Kementerian Kehutanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pusat Statistik, DKI Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Sumatera Utara, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor dan Japan International Cooperation Agency (JICA), atas sumbangsih dan dukungannya dalam penyusunan Pedoman Penerapan Rumah Kaca Nasional Persediaan Gas.
PENDAHULUAN
- Tipe/Jenis dan Kategori Sumber GRK
- Pendekatan Inventarisasi Emisi GRK
- Penentuan TIER
- Model Dasar Penghitungan
Pembakaran bahan bakar terjadi di berbagai sektor kegiatan, antara lain industri, transportasi, komersial, dan domestik. Dalam inventarisasi GRK sektor energi di Indonesia, kategori sumber emisi dikelompokkan menjadi 2 kategori utama, yaitu emisi hasil pembakaran bahan bakar dan emisi fugitive. Tabel 1.1 menunjukkan pengelompokan sumber emisi untuk kategori pembakaran bahan bakar dan emisi buronan.
Emisi sisa dari kegiatan produksi dan distribusi bahan bakar umumnya jauh lebih kecil dibandingkan emisi dari pembakaran bahan bakar. Pembahasan lebih rinci mengenai emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar dan emisi fugitive masing-masing disajikan pada Bab II dan Bab III. Sumber emisi yang dipertimbangkan mencakup emisi dari pembakaran bahan bakar di setiap sektor dan emisi buronan.
Hasil estimasi emisi dengan menggunakan Pendekatan Referensi dapat dijadikan sebagai batas atas perhitungan emisi hasil pembakaran bahan bakar menurut Pendekatan Sektoral. Dengan kata lain, jika inventarisasi dilakukan dengan baik dengan Pendekatan Sektoral, maka hasil perhitungan emisi pembakaran bahan bakar menurut Pendekatan Sektoral tidak akan lebih besar dibandingkan dengan hasil perhitungan emisi menurut Pendekatan Referensi.
ESTIMASI EMISI GRK DARI PEMBAKARAN BAHAN BAKAR
Pembakaran Bahan Bakar Pada Sumber Stasioner
Besarnya emisi gas rumah kaca akibat pembakaran bahan bakar fosil bergantung pada jumlah dan jenis bahan bakar yang dibakar. Kuantitas bahan bakar direpresentasikan sebagai data aktivitas, sedangkan jenis bahan bakar direpresentasikan dengan faktor emisi. Tier-1, Tier-2 dan Tier-3 didasarkan pada data konsumsi bahan bakar dan faktor emisi untuk jenis bahan bakar tertentu.
Faktor emisi IPCC default untuk setiap jenis dan penggunaan bahan bakar (stasioner atau bergerak). Konsumsi BB: Banyaknya bahan bakar yang dibakar tergantung jenis bahan bakar dan teknologi penggunaannya (dalam TJ). Faktor emisi: Faktor emisi GRK untuk spesies tertentu berdasarkan jenis bahan bakar dan jenis teknologi (kg gas/TJ).
Faktor emisi: Faktor emisi GRK untuk jenis tertentu menurut jenis bahan bakar dan jenis teknologi (kg gas/TJ) Perhitungan emisi GRK berbasis teknologi ini dilakukan karena faktor emisi suatu jenis/jenis teknologi berbeda satu sama lain. Faktor emisi standar IPCC untuk menghitung emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar pada sumber tidak bergerak ditunjukkan pada Tabel 2.4 hingga Tabel 2.7 di bawah.
Pembakaran Bahan Bakar Pada Sumber Bergerak
Perkiraan emisi CO2 Tier 2 pada dasarnya sama dengan Tier 1, namun dengan faktor emisi untuk setiap jenis bahan bakar yang spesifik di Indonesia. Emisi CH4 dan N2O pada saat pembakaran bahan bakar dipengaruhi oleh teknologi dan sistem pengendalian emisi kendaraan. Emisi CH4 dan N2O kendaraan bergantung pada jenis bahan bakar dan jenis teknologi pengendalian pembakaran.
Pada Tier-1 pemeringkatan berdasarkan konsumsi bahan bakar dan jenis bahan bakar, sedangkan pada Tier-2 pemeringkatan berdasarkan konsumsi bahan bakar, jenis bahan bakar dan jenis mesin kapal yang digunakan. Faktor emisi spesifik suatu negara didasarkan pada jenis bahan bakarnya, faktor emisi suatu mesin tertentu didasarkan pada jenis bahan bakarnya. Tier-1 murni berdasarkan konsumsi bahan bakar sedangkan Tier-2 berdasarkan konsumsi bahan bakar dan frekuensi LTO.
Metode Tier-1 menggunakan data konsumsi bahan bakar agregat (kombinasi konsumsi darat dan dalam penerbangan) dan faktor emisi per jenis bahan bakar yang digunakan. Faktor emisi standar IPCC untuk pembakaran bahan bakar pada sumber bergerak ditunjukkan pada Tabel 2.9 hingga Tabel 2.13.
ESTIMASI EMISI GRK DARI FUGITIVE
Emisi Fugitive Kegiatan Batubara
Emisi CH4 dan CO2 setelah batubara ditambang, dibawa ke permukaan dan kemudian diolah, disimpan dan diangkut. Tier-2 didasarkan pada data produksi batubara dan faktor emisi yang berlaku pada pertambangan di Indonesia. Emisi fugitive dari penambangan bawah tanah muncul dari sistem ventilasi dan degassing, dimana emisi CH4 dari gas lapisan yang dikeluarkan selama penambangan dikumpulkan dan dialirkan ke titik tertentu.
Emisi GRK: pertambangan bawah tanah Emisi CH4 (Gg/tahun) Faktor emisi: Faktor emisi CH4 (m3/ton). Estimasi emisi CO2 dari flare pemulihan metana, emisi CO Tier-1 dan Tier-2 dari flare = 0,98 x vol. Faktor stoikiometri: perbandingan massa CO2 yang dihasilkan pada pembakaran sempurna suatu satuan massa CH4 dengan nilai = 2,75. Faktor konversi.
Emisi CH4 dari penambangan terbuka terdiri dari dua komponen, yaitu emisi pada saat penambangan dan emisi pasca penambangan atau post mining (Persamaan 29). Emisi gas rumah kaca pada saat penambangan dan setelah penambangan diperkirakan berdasarkan data produksi batubara dan faktor emisi (persamaan 30 dan 31).
Emisi Fugitive Kegiatan Migas
Data aktivitas segmen industri pada persamaan (notasi segmen industri) di atas dinyatakan dalam throughput produksi, misalnya dalam barel minyak mentah per tahun atau kaki kubik gas per tahun. Faktor emisi pada persamaan di atas bergantung pada jenis hidrokarbon yang dihasilkan (minyak atau gas). Metode alternatif Tier 2 berbasis GOR digunakan jika diasumsikan sebagian besar buronan berasal dari ventilasi dan pembakaran.
FE = combustion destruction efficiency (i.e. fraction of gas leaving the flare partially or fully burned).
METODA PENDEKATAN REFERENSI (REFERENCE APPROACH)
Algoritma Metoda Pendekatan Referensi
Jumlah/kuantitas bahan bakar primer yang diproduksi (tidak termasuk produksi bahan bakar sekunder seperti bahan bakar dan produk turunan bahan bakar seperti pelumas); Sebaliknya jika persediaan bahan bakar dalam satu tahun persediaan berkurang maka harga perubahan persediaan bernilai negatif. Total konsumsi bahan bakar primer adalah jumlah konsumsi nyata setiap jenis bahan bakar primer.
Produksi atau produksi bahan bakar sekunder sebaiknya diabaikan dalam perhitungan karena karbon pada bahan bakar sekunder ini termasuk/dihitung dalam pasokan bahan bakar primer; misalnya, perkiraan konsumsi minyak mentah mencakup karbon dalam premi yang dihasilkan dari minyak mentah. Perlu dicatat bahwa penghitungan konsumsi yang disebutkan di atas dapat menghasilkan harga negatif untuk jenis bahan bakar tertentu, yang menunjukkan adanya ekspor neto atau peningkatan stok bahan bakar tersebut. Total konsumsi nyata bahan bakar sekunder adalah jumlah konsumsi nyata setiap bahan bakar.
Excluded Carbon
Data aktivitas = konsumsi energi dalam kategori karbon yang dikecualikan (TJ) CC = kandungan karbon bahan bakar (ton C/TJ). Terdapat kesalahan alokasi jumlah bahan bakar yang digunakan untuk konversi ke kategori produk turunan atau jumlah bahan yang dibakar di sektor energi. Mungkin saja emisi dari bahan bakar sekunder dalam suatu proses terpadu (misalnya gas oven kokas) tidak dicatat dalam Tier 1 pendekatan sektoral jika pencatatan datanya tidak baik.
1 A 1 c Sistem produksi bahan bakar padat dan industri energi lainnya (Manufaktur bahan bakar padat dan industri energi lainnya). Perolehan dan Pemanfaatan Energi Sektor Kegiatan Pembakaran Bahan Bakar Kategori Kategori Kode 1A 1 b Pengilangan minyak dan gas bumi. Perolehan dan penggunaan energi Sektor Kegiatan pembakaran bahan bakar Kategori Kode Kategori 1A 2 Industri manufaktur dan konstruksi.
Sektor pengadaan dan penggunaan energi. Kategori aktivitas pembakaran bahan bakar. Kode Kategori 1A 4 a Komersial dan perkantoran. Sektor pengadaan dan pemanfaatan energi Kategori kegiatan pembakaran bahan bakar Kode kategori 1A.1 Industri produksi energi.
Tabel Pelaporan (Common Reporting Format) Hasil Perhitungan Emisi
Faktor Emisi Pembakaran Stasioner di Rumah Tangga dan