lingkup
  • Indikator Keberhasilan
  • Isu Global Pelindungan Bahasa Daerah

Langkah perlindungan bahasa daerah melalui revitalisasi harus didukung dengan adanya juknis dan pedoman revitalisasi bahasa. Dengan demikian, kegiatan revitalisasi bahasa dapat dilaksanakan secara optimal dan berkelanjutan dengan koordinasi yang jelas dan tepat sasaran sesuai rencana upaya perlindungan bahasa daerah. Tujuan dari pedoman ini adalah untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan model revitalisasi bahasa daerah dalam kerangka Badan Bahasa, pemerintah daerah, dan instansi terkait lainnya seperti misalnya.

Pedoman ini bertujuan untuk melaksanakan revitalisasi bahasa daerah di lingkungan Badan Bahasa, pemerintah daerah, dan pihak terkait lainnya seperti perguruan tinggi dan komunitas penutur. Ruang lingkup pedoman pelaksanaan revitalisasi bahasa daerah meliputi (1) langkah kerja dan (2) tahapan tindakan kegiatan revitalisasi bahasa daerah.

KONSEP DASAR REVITALISASI

Dampak Globalisasi pada Situasi Kebahasaan di Indonesia

  • Jumlah dan Vitalitas Bahasa Daerah di Indonesia
  • Situasi triglosik

Dengan menganalisis tren ini dan mencatat penyebabnya, kita dapat memahami bagaimana bahasa Inggris menjadi bahasa global yang dominan di negara-negara berkembang. Hingga saat ini, bahasa Inggris merupakan bahasa yang menduduki peringkat tertinggi sebagai lingua franca di dunia. Dalam hal ini, kebijakan ekonomi baru dan perdagangan internasional telah meningkatkan penyebaran bahasa Inggris.

Faktanya, menguasai bahasa Inggris tidak lagi sekadar 'modis' namun dianggap sebagai cara efisien untuk menjadi kaya. Tidak ada bahasa lain yang menyebar secepat dan seluas bahasa Inggris dalam sejarah manusia. Menurut Kubota dan Ward (2000), penggunaan bahasa Inggris secara global saat ini dapat direpresentasikan dalam tiga lapisan.

Tingkat dalam mencakup Australia, Kanada, Irlandia, Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat, dengan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi. Di sini, bahasa Inggris bukanlah bahasa resmi, namun diajarkan, disebarkan, dan digunakan secara luas sebagai bahasa asing atau bahasa kedua. Dampak penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa global, yaitu pada tingkat yang lebih luas, memberikan dampak yang sangat besar terhadap dunia pendidikan di negara-negara yang bahasa Inggris bukan bahasa utamanya.

Misalnya saja di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, bahasa Inggris diajarkan sebagai bahasa asing di sekolah. Banyak sekolah, terutama di kota-kota besar, menawarkan kurikulum yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar (English as a Language of Teaching atau EMI). Seiring berjalannya waktu, bahasa Inggris menjadi bahasa yang banyak digunakan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dianggap penting untuk menguasai bahasa tersebut.

Dampak dari keadaan tersebut membuat banyak orang beranggapan bahwa menguasai bahasa Inggris jauh lebih penting dibandingkan menguasai bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Hasilnya, anak-anak dalam keluarga seperti ini lebih fasih berbahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia, meskipun mereka lahir dan besar di Indonesia (Onishi, 2010; Urip, 2015; Basuningtyas, 2014).

Gambar 6 Peta Bahasa di Indonesia
Gambar 6 Peta Bahasa di Indonesia

Pelindungan Bahasa Daerah

Upaya yang bertujuan untuk menggunakan kembali bahasa-bahasa yang terancam punah atau “tidak aktif” bervariasi dalam bentuk dan intensitas. Hal ini dapat mencakup pelajaran kosakata dasar bahasa, kumpulan publikasi bahasa, catatan lapangan dan korpora bahasa untuk penggunaan pedagogi, pembuatan sistem penulisan, pengembangan kamus dan buku teks berdasarkan kebutuhan pendidikan komunitas tutur, persiapan rekaman audio dan video, pembelajaran bahasa formal, pengorganisasian kamp bahasa dan pendirian sekolah imersi. Pertama, pemulihan bahasa yang mengacu pada upaya yang dilakukan masyarakat penutur untuk memulihkan bahasa yang hilang karena faktor luar.

Kedua, kebangkitan bahasa, merujuk pada kedudukan suatu bahasa yang tidak lagi mempunyai penutur yang hidup tetapi telah direkonstruksi dan digunakan kembali. Ketiga, pemertahanan bahasa, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk mendukung bahasa yang masih digunakan di banyak ranah sosial meskipun bersaing dengan bahasa dominan atau mayoritas. Model revitalisasi ini berupaya meningkatkan penguasaan bahasa dan sastra daerah melalui bidang pendidikan, baik muatan lokal maupun ekstrakurikuler.

Model revitalisasi ini menekankan pada peningkatan penguasaan bahasa dan sastra daerah melalui komunitas, seperti kelompok seni atau kelompok peminat bahasa dan sastra daerah. Model revitalisasi ini menekankan pada peningkatan penguasaan masyarakat terhadap bahasa dan sastra daerah melalui lingkungan rumah tangga. Peserta dalam kegiatan revitalisasi model ini adalah individu atau kelompok sebagai kerangka bahasa dan sastra daerah dalam ranah kekeluargaan.

Di sarang bahasa, penutur bahasa yang lebih tua berpartisipasi dalam pendidikan anak melalui transfer bahasa antar generasi. Oleh karena itu, program revitalisasi bahasa yang baik sangat bergantung pada sejauh mana kita dapat melihat dan mempertimbangkan berbagai faktor pemicu seorang individu dalam suatu masyarakat untuk dapat memilih bahasa yang ingin digunakan. Oleh karena itu, hal-hal tersebut diharapkan dapat membantu terbentuknya ekosistem bahasa, sehingga menimbulkan dampak sebagai berikut.

Praktik Pelindungan Bahasa

Hingga tahun 2022, lebih dari 100 buku sastra dari berbagai bahasa daerah telah mendapatkan penghargaan ini. Selain Anugerah Sastra Rancagé, pusat dan kantor bahasa di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali juga kerap memberikan penghargaan kepada para penulis bahasa daerah. Merupakan upaya untuk menyebarkan konten pengetahuan yang ditulis dalam bahasa daerah kepada kelompok yang belum menguasai bahasa tersebut.

Berdasarkan data Yayasan Kebudayaan Rancagé yang rutin mendata penerbitan buku bahasa daerah, di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali, daerah Model A masih menerbitkan sekitar 100 judul buku bahasa daerah setiap tahunnya. Namun publikasi literatur dan bahasa daerah masih perlu ditingkatkan karena tidak sebanding dengan jumlah penutur bahasa-bahasa tersebut. Bagi pecinta bahasa daerah Jawa, Sunda, Bali, dll, dihilangkannya bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di setiap jenjang sekolah menimbulkan semacam kepahitan terhadap nasib dan masa depan bahasa daerah masing-masing.

Padahal, bahasa daerah patut dijaga dan dikembangkan karena merupakan “pengaya bangsa Indonesia”. Keberadaan berbagai komunitas yang mempunyai visi memajukan bahasa daerah memegang peranan penting dalam pemajuan bahasa daerah. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Merdeka Belajar episode ke-17 bertajuk Revitalisasi Bahasa Daerah pada Selasa, 22 Februari 2022.

Dalam program revitalisasi tersebut, Kemendikbud menyasar komunitas tutur dalam penerapan model dan program pengajaran di setiap daerah, antara lain keluarga, guru, master, dan aktivis pelestarian bahasa dan sastra daerah. Misalnya untuk revitalisasi bahasa di sekolah, siswa akan diberikan kebebasan memilih bahasa daerah yang ingin dipelajari sesuai minat masing-masing dan akan tersedia medianya. Revitalisasi bahasa Model A ditujukan bagi bahasa daerah yang mempunyai ciri-ciri: (1) vitalitas bahasa tersebut aman atau rentan, (2) merupakan bahasa dominan dalam masyarakat penuturnya, dan (3) mempunyai jumlah yang banyak. pembicara.

Konsep Dasar Revitalisasi Bahasa Model A

PENDEKATAN BARU

REVITALISASI BAHASA DAERAH MODEL A

  • Kurikulum dan Materi Revitalisasi Bahasa Daerah Model A
  • Bercerita atau Mendongeng
  • Berpidato
  • Cerita Pendek
  • Puisi
  • Tembang (Pupuh atau Geguritan atau Macapat)
  • Lawakan Tunggal (Khusus untuk Guru)
  • Cerdas Cermat ( Calakan Telik )
  • Materi Lainnya
    • Kemitraan
    • Implementasi Revitalisasi Bahasa Daerah Model A
  • Rapat Koordinasi
  • Sosialisasi dan Pelatihan Guru Master
  • Diseminasi dan Implementasi di Sekolah
  • Evaluasi Program
    • Pengendalian Mutu

Materi yang mengikuti Festival Bahasa Ibu SD dan SMP tingkat provinsi ini merupakan bagian dari pembelajaran bahasa daerah yang diterima siswa di sekolah. Karena setiap ayatnya menggunakan bahasa daerah, maka materi ini dapat dijadikan bahan untuk menghidupkan kembali bahasa daerah. Keberhasilan revitalisasi bahasa dan sastra daerah sangat ditentukan oleh eratnya kerjasama berbagai pihak yang mempunyai kepentingan terhadap bahasa daerah.

Lembaga pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai mitra badan dan UPT bahasa daerah dalam melaksanakan revitalisasi bahasa daerah. Kemitraan dengan perguruan tinggi terutama pada pelaksanaan program MBKM bahasa daerah yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Program Revitalisasi Bahasa Daerah MBKM merupakan program MBKM yang mensinergikan peran perguruan tinggi melalui partisipasi mahasiswa dalam program revitalisasi bahasa daerah yang dikonversikan menjadi 20 SKS.

Dalam rakor tersebut turut diundang para kepala SD KKG dan ketua MGMP mulok bahasa daerah tingkat kabupaten/kota serta perwakilan dinas pendidikan kabupaten/kota daerah percontohan, serta akademisi dan praktisi. tamu yang akan dijadikan narasumber pada kegiatan revitalisasi bahasa daerah. Fase ini mengundang perwakilan dinas pendidikan kabupaten/kota, pengawas, dan guru master untuk melakukan sosialisasi rancangan kurikulum dan memberikan pelatihan bahasa untuk merevitalisasi bahasa daerah.

Sosialisasi program kegiatan bertujuan untuk menyebarkan informasi kegiatan revitalisasi bahasa daerah bagi penutur muda kepada pihak terkait. Peran Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang diharapkan adalah melakukan pengawasan terhadap program ini dan memfasilitasi program revitalisasi bahasa daerah bagi penutur muda, khususnya pada saat pelaksanaannya di satuan pendidikan. Para guru kemudian menerapkan materi kebangkitan bahasa daerah kepada siswanya di tingkat satuan.

Pelatihan di bidang ini merupakan upaya mendorong program revitalisasi bahasa daerah bagi penutur muda di tingkat kabupaten/kota. Sedangkan perlombaan tingkat provinsi difasilitasi oleh balai/kantor bahasa yang berkoordinasi dengan dinas pendidikan provinsi serta mulok MGMP bahasa daerah tingkat provinsi.

PENUTUP

Program revitalisasi bahasa yang baik sangat bergantung pada sejauh mana kita mengetahui cara melihat dan mempertimbangkan berbagai faktor pemicu seorang individu dalam suatu masyarakat untuk memilih bahasa yang akan digunakan. Dengan kata lain, pendekatan ini mencoba beradaptasi dengan situasi yang berbeda sebagai respons terhadap hasil analisis kebutuhan bahasa dengan jumlah penutur yang banyak di Indonesia. Namun pedoman ini juga disusun secara tidak kaku sehingga juga dapat memfasilitasi pendekatan revitalisasi berbasis komunitas dan komunitas jika bahasanya sesuai dan dapat menggunakan pendekatan berbasis komunitas atau community-based.

Harapan kedepan dari penataan ini adalah masyarakat penuturnya dapat lebih beradaptasi sehingga dapat memberikan ruang lebih terhadap penggunaan bahasa daerahnya. Pemerintah hanya dapat memfasilitasi dan membantu mendorong penggunaan bahasa ini pada tingkat yang lebih tinggi dan mencegah bahasa tersebut menjadi rentan. Triglosia Indonesia: Membentuk Kembali Hubungan Interlingual untuk Indonesia.” Pidato Pengukuhan Guru Besar Antropolinguistik Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Khairun, Ternate, 5 Desember 2013.

Indonesia: diglosia atau triglosia. Prosiding Seminar Nasional Sosiolinguistik-Dialektologi: “Kajian Sosiolinguistik dan Dialektologi dalam Konteks Sosial Budaya di Indonesia”, hal. 136-155. Prospek dan Kemungkinan' dalam Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde, 150 volume Bijdragen; Melihat ke Belakang dan Melihat ke Depan 150(4). 1.500 bahasa yang terancam punah bisa hilang pada akhir abad ini” di https://www.weforum.org/.

Gambar

Gambar 1 Kepunahan Bahasa di Era 1920-an
Gambar 2 Kepunahan Bahasa di Era 1940-an
Gambar 3. mengilustrasikan bagaimana bahasa-bahasa di dunia sampai  sepertiga akhir abad kedua puluh mengalami penurunan jumlah penutur  dan pemakaiannya
Gambar 4 Kepunahan Bahasa pada Tahun 1990-an
+6

Referensi

Dokumen terkait

Abstracts of a health research article seem simple, but it is often found that the abstracts written turned out to not be able to represent the contents of the paper as a whole..