• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PENETAPAN FUNGSI JALAN DAN STATUS JALAN BERDASARKAN PERMEN PU NO. 03/PRT/M/2012

N/A
N/A
Eddy Ristanto

Academic year: 2023

Membagikan "PEDOMAN PENETAPAN FUNGSI JALAN DAN STATUS JALAN BERDASARKAN PERMEN PU NO. 03/PRT/M/2012"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PENETAPAN FUNGSI JALAN DAN STATUS JALAN BERDASARKAN PERMEN PU NO. 03/PRT/M/2012

( 03 November 2020)

(2)

1. DASAR HUKUM

2. TUJUAN DAN LINGKUP PENGATURAN 3. PENGELOMPOKAN JALAN

4. PENETAPAN FUNGSI JALAN (PRIMER DAN SEKUNDER) 5. PROSEDUR PENETAPAN FUNGSI JALAN

6. PROSEDUR PENETAPAN STATUS JALAN

7. PERUBAHAN FUNGSI JALAN & STATUS JALAN

O u t l i n e

(3)

Penetapan & Prosedur Penetapan Fungsi Jalan & Status Jalan

Wewenang Penetapan Fungsi Jalan & Status Jalan

Perubahan Fungsi Jalan & Status Jalan

Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan diatur dalam Peraturan Pemerintah

Ketentuan lebih lanjut mengenai status jalan umum diatur dalam Peraturan Pemerintah

Sistem jaringan jalan primer ditetapkan dengan Kepmen dengan memperhatikan pendapat menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang transportasi

 Penetapan ruas-ruas jalan menurut fungsinya untuk jalan arteri dan jalan kolektor yang menghubungkan antar ibukota provinsi dalam sistem jaringan jalan primer dilakukan secara berkala dengan Kepmen

 Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan nasional dilakukan dengan memperhatikan fungsi jalan yang telah ditetapkan oleh Menteri

 Penetapan ruas-ruas jalan menurut fungsi dan statusnya dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan wilayah yang telah dicapai secara berkala (PALING SINGKAT 5 (LIMA) TAHUN)

JALAN

LALU LINTAS TATA

RUANG

KM No. 49 Tahun 2005 tentang SISTRANAS

UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ

UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan

PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol

UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan Pasal 8 ayat (6) dan 9

ayat (7)

UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan Pasal 8 ayat (6) dan 9

ayat (7)

PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan Pasal 60, 61 ayat (1) & (2)

beserta penjelasannya; serta Pasal 62 ayat (1) & (6) beserta

penjelasannya

PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan Pasal 60, 61 ayat (1) & (2)

beserta penjelasannya; serta Pasal 62 ayat (1) & (6) beserta

penjelasannya

Penetapan Kepmen dimaksud mengacu pada: Permen PU No.

03/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penetapan Fungsi

Jalan dan Status Jalan Penetapan Kepmen dimaksud mengacu pada: Permen PU No.

03/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penetapan Fungsi

Jalan dan Status Jalan

1. Dasar Hukum

3

(4)

TUJUAN PENGATURAN LINGKUP PENGATURAN

2. Tujuan dan Lingkup Pengaturan

 Mewujudkan tertib penyelenggaraan jalan;

 Mewujudkan kepastian hukum mengenai fungsi jalan dan status jalan.

 Penetapan dan perubahan fungsi jalan; dan

 Penetapan dan perubahan status jalan.

JALAN adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,

jalan lori, dan jalan kabel. 4

(5)

3. Pengelompokan Jalan

5

PERUNTUKA

N SISTEM FUNGSI STATUS

JALAN UMUM (Jalan yang diperuntukk an bagi lalu lintas umum)

SISTEM PRIMER

(Merupakan sistem jaringan jalan dengan

peranan pelayanan distribusi barang dan

jasa untuk pengembangan semua

wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua

simpul jasa distribusi yang berwujud pusat

pusat kegiatan)

Arteri (JAP) SK Menteri

PU JALAN NASIONAL:

JAP, JKP-1, JSN, Jalan Tol

SK Menteri Kolektor-1 (JKP-1) PU

Kolektor-2(JKP-2)

SK Gubernur

JALAN PROVINSI:

JKP-2, JKP-3, JSP, Ruas jalan di wilayah DKI Jakarta kecuali jalan

nasional

SK Gubernur Kolektor-3 (JKP-3)

Kolektor-4 (JKP-4) JALAN KABUPATEN

(JKP-4, JLP, Jling-P, JSK, JAS, JKS, JLS, Jling-S)

dan JALAN DESA (JLing-P & JLP yang tidak termasuk jalan kabupaten di

dalam kawasan perdesaan )

SK Bupati Lokal (JLP)

Lingkungan (Jling- P)

SISTEM SEKUNDER

(Merupakan sistem jaringan jalan dengan

peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat

di dalam kawasan perkotaan)

Arteri (JAS) Kolektor (JKS)

JALAN KOTA:

(JAS, JKS, JLS, Jling-S)

SK Walikota Lokal (JLS)

Lingkungan (Jling- S)

JALAN KHUSUS

(Jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.)

KETERANGAN :

JAP : Jalan Arteri Primer

JKP-1 : Jalan Kolektor Primer-1 (Antar Ibukota Propinsi)

JKP-2 : Jalan Kolektor Primer-2 (Ibukota Propinsi dengan Ibukota Kabupaten)

JKP-3 : Jalan Kolektor Primer-3 (Antar Ibukota Kabupaten)

JKP-4 : Jalan Kolektor Primer-4 (Ibukota Kabupaten dengan Ibukota Kecamatan)

JLP : Jalan Lokal Primer Jling-P : Jalan Lingkungan Primer JAS : Jalan Arteri Sekunder JKS : Jalan Kolektor Sekunder JLS : Jalan Lokal Sekunder JLing.S : Jalan Lingkungan Sekunder

(6)

Pengelompokan Jalan (menurut sistem jaringan jalan)

SISTEM PRIMER

Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat pusat kegiatan.

SISTEM SEKUNDER

Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

(Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan bersifat menerus yang memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk ke dalam kawasan perkotaan)

(Yang dimaksud dengan kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta kegiatan ekonomi)

6

(7)

P E R G E R A K A N

AKSESIBILITAS ARTERI

KOLEKTOR

LOKAL

20 Km/jam 100 Km/jam

Lalulintas Menerus

Makin Dominan

Vol. & Kec.

rendah

Akses dikontrol

penuh

Akses tidak dikontrol Vol. & Kec.

tinggi Lalulintas Lokal terbatas

Areal Permukiman Semakin Dominan Peruntukan Jalan Akses dan Parkir Semakin Bertambah

Lebar Efektif Berkurang Hambatan Sam

ping Be

rtambah

Kriteria Arteri Kolektor Lokal Lingkunga n Angkutan yang

dilayani Utama Pengump

ul Setempat Lingkungan

Jarak perjalanan Jauh Sedang Dekat Dekat Kecepatan rata-rata Tinggi Sedang Rendah Rendah Jumlah jalan masuk Dibatas

i Dibatasi Tidak

Dibatasi Tidak Dibatasi

HIERARKI JALAN

Kriteria Jalan Menurut Fungsi

UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

7

(8)

JALAN NASIONAL

Merupakan jalan arteri dan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang mengubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol

JALAN PROVINSI

Merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan

ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi

JALAN KABUPATEN

Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten

JALAN KOTA

Merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,

menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota

JALAN DESA

Merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa serta jalan lingkungan

Kriteria Jalan Menurut Status

UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

8

(9)

4 a.PENETAPAN FUNGSI JALAN

(SISTEM PRIMER)

(10)

Pusat Kegiatan dan Klasifikasi Fungsi Jalan dalam Sistem Jaringan Jalan Primer

Fungsi jalan dalam sistem jaringan jalan primer Fungsi jalan dalam sistem

jaringan jalan primer

Pusat-pusat Kegiatan dalam Sistem Jaringan

Jalan Primer Pusat-pusat Kegiatan dalam Sistem Jaringan

Jalan Primer

10

•Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan SKALA INTERNASIONAL, NASIONAL, atau BEBERAPA PROVINSI.

PKN

•Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan SKALA PROVINSI atau BEBERAPA KABUPATEN/ KOTA

PKW

•Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan SKALA KABUPATEN/ KOTA atau BEBERAPA

KECAMATAN

PKL

•Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan SKALA KECAMATAN atau BEBERAPA DESA

PK-Ling

•Kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan KAWASAN PERBATASAN NEGARA

PKSN

•Pengaruh sangat penting SECARA NASIONAL terhadap kedaulatan negara, hankam, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, warisan dunia

Kawasan Strategis Nasional

•Pengaruh sangat penting DALAM LINGKUP PROVINSI terhadap ekonomi, sosial, budaya, lingkungan

Kawasan Strategis Provinsi

•Pengaruh sangat penting DALAM LINGKUP KABUPATEN/

KOTA terhadap ekonomi, sosialm budaya, lingkungan

Kawasan Strategis Kabupaten

• Jalan Arteri Primer

JAP

• Jalan Kolektor Primer

JKP

• Jalan Lokal Primer

JLP

• Jalan Lingkungan Primer

JLing-P

(11)

Perkotaan PKN PKW PKL PKLing Persil PKSN Bandara Utama PengumpulBandara

Bandara

Pengumpan Pelabuhan

Utama Pelabuhan

Pengumpul PengumpanPelabuhan KSN KSP KSK

PKN JAP JAP JKP JLP Jling.P JSN JAP JAP --- JAP JAP --- JSN --- ---

PKW JAP JKP JKP JLP Jling.P JSN JAP JAP JSP JAP JAP JSP JSN JSP ---

PKL JKP JKP JLP JLP Jling.P JSN --- --- JSK --- --- JSK --- --- JSK

PKLing JLP JLP JLP JLP Jling.P --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

Persil Jling.P Jling.P Jling.P Jling.P Jling.P --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

PKSN JSN JSN JSN --- --- JSN --- --- --- --- --- --- --- --- ---

Bandara

Utama JAP JAP --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

Bandara

Pengumpul JAP JAP --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

Bandara

Pengumpan --- JSP JSK --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

Pelabuhan

Utama JAP JAP --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

Pelabuhan

Pengumpul JAP JAP --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

Pelabuhan

Pengumpan --- JSP JSK --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

KSN JSN JSN --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

KSP --- JSP --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

KSK --- --- JSK --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

Arahan Penataan Ruang dalam Pengaturan Fungsi Jalan pada Sistem Jaringan Jalan Primer

JKP-1 Ibukota Provinsi Ibukota Provinsi

JKP-2 Ibukota Kabupaten/ Kota

JKP-3 Ibukota Kabupaten/ Kota Ibukota Kabupaten/ Kota

JKP-4 Ibukota Kecamatan

11

(12)

JAP (Jalan Arteri Primer)

 Antar PKN

 Antara PKN dan PKW

 Antara PKN dan/atau PKW dan Pelabuhan Utama/Pengumpul

 Antara PKN dan/atau PKW dan Bandar Udara Utama/Pengumpul

JKP (Jalan Kolektor Primer)

 JKP-1  Antaribukota provinsi

 JKP-2  Antara ibukota provinsi dan ibukota kabupaten/kota

 JKP-3  Antaribukota kabupaten/kota

 JKP-4  Antara ibukota kabupatern/kota dan ibukota kecamatan

JLP (Jalan Lokal Primer)

 Antara PKN dan PK-Ling

 Antara PKW dan PK-Ling

 Antar PKL

 Antara PKL dan PK-Ling

Jling.P (Jalan Lingkungan Primer)

 Antar pusat kegiatan dalam kawasan perdesaan

 Jalan dalam lingkungan kawasan perdesaan

Fungsi Jalan dalam Sistem Jaringan Jalan Primer

JALAN NASIONAL

JALAN DAERAH (Prov/ Kab)

12

(13)

Contoh Jaringan Jalan Sistem Primer

Menghubungkan antara PKN Bandar Lampung dan PKW Kotabumi

13

PKN Bandar Lampung

(I/C/1) PKN Bandar

Lampung (I/C/1) PKW Metro

(I/C/1) PKW Metro

(I/C/1)

PKW Kalianda

(II/B) PKW Kalianda

(II/B) PKW Kota

Agung (II/B) PKW Kota

Agung (II/B) PKW Liwa

(II/C/2) PKW Liwa

(II/C/2)

PKW Menggala (II/B PKW Menggala

(II/B

PKW Kotabumi (II/C/1) PKW Kotabumi

(II/C/1)

(14)

4 b.PENETAPAN FUNGSI JALAN

(SISTEM SEKUNDER)

(15)

Pusat Kegiatan dan Klasifikasi Fungsi Jalan dalam Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Kawasan Perkotaan dalam

Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Kawasan Perkotaan dalam

Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Fungsi jalan dalam sistem jaringan jalan sekunder Fungsi jalan dalam sistem

jaringan jalan sekunder

15

•Kawasan perkotaan yang memiliki fungsi pelayanan untuk KAWASAN PERKOTAAN dan KAWASAN WILAYAH DI LUARNYA

Kawasan Primer

•Kawasan perkotaan yang memiliki fungsi pelayanan untuk SELURUH WLAYAH KAWASAN PERKOTAAN YANG BERSANGKUTAN

Kawasan Sekunder I

•Kawasan perkotaan yang memiliki fungsi pelayanan yang merupakan bagian dari FUNGSI SEKUNDER - I

Kawasan Sekunder II

•Kawasan perkotaan yang memiliki fungsi pelayanan yang merupakan bagian dari FUNGSI SEKUNDER - II

Kawasan Sekunder III

•Kelompok rumah yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan

Perumahan

•Sebidang tanah dengan ukuran tertentu untuk keperluan perumahan/ kegiatan lainnya

Persil

• Jalan Arteri Sekunder

JAS

• Jalan Kolektor Sekunder

JKS

• Jalan Lokal Sekunder

JLS

• Jalan Lingkungan Sekunder

JLing-S

(16)

Keterangan :

JAS = Jalan Arteri Sekunder JKS = Jalan Kolektor Sekunder JLS = Jalan Lokal Sekunder

JLing.S = Jalan Lingkungan Sekunder

Arahan Penataan Ruang dalam Pengaturan Fungsi Jalan pada Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Perkotaan Primer Sekunder I Sekunder II Sekunder III Perumahan

Primer --- JAS --- --- ---

Sekunder I JAS JAS JAS --- JLS

Sekunder II --- JAS JKS JKS JLS

Sekunder III --- --- JKS JLS JLS

Perumahan --- JLS JLS JLS Jling.S

16

Kawasan Primer

Kawasan Sekunde

r I

Kawasan Sekunde

r II

Kawasan Sekunde

r III

Perumahan

JAS JAS

JAS JAS JAS

JKS

JKS

JLS

JLS JLS

JLS

JLing S

Kawasan Sekunde

r I

Kawasan Sekunde

r II

Kawasan Sekunde

r III

Perumahan

(17)

Bandar Udara

Pergudangan

Kawasan Industri Regional

Terminal Angkutan

Barang

Kawasan Perdagangan

Regional Pelabuhan

Perumahan

Kawasan Sekunder III

Jaringan Jalan Primer Jalan Arteri Sekunder Jalan Kolektor Sekunder Jalan Lokal Sekunder Jalan Lingkungan Sekunder

Contoh Sketsa Hirarki Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Terminal Tipe A

17

Kawasan Sekunder II Kawasan Sekunder I

Kawasan Primer Batas Perkotaan

(18)

Menyusun konsep penetapan JAP & JKP-1

berdasarkan RTRWN

Menyampaikan konsep kepada Menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang LLAJ

Menetapkan fungsi (JAP

& JKP-1) setelah

memperhatikan masukan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang LLAJ

Penetapan JAP dan JKP-1

Penetapan JKP-2, JKP-3, JKP-4, JLP, Jling-P, JAS, JKS, JLS, dan Jling-S

Secara berkala paling singkat 5 (lima) tahun dengan Keputusan Menteri

Secara berkala paling singkat 5 (lima) tahun dengan Keputusan Gubernur

KHUSUS DKI JAKARTA, GUBERNUR

DKI JAKARTA menetapkan ruas jalan

sebagai JAS, JKS, JLS, dan Jling-S

GUBERNUR menetapkan ruas jalan sebagai JKP-2, JKP-3, JKP- 4, JLP, Jling-P, dan semua ruas

jalan dalam sistem jaringan jalan sekunder

Kepmen tentang penetapan ruas jalan sebagai JAP & JKP-1

Usulan Bupati/ Walikota tentang fungsi jalan untuk ruas jalan sebagai

JKP-4, JLP, Jling-P, dan semua ruas jalan dalam

sistem jaringan jalan sekunder

5. Prosedur Penetapan Fungsi Jalan

1

8

(19)

Secara berkala paling singkat 5 (lima) tahun dengan memperhatikan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri (Permen PU No. 03/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penetapan Fungsi Jalan dan Status Jalan)

FUNGSI JALAN yang ditetapkan oleh MENTERI (Keputusan

Menteri)

FUNGSI JALAN yang ditetapkan oleh GUBERNUR (Keputusan

Gubernur)

JALAN PROVINSI di DKI JAKARTA

oleh Gubernur JALAN NASIONAL

oleh Menteri

JALAN PROVINSI oleh Gubernur

JALAN KABUPATEN oleh Bupati

JALAN KOTA oleh Walikota

JALAN DESA oleh Bupati

6. Prosedur Penetapan Status Jalan

1

9

(20)

7.PERUBAHAN FUNGSI JALAN

DAN STATUS JALAN

(21)

Jalan Arteri Primer (JAP) menghubungkan antara PKN-PKN, PKN-PKW, PKN/PKW-PU, PKN/PKW-PP, PKN/PKW-BU, PKN/PKW-BP

Jalan Kolektor Primer-1 (JKP-1) A. KESESUAIAN ARAHAN TATA RUANG:

 Perubahan peranan pelayanan suatu pusat kegiatan

 Peningkatan wilayah penyelenggaraan jalan (PP No. 13 Tahun 2017 tentang RTRWN)

Pelabuhan Utama dan Pengumpul berdasarkan Kepmen Perhubungan No. 432 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional

Bandara Pengumpul Skala Primer, Sekunder, dan Tersier berdasarkan Kepmen Perhubungan No.166 Tahun 2019 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

Terminal kelas A Kepmenhub No. No. 109 Tahun 2019 tentang Penetapan Terminal Penumpang Tipe A

Pelabuhan Penyeberangan berdasarkan Kepmen Perhubungan No. KP 432 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional

B. HIERARKI OUTLET DALAM SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

 Peningkatan status outlet dalam suatu sistem transportasi

Pembangunan jalan lingkar sebagai pengganti jalan nasional eksisting

C. PERUBAHAN FUNGSI JALAN

 Pengurangan peran dan/atau wilayah layanan

; KSN : Kawasan Strategis Nasional

; KSPN: Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

; PU : Pelabuhan Utama

 menghubungkan antar Ibukota Provinsi

 menghubungkan PKN/PKW-PKSN, PKN/PKW-KSN, PKSN-PKSN, termasuk akses ke KSPN berdasarkan PP No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwistaan Nasional Tahun 2010 – 2025 (Jalan Strategis Nasional/ JSN)

; PP : Pelabuhan Pengumpul

; BU : Bandar Udara Utama (Pengumpul Skala Primer)

; BP : Bandar Udara Pengumpul (Pengumpul Skala Sekunder & Tersier) Ket:

PKN : Pusat Kegiatan Nasional PKW : Pusat Kegiatan Wilayah

PKSN: Pusat Kegiatan Strategis Nasional

Kriteria Evaluasi (Alasan Perubahan Fungsi Jalan)

2

1

(22)

Arteri Primer menjadi Arteri

Sekunder Jalan Bypass

(Arteri Primer)

Perkotaan

Sistem Sekunder (Dalam Perkotaan)

CONTOH Sketsa Perubahan Fungsi Jalan Arteri Primer Menjadi Jalan Arteri Sekunder Sebagai Akibat Pembanguan Jalan Bypass

 Dibangunnya jalan bypass mengakibatkan jalan primer semula yang masuk perkotaan menjadi berkurang fungsinya (dari fungsi jalan primer menjadi fungsi jalan sekunder).

 Perubahan fungsi jalan membawa konsekuensi perubahan status jalan yang berarti perubahan wewenang penyelenggaranya.

 Perlu komitmen antar instansi terkait dalam hal wewenang penyelenggaraannya yang akan dilepas atau

yang akan menjadi tanggung jawab penyelenggaraannya. 22

(23)

Perubahan Fungsi & Status Jalan

Pertimbangan Perubahan Fungsi Jalan:

Berperan penting dalam pelayanan terhadap wilayah yang lebih luas daripada wilayah sebelumnya;

 Semakin dibutuhkan masyarakat dalam rangka pengembangan sistem transportasi;

Lebih banyak melayani masyarakat dalam wilayah wewenang penyelenggara jalan yang baru; dan/atau

Semakin berkurang peranannya, dan/ atau semakin sempit luas wilayah yang dilayani.

Perubahan fungsi jalan dapat dilakukan dalam rentang waktu

PALING SINGKAT 5 TAHUN. 23

Penyeleng gara Sebelumny

a

Penyeleng gara yang

Akan Menerima Usulan

perubahan fungsi jalan

oleh PENYELENG GARA JALAN

SEBELUMNY A

Penyeleng gara jalan yang akan menerima

PENETAPAN PERUBAHAN FUNGSI JALAN

kepada pejabat yang

berwenang dengan mengikuti

prosedur

penetapan

fungsi jalan

(24)

Perubahan Status Jalan

Penetapan status jalan dapat dilakukan PALING LAMBAT 90 HARI sejak tanggal ditetapkannya fungsi jalan.

Penyelenggara jalan sebelumnya TETAP BERTANGGUNG JAWAB atas penyelenggaraan jalan tersebut sebelum status jalan ditetapkan.

24 Penetapan

PERUBAHAN FUNGSI JALAN

Usulan perubahan status jalan

oleh

PENYELENGGA RA JALAN SEBELUMNYA

Penyelenggara jalan yang

akan menerima

90 HARI Penetapan

PERUBAHAN

STATUS JALAN

(25)

Sekian dan Terima Kasih

(26)

26

KRITERIA EVALUASI : (i) ADMINISTRASI

A. Kesesuaian Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(PP No. 13 Tahun 2017 tentang RTRWN)

• JAP menghubungkan antara PKN-PKN, PKN-PKW, PKN/PKW-PU, PKN/PKW-PP, PKN/PKW-BU, PKN/PKW-BP,

• JKP 1 menghubungkan antar Ibukota Provinsi

• JSN menghubungkan PKN/PKW-PKSN, PKN/PKW-KSN, PKSN-PKSN

B. Hierarki Outlet dalam Sistem Transportasi Nasional

(PerMen PU No. 03/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penetapan Jalan dan Status Jalan)

• Bandara Pengumpul Skala Primer, Sekunder dan Tersier berdasarkan Kepmen Perhubungan No.166 Tahun 2019 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

• Pelabuhan Utama dan Pengumpul berdasarkan Kepmen Perhubungan No. 432 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional

• Pelabuhan Angkutan Penyeberangan Kelas I berdasarkan Kepmen Perhubungan No. 432 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional

• Terminal Tipe A berdasarkan Kepmenhub No. No. 109 Tahun 2019 tentang Penetapan Terminal Penumpang Tipe A

C. Perubahan Fungsi Jalan

D. Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang telah disahkan dengan Perpres

E. KSPN (Pariwisata) yang didukung/diakses adalah kawasan yang ber-irisan

dengan KSN yang telah disahkan dengan Perpres

(27)

KRITERIA EVALUASI : (ii) TEKNIS

27

Kondisi jalan minimal sedang (dengan perkerasan)

Lebar jalan minimal 6 m

Mampu menyediakan ROW minimal 25 m (disertai dengan surat kesanggupan Pemerintah Daerah)

Mampu menjaga tata guna lahan pada kedua sisi jalan (mengurangi hambatan samping)

Terdapat penanganan sesuai kewenangan (Pemerintah Daerah) selama 5 tahun terakhir

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 Tahun 2011 tentang PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN

.

Referensi

Dokumen terkait