Pengolahan data satelit geostasioner (MTSAT2) menghasilkan citra untuk domain wilayah Indonesia dan citra untuk domain wilayah lokal yaitu untuk wilayah pemantauan lokal di bawah yurisdiksi UPT masing-masing (lihat Lampiran 2). Periksa kelengkapan data dan citra satelit dari GSR dan MTSAT-SATAID Multicast/Client Receiver pada media penyimpanan data selama 24 jam terakhir. Backup data dan citra satelit dari GSR dan MTSAT-SATAID Multicast/Client Receiver selama 7 hari terakhir.
Diseminasi Data dan Citra Satelit
Mengirimkan data dan produk citra satelit terpilih ke database satelit pusat BMKG (c.q. Subbidang Pengelolaan Citra Satelit) melalui FTP.
Dokumentasi
Troubleshooting
Operasi khusus adalah kegiatan operasional yang dilakukan pada acara-acara khusus untuk mendukung operasional MEWS di BMKG Pusat dan UPT BMKG daerah.
Monitoring Potensi Cuaca Signifikan
Kegiatan pemantauan penyebaran asap kebakaran hutan dibagi menjadi dua tahap, yaitu mengidentifikasi titik api yang dianggap sebagai sumber penyebaran asap (menggunakan MTSAT2 atau NOAA18/19), dan membuat lintasan penyebaran asap untuk beberapa hari mendatang menggunakan SATAID. Jika piksel dengan warna kuning cerah muncul pada gambar komposit RGB, maka piksel tersebut diidentifikasi sebagai lokasi hotspot. Download data hotspot yang terdeteksi sensor MODIS pada satelit TERRA/AQUA dari website FIRMS (Fire Information for Resource Management System) di url ftp://mapsftp.geog.umd.edu/ untuk wilayah Asia Tenggara, dimana filenya berisi lokasi dan informasi lainnya tentang hotspot selama 1 hari.
Monitoring Debu Vulkanik dari Letusan Gunung Berapi
File ini dapat diproses ulang dengan software GIS (misalnya ArcView GIS) untuk membuat peta Hotspot. O P E R A S I O N A L M E N G A N T E R C i t r a S a tel i t – U P T B M K G D a e ra h | 16 a) Apabila terjadi letusan gunung berapi yang mengeluarkan material vulkanik, identifikasi wilayah sebaran abu vulkanik dilakukan dengan menggunakan citra satelit MTSAT pada saluran IR1 dan IR2 serta data NWP-JMA. Debu vulkanik dapat diketahui jika kontur suhu dengan jendela terbelah (IR1-IR2) ternyata minus (-) kurang dari -0,5ºC. d) Melakukan pengolahan citra menggunakan teknik RGB (Merah-Hijau-Biru) dengan sistem tampilan dan analisis data satelit menggunakan citra SP (IR1-IR2), S2 (IR4-IR1) dan IR4. e) Metode RGB yang digunakan adalah Merah (RED) untuk gambar SP, Hijau (HIJAU) untuk gambar S2 dan Biru (BLUE) untuk gambar IR4. f) Debu vulkanik dapat diidentifikasi berbeda dengan awan lainnya, tampak berwarna merah muda pada gambar RGB.
Monitoring Kejadian Khusus
Sedangkan awan lainnya seperti awan konvektif (Cu, Cg, Cb) akan berwarna oranye ~ merah, awan konvektif puncak dingin (Cb dengan suhu puncak awan sangat dingin) akan berwarna kuning cerah dan coklat muda, menandakan awan rendah (St, Mist) . ) dan biru muda abu-abu biasanya menunjukkan awan perantara (seperti As, Ac). Analisis data NWP berupa data angin vertikal dan horizontal untuk berbagai tingkat, suhu dan kelembaban di daerah kejadian serta parameter cuaca lainnya untuk memperoleh gambaran pembentukan awan dan curah hujan di daerah tersebut. Pedoman Operasional Pengelolaan Citra Satelit ini bersifat dinamis sehingga dapat diperbaharui sesuai dengan perkembangan sistem dan metode analisis citra satelit di BMKG serta dapat disesuaikan dengan teknologi terkini di bidang satelit meteorologi.
Pengertian dasar identifikasi jenis awan dengan satelit
Dalam identifikasi jenis awan berdasarkan pengamatan satelit, jenis awan digolongkan menjadi 7 kelompok, yaitu: Ci (awan tinggi), Cm (awan tengah), St (stratus/kabut), Cb (cumulonimbus), Cg (cumulus congestus), Cu (kumulus) dan Sc (stratokumulus). Jenis awan yang dikelompokkan dalam awan stratiform : Ci, Cm, St; sedangkan kelompok awan konvektif : Cb, Cg, Cu; Sedangkan Sc merupakan bentuk peralihan dari keduanya yaitu memiliki ciri-ciri awan stratiform dan konvektif. Awan stratiform memiliki permukaan horizontal yang jauh lebih lebar dibandingkan permukaan/ketebalan vertikalnya (ketebalan awan).
Awan ini dicirikan sebagai wilayah awan yang memanjang luas dan saling berhubungan serta mempunyai permukaan awan yang datar dan halus. Sedangkan awan konvektif lebih tebal dan cakupan permukaannya lebih sempit dibandingkan awan stratiform. Awan ini mudah dikenali sebagai wilayah awan yang sel-selnya terpisah dan permukaan awannya tidak rata.
Awan yang terlihat dari satelit dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu: awan tinggi, awan sedang, dan awan rendah. Jika diklasifikasikan berdasarkan ketinggian puncak awan, awan tinggi umumnya memiliki puncak awan pada ketinggian 400 hPa atau lebih, awan rata-rata antara 400 - 600 hPa, dan awan rendah memiliki puncak awan pada ketinggian 600 hPa atau kurang. Selain awan tinggi (Ci) dan awan sedang (Cm), Cu, St dan Sc juga termasuk dalam kelompok awan rendah.
Identifikasi jenis awan
Identifikasi dengan citra visibel dan infrared Prinsip identifikasi dengan citra VIS
Pada awan tipis, radiasi dari bawah awan juga dirasakan oleh lapisan awan selain radiasi awan itu sendiri. Hal ini menyebabkan suhu puncak awan menjadi lebih tinggi dari suhu sebenarnya, dan dapat menyebabkan kesalahan dalam penentuan puncak awan. Misalnya, Ci sering kali terdiri dari lapisan awan tipis, sehingga cenderung diartikan sebagai Cm jika hanya menggunakan gambar IR.
Sedangkan Ci yang sangat tebal memiliki puncak awan yang kurang lebih sama dengan Cb sehingga seringkali sulit dibedakan dengan Cb. St memiliki suhu puncak awan yang rendah, yang seringkali sama dengan suhu permukaan, sehingga sulit untuk mendeteksi keberadaan awan St hanya dengan menggunakan gambar IR. Misalnya, karena St memiliki ketinggian puncak awan yang konstan, tepi awannya sering kali diasumsikan terbentuk sepanjang kontur orografis.
Awan konvektif umumnya terdapat sebagai kumpulan awan (cloud cluster) yang cakupannya lebih kecil. Jika awan konvektif terus berkembang, ketebalannya akan bertambah dan menyatu sehingga menambah luas awan jika dilihat dari satelit. Urutan individu awan konvektif dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai berikut: Cb, Cg dan Cu.
Awan konvektif menunjukkan pola karakteristik seperti linier, meruncing, atau seluler.
Identifikasi awan berdasarkan teksturnya (dengan citra VIS)
Identifikasi awan berdasarkan pergerakannya
Identifikasi awan dengan perubahannya terhadap waktu
Dalam gambar IR, awan ini tampak sebagai awan putih lebar yang bergerak searah dengan hembusan angin di lapisan atas. Pada citra IR, warna tampak abu-abu karena suhu lebih tinggi dibandingkan wilayah awan A yang cakupannya seragam. Pada citra IR tampak lebih gelap dibandingkan awan di sekitarnya dan suhunya hampir sama dengan suhu permukaan laut sehingga sangat sulit dibedakan.
Wilayah awan D yang terlihat di dekat Semenanjung Korea adalah Sc (stratocumulus) yang tampak abu-abu tua pada gambar IR. Pada citra VIS tampak berwarna abu-abu muda dan memiliki permukaan lebih kasar serta batas awan yang jelas dibandingkan awan pada C. Sedangkan pada citra VIS tampak berwarna putih cerah dan membentuk gugusan awan (kumulus) dan batas awan terlihat jelas.
Pada gambar IR, tepi barat awan terlihat jelas, namun agak redup ke arah timur karena awan tertiup angin dari hulu. Pada citra VIS, awan-awan tersebut tampak berwarna putih cerah sebagai gugusan awan berselang (kumulus) pada garis awan Cu. Pada gambar IR, cluster terlihat dan tepi barat awan terlihat jelas.
Gugusan awan I yang terlihat di Tiongkok utara pada gambar IR juga merupakan awan Ci.
Wilayah awan yang hanya terdiri dari Ci
Seringkali awan seperti ini salah diidentifikasi sebagai Cb jika dilihat dari bentuk dan suhu puncak awan. Dalam kasus awan seperti ini, ia diidentifikasi sebagai Ci berdasarkan fakta bahwa: "di atas Semenanjung Korea terdapat palung atas dan Cb akan sulit terlihat di balik palung". Dalam hal ini, observasi satelit dan observasi permukaan menentukan jenis awan yang sama.
Wilayah awan-awan Ci dan Cm bertumpuk (superimpose)
Hanya ujung barat Ci yang menutupi sekitar kota Tottori, dan awan lainnya teramati. Sedangkan gambar b merupakan gambar IR dan c merupakan gambar VIS pada tanggal yang sama (12.00 LST). 22 Sep 1978, pukul 11.11 LST) Lingkaran menunjukkan wilayah Kota Tottori, Jepang dan sekitarnya. Jika dilihat di wilayah Tottori dan sekitarnya (area yang dilingkari), terlihat awan Ci (cirrus) dan Cm (midcloud) menutupi dan memanjang dari Laut Cina Timur.
Dalam hal ini, awan Ac merupakan lapisan awan tunggal yang menutupi hampir seluruh langit di atas Tottori, sehingga tidak ada awan tinggi yang terlihat dari pengamatan permukaan.
Wilayah awan dimana terdapat Sc dan Cu bersama-sama (coexist)
Pada gambar IR, terdapat area awan yang menutupi wilayah Kota Kiyose dan sekitarnya (lingkaran) meski tidak tampak tebal. Untuk awan jarang seperti yang ukurannya lebih kecil dari resolusi radiometer satelit, puncak awan diperkirakan lebih rendah karena radiasi dari permukaan melalui area jarang di antara awan meningkatkan jumlah radiasi dari awan yang diterima oleh radiometer satelit. .
Wilayah awan berupa Ci saja
Pada gambar IR terlihat hamparan awan yang didominasi awan tinggi dan sedang mulai dari perairan timur Jepang hingga kawasan lepas pantai Tokai. Anda dapat melihat awan Cirrus beserta aliran jet yang bertiup ke utara sabuk awan ini dan beberapa awan ini menutupi area di atas Kota Sendai. Dalam hal ini hasil observasi menentukan jenis awan sebagai medium cloud, berbeda dengan penentuan jenis awan menggunakan citra satelit.
Wilayah yang tertutup hanya oleh awan Sc
Hasil penentuan jenis awan dari citra IR dan VIS: pada area tersebut hanya terdapat awan Sc. Untuk awan rendah, identifikasi bentuk awan dari pengamatan permukaan relatif konsisten dengan identifikasi jenis awan dari pengamatan satelit.
Wilayah awan campuran Cb, Cg dan Cu
Pada citra satelit, wilayah Tokyo dan sekitarnya tertutup awan Sc. Untuk awan rendah, identifikasi bentuk awan dari pengamatan permukaan relatif konsisten dengan identifikasi jenis awan dari pengamatan satelit. Tanda X menunjukkan kota Kiyose, Tokyo dan sekitarnya). Citra satelit menunjukkan awan Cb terlihat di wilayah Tokai dan Kanto dan gugus Cb kecil terbentuk di bagian selatan Prefektur Tochigi (ditandai dengan X). Pengamatan permukaan menunjukkan bahwa awan Cb berada di timur laut Kota Kiyose menuju Prefektur Tochigi (jarak sekitar 60 km).
Wilayah awan campuran Cu dan Cg
Jika melihat citra satelit, Anda akan melihat sabuk awan konvektif membentang di atas perairan timur Semenanjung Izu dan Ooshima. Kepala Pusat Meteorologi Umum: [email protected]; [email protected] Kepala Pengelolaan Citra Sensori: [email protected]. Subsektor Informasi Meteorologi Maritim: [email protected] Subsektor Informasi Meteorologi Penerbangan: [email protected] Subsektor Pengelolaan Citra Radar: [email protected].
SATAID (Animasi Satelit dan Diagnosis Interaktif): seperangkat perangkat lunak CAL (Computer-Aided Learning) untuk MS-Windows yang memungkinkan penggunaan berbagai data meteorologi dengan fokus pada citra satelit.