• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gas Rumah Kaca 2.1.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Gas Rumah Kaca 2.1.1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gas Rumah Kaca

2.1.1. Pengertian Gas Rumah Kaca

Kepala Badan Pengkajian Kebijkan Iklim dan Mutu Industri tahun 2014, mengatakan gas yang dikategorikan sebagai Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas- gas yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhada efek rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Dalam konvensi PBB mengenai perubahan Iklim (United Nation Framework Convention On Climate Change- UNFCCC). Ada enam jenis yang termasuk sebagai GRK yaitu karbondioksida (CO2), gas metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), sulfurheksafluorida (SF6), Perfluorokarbon (PFCS) dan hidrofluorokarbon (HFCS). Selain itu ada beberapa gas yang juga termasuk dalam GRK yaitu Karbonmonoksida (CO), nitrogen Oksida (NOx), klorofluorokarbon (CFC), dan gas-gas organik non metal volatile. Gas-gas rumah kaca yang dinyatakan paling berkontribusi terhadap gejala pemanasan global adalah CO2, CH4, N2O, NOx, CO, PFC dan SF6. Di Indonesia dua gas yang disebut terakhir masih sangat kecil emisinya, sehingga tidak diperhitungkan. Dari keenam gas-gas rumah kaca tersebut di atas, CO2 memberikan kontribusi terbesar terhadap pemanasan global diikuti oleh gas methan (CH4). Lebih dari 75 % komposisi GRK di atmosfir adalah CO2 sehingga apabilakontribusi CO2 dari berbagai kegiatan dapat dikurangi secara signifikan maka ada peluang bahwa dampak pemanasan global terhadap perubahan iklim akan berkurang.

2.1.2. Jenis dan Kategori Sumber GRK

Jenis GRK yang diemisikan oleh sektor energi adalah CO2, CH4, dan N2O.

Berdasarkan IPCC Guideline 2006, sumber emisi GRK dari sektor energi diklasifikasikan kedalam tiga kategori utama, yaitu:

a. Emisi hasil pembakaran bahan bakar.

b. Emisi fugitive pada kegiatan produksi dan penyedian bahan bakar, dan c. Emisi dari pengangkutan dan injeksi CO2 pada kegiatan penyimpanan CO2 di

formasi geologi.

(2)

Pembakaran bahan bakar terjadi di berbagai sektor kegiatan, diantaranya industri, transportasi, komersial dan rumah tangga. Dalam konteks inventaris GRK, industri dikelompokkan atas 2 kategori yaitu industri produsen energi (lapangan, migas, tambang batubara, kilang minyak, pembangkit listrik.

2.1.3. Koefisiensi Emisi

Dasar untuk menghitungkan emisi CO2 adalah buku pedoman yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2006.

Dalam penghitungan emisi GRK, IPCC telah menyusun metodologi standar untuk menghitung emisi di berbagai sektor. Metode tersebut terus diperbaharui dan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: Tier-1, Tier-2 dan Tier-3.

a. Tier-1 adalah metode penghitungan yang dapat diterapkan untuk negara atau wilayah yang tidak memiliki data/parameter dan hampir semua parameter adalah default dari IPCC guideline dalam Tier-1. Tier-1 ini merupakan penghitungan dengan menggunakan kedalaman data yang paling rendah.

b. Pada Tier-2, data atau parameter yang digunakan lebih dalam lagi dari pada Tier-1. Dengan metode ini data-data yang digunakan harus lebih spesifik dan terinci sesuai dengan bidang dan kebutuhan. Tidak semua negara/daerah memiliki data yang lengkap untuk mengisi penghitungan dalam Tier-2 ini.

c. Tier-3 menggunakan data yang semakin lengkap dan teliti. Keakuratan data untuk Tier-3 harus lebih dari besar dari 90%. Tidak banyak negara di dunia ini yang mampu melakukan pengolahan data menggunakan metode Tier-3 ini.

2.2. Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida adalah hasil pembakaran (oksidasi) yang sempurna. Prinsip dasar terjadinya pembakaran ideal adalah CH + O2 = CO2 + H2O + panas. Pada kondisi mesin normal akan dihasilkan CO2 minimal 12% volume, jadi semakin besar kandungan zat CO2 , diikuti meningkatnya kandungan H2O (air) berarti pembakaran dalam mesin semakin baik atau kinerja mesin semaki optimal.

Karbondiosida berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil, pemabakaran hutan, industri, rumah tangga, transportasi, pemabakaran sampah. Hasil pembakaran tersebut meningkatkan kadar CO2 sehingga udara tercemar. Apabila kadar CO2 di udara terus meningkat dan melebihi batas toleransi yaitu melebihi 0,0035% serta tidak segera diubah oleh tumbuhan menjadai oksigen, maka dapat

(3)

menyebabkan gass rumah kaca yang efeknya akan meningkatkan pemanasan global suhu bumi (global warming). Hal ini terjadi karena sebagian sinar matahari yang masuk ke bui dipantukan ke luar angkasa. Karena tertahan ole adanya rumah kaca, maka sinar tersebut tetap berada di permukaan bumi dan akan meningkatkan suhu bumi (pemanasan global). Pemanasan global ini dapat mengakibatkan bahaya kekeringan hebat yang mengganggu kehidupan manusia dan mencairnya lapisan es di kutub utara (Rosianasari, 2016).

2.3. Perhitungan Emisi CO2

2.3.1. Emisi CO2 Dari Penggunaan Bahan Bakar

Emisi CO2 dari aktivitas memasak berupa bahan bakar memasak yaitu dari gas LPG. Perhitungan emisi CO2 berdasarkan bahan bakar dilakukan dengan mengalikan jumlah konsumsi bahan bakar dengan faktor emisi sesuai dengan jenis bahan bakar dan nilai Net Calorific Value (NCV). Faktor emisi dan NCV yang digunakan dari IPCC tahun 2006 dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Faktor Emisi Bahan Bakar

Bahan Bakar Faktor Emisi NCV

(TJ/Gg) %C CO2 CH4 N2O

Gas Alam 56.100 , 0,1 48 73,40%

LPG 63.100 1 0,1 47,3 81,40%

Biodiesel 70.800 3 0,6 27 52,10%

Jet Kerosene 71.500 3 0,6 44,1 86,00%

Kerosen lainnya 71.900 3 0,6 43,8 85,90%

Minyak Diesel 74.100 3 0,6 43 86,90%

Minyak Residu 77.400 3 0,6 40,4 85,30%

Batubara Antrasit 98.300 10 1,5 26,7 71,60%

Batubara Bituminous 94.600 10 1,5 25,8 66,60%

Batubara Sub-Bituminous 96.100 10 1,5 18,9 49,50%

Lignit 101.000 10 1,5 11,9 32,80%

kayu/Limbah Kayu 112.000 30 4 15,6 47,70%

Biomassa padat lainnya 100.000 30 4 11,6 31,60%

Black Liquor 95.300 3 2 11,8 30,70%

Coke 107.000 10 1,5 28,2 82,30%

Sumber: IPCC, 2006

(4)

Berdasarkan IPCC 2006, emisi CO2 dari penggunaan bahan bakar memasak dapat dihitung dengan Persamaan 2.1 sebagai berikut:

EmisiCO2=Konsumsi Bahan Bakar ×FE ×NCV... (2.1) Keterangan:

Emisi = Jumlah emisi (Satuan Massa) Konsumsi Bahan Bakar = Konsumsi Bahan Bakar (Kg/Tahun)

FE = Faktor emisi bahan bakar (Kg/TJ)

NCV = Nilai Net Calorific Value (energy content) per unit Massa atau Volume Bahan Bakar (TJ/ton/fuel).

2.3.2. Emisi CO2 Konsumsi Daya Listrik

Emisi CO2 yang berasal dari konsumsi listrik rumah tangga erat kaitannya dengan daya listrik yang digunakan oleh rumah tangga tersebut. Besar daya listrik yang terpasang disuatu rumah menyesuaikan akan kebutuhan listrik rumah tersebut.

Semakin besar kebutuhan listriknya, maka daya listrik yang terpasang akan semakin besar. Perhitungan emisi berdasarkan penggunaan daya listrik dilakukan dengan mengalikan jumlah konsumsi daya listrik dengan faktor emisi yaitu 0,000794 ton CO2/kWh (Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, 2016). Adapun rumus yang digunakan dalam mengitung emisi CO2 berdasarkan IPCC 2006 dapat dilihat dalam Persamaan 2.2.

EmisiCO2=Konsumsi Daya Listrik ×FE... (2.2) Ketarangan:

Emisi CO2 = Jumlah emisi CO2 (Satuan Massa) Konsumsi Daya Listrik = Konsumsi Daya Listrik (kWh/Bulan) FE = Faktor emisi daya listrik (ton CO2/kWh)

2.3.3. Rata-Rata Emisi CO2 Dari Bahan Bakar Memasak dan Konsumsi Daya Litsrik

Rata-rata emisi CO2 dari bahan bakar memasak dan kosnumsi daya listrik dapat dilakukan cara membagi total emisi CO2 sampel yang didapatkan dari bahan bakar memasak dan konsumsi daya listrik dengan total sampel keseluruhan yang diambil di Kota Pekanbaru. Perhitungannya sebagai berikut: (Sasmita, 2018)

Rata-Rata Emisi CO = Total Emisi CO2 Sampel

... (2.3)

(5)

2.3.4. Total Emisi CO2 Dari Bahan Bakar Memasak dan Konsumsi Daya Listrik

Total emisi CO2 dari bahan bakar memasak dan konsumsi daya listrik dapat dilakukan dengan cara mengalikan rata-rata emisi CO2 yang didapatkan dari bahan bakar memasak dan konsumsi daya listrik dengan total seluruh rumah tangga di Kota Pekanbaru. Perhitungannya sebagai berikut: (Sasmita, 2018)

1. Bahan Bakar Memasak

Total Emisi CO2 LPG=Rata-Rata Emisi CO2 ×Jumlah RT... (2.4) 2. Konsumsi Daya Listrik

Total Emisi CO2 Daya Listrik =Rata-Rata Emisi CO2×Jumlah RT... (2.5) 2.4. Energi Sektor Rumah Tangga

Secara umum, konsumen energi dibagi menjadi lima sektor pengguna, yaitu sektor industri, komersial, rumah tangga, transportasi, dan lainnya. Rumah tangga menggunakan energi untuk berbagai keperluan diantaranya: pencahayaan, memasak, pemanas, pendingin dan kegiatan rumah tangga lainnya. Sektor rumah tangga dari aktivitas memasak di Indonesia mengonsumsi berbagai jenis bahan bakar yaitu, kayu bakar, arang (briket), minyak tanah dan LPG. Konsumsi energi rumah tangga meningkat sejalan dengan kenaikan pendapatan rumah tangga, dimana keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi pada umumnya mengkonsumsi lebih banyak energi dibandingkan keluarga dengan pendapatan yang lebih rendah.

Konsumsi energi final dari sektor rumah tangga tumbuh sebesar 1,58%

pertahun dalam kurun waktu 2000-2015. Data tahun 2000 menunjukkan konsumsi energi final dari sektor rumah tangga mencapai 296,57 juta dan naik menjadi 373,79 juta ada tahun 2015. Masih banyak rumah tangga, khusunya pedesaan, yang menggunakan kayu bakar (biomassa) untuk memasak menjadikan angka penggunaan biomassa sektor rumah tangga masih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai konsumen energi final sektor rumah tangga terbesar. Energi final yang dikonsumsi dari kegiatan rumah tangga pada tahun 2015 adalah listrik 14,54%, LPG 13,95%, minyak tanah 1,04%, sedangkan kayu bakar 70,43% dan gas 0,04% (Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri, 2012)

(6)

2.5. Metode Krecjie and Morgan

Krecjie and Morgan merupakan metode yang penentuan sampel yang mudah digunakan dan bersifat umum sebab secara fungsional haanya terdiri dari dua kolom untuk ukuran populasi dan ukuran sampel. Rumus yang digunakan oleh Krecjie and Morgan seperti dalam Persamaan 2.3 dan Persamaan 2.4 berikut ini:

Perhitungan Jumlah sampel n

=

x2NP 1-P

N-1 d2+x2P 1-P ... (2.6) Keterangan :

n = Jumlah total samel wilayah studi (rumah) N = Jumlah populasi dalam wilayah studi (rumah)

= Nilai Standar erroar yang berhubungan dengan tingkat keercayaan (Jika, 90% maka x=1,28, 95% maka x=1,64, 99% maka x=2,58) P = Proporsi populasi (0,5-0,99)

d = Galat pendugaan/batas error (5-10%) Perhitungan jumlah samper di tiap Kecamatan ni=n Ni

N ... (2.7) Keterangan:

= Jumlah populasi pada masing-masing wilayah studi

= Jumlah total populasi wilayah studi

= Jumlah total sampel wilayah studi

= Jumlah sampel pada masing-masing wilayah studi (Krejcie, R. V., & Morgan, D. W., 1970).

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan beban emisi gas rumah kaca (CO 2 dan CH 4 ) dilakukan dengan dua pendekatan yaitu berdasarkan jarak tempuh kendaraan serta konsumsi bahan bakar minyak

Sumber emisi pertanian berasal dari emisi CO2 penggunaan pupuk urea bagi tanaman pangan seperti sawah, CH4 dari dekomposisi bahan organik, biomassa diabaikan karena

Sumber utama emisi GRK adalah pembakaran bahan bakar fosil dalam bentuk bahan bakar minyak untuk industri dan transportasi, penebangan hutan alam yang menyebabkan potensi rosot

Meskipun rata-rata emisi CO2 yang dihasilkan dari konsumsi bensin di wilayah Patukangan lebih kecil da- ripada di Pekauman akan tetapi hasil emisi CO2 yang dihasilkan

Sumber emisi pertanian berasal dari emisi CO2 penggunaan pupuk urea bagi tanaman pangan seperti sawah, CH4 dari dekomposisi bahan organik, biomassa diabaikan karena

Karbondioksida berkontribusi sebesar 76,7% dari total emisi GRK dan sektor penyediaan energi merupakan sektor yang menghasilkan emisi GRK terbesar dibandingkan sektor-sektor

Sumber utama emisi GRK adalah pembakaran bahan bakar fosil dalam bentuk bahan bakar minyak untuk industri dan transportasi, penebangan hutan alam yang menyebabkan potensi rosot

Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk menghitung produksi emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga berupa penggunaan bahan bakar memasak dan